Harga Emas Berpotensi Volatil karena Tekanan Ekonomi

Harga Emas Berpotensi Terkoreksi Lagi, Pasar Dibayangi Ketidakpastian Global

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Harga emas dunia (XAU/USD) kembali menunjukkan pergerakan volatil di tengah berbagai tekanan ekonomi global. Setelah mencatat penurunan selama empat hari berturut-turut, harga emas sempat mengalami pemulihan tipis pada perdagangan Selasa (29/7), bergerak mendekati level US$ 3.330 per ounce. Kenaikan ini terjadi seiring melemahnya Dolar AS dan menurunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury), yang mendorong sebagian investor kembali memilih emas sebagai aset lindung nilai.

Antam Logam Mulia 

Namun, dari sudut pandang teknikal, tren penurunan belum sepenuhnya berakhir. Andy Nugraha, analis dari Dupoin Futures Indonesia, mengungkapkan bahwa tekanan jual masih dominan, dengan indikator Moving Average dan pola candlestick yang mengisyaratkan momentum bearish masih kuat. Jika tekanan ini berlanjut, harga emas diperkirakan bisa kembali menguji level psikologis US$ 3.300. Meski begitu, jika level support tersebut berhasil menahan penurunan, potensi rebound ke arah resistance US$ 3.344 masih terbuka.

Faktor fundamental juga ikut mempengaruhi dinamika harga emas. Salah satunya adalah laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) untuk bulan Juni yang menunjukkan jumlah lowongan kerja di AS turun menjadi 7,437 juta, lebih rendah dari ekspektasi dan dari angka bulan sebelumnya yang berada di 7,769 juta. Data ini mencerminkan adanya kehati-hatian perusahaan dalam melakukan perekrutan, menandakan melemahnya daya serap tenaga kerja di tengah ketidakpastian ekonomi dan kebijakan tarif.

Pada saat yang sama, perkembangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China juga menjadi perhatian pasar. Kesepakatan kedua negara untuk melanjutkan pembicaraan dan mempertahankan gencatan tarif dalam dua minggu mendatang memberikan dorongan kecil pada sentimen perdagangan global, meskipun belum cukup kuat untuk menciptakan kepastian arah pasar.

Di sisi lain, hasil survei Conference Board menunjukkan adanya peningkatan Keyakinan Konsumen AS menjadi 97,2 pada Juli, naik dari 93,0 pada bulan sebelumnya. Peningkatan ini mencerminkan optimisme konsumen, meskipun masih kontras dengan realitas di pasar tenaga kerja, di mana banyak rumah tangga masih kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Saat ini, perhatian pelaku pasar tertuju pada keputusan Federal Reserve (The Fed) terkait suku bunga yang dijadwalkan diumumkan Rabu malam waktu AS. Berdasarkan data dari CME FedWatch, peluang The Fed mempertahankan suku bunga acuan berada di kisaran 96%, dengan kemungkinan pemotongan hanya 4%. Pernyataan dari para pejabat Fed, termasuk Gubernur Christopher Waller dan Michelle Bowman, diprediksi akan memberi pengaruh besar terhadap sentimen pasar ke depan.

Sejumlah data ekonomi penting juga akan menjadi sorotan dalam beberapa hari ke depan, seperti laporan Produk Domestik Bruto (GDP) kuartal II, Nonfarm Payrolls Juli, survei PMI Manufaktur ISM, serta Indeks Harga PCE Inti. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) yang kembali menguat ke level 98,91 turut menambah tekanan terhadap emas, karena menjadikan logam mulia semakin mahal bagi investor asing dan mengurangi daya tariknya sebagai aset safe haven.

Dalam kondisi teknikal dan makro yang masih kompleks dan cenderung negatif bagi emas, para analis menekankan pentingnya pengelolaan risiko dan kehati-hatian dalam mengambil posisi. Rentang harga antara US$ 3.300 hingga US$ 3.344 dipandang sebagai area kunci yang akan menentukan arah pergerakan emas dalam jangka pendek. (Yus MM)

Posting Komentar

0 Komentar