Daur Ulang yang Menyelamatkan Jalan dan Bumi: Inovasi Aspal Plastik dari UGM
YOGYAKARTA, kiprahkita.com –Di tengah krisis lingkungan akibat menumpuknya sampah plastik yang sulit terurai, muncul harapan baru dari dunia akademik. Dr. Muslim Mahardika, dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), menunjukkan bahwa solusi inovatif bisa lahir dari sinergi antara pengetahuan dan kepedulian. Dalam pernyataannya, beliau mendukung penuh inisiatif pemanfaatan sampah plastik—khususnya kantong plastik—sebagai bahan campuran dalam pembangunan aspal jalan.
![]() |
Pekerja sedang mengaplikasikan aspal p;astik |
Gagasan ini bukan semata wacana, melainkan hasil riset dan pengembangan konkret yang telah dimulai sejak 2019. Bersama timnya, Dr. Muslim menciptakan mesin pencacah plastik sederhana yang bisa dioperasikan oleh masyarakat umum. Lewat mesin ini, kantong-kantong plastik yang selama ini hanya menjadi ancaman bagi ekosistem bisa disulap menjadi bahan konstruksi yang bernilai guna tinggi.
Secara kimiawi, plastik dan aspal berasal dari sumber yang sama: minyak bumi. Maka, mencampur plastik ke dalam aspal bukanlah sesuatu yang asing secara teknis. Dalam praktiknya, komposisi enam persen plastik ke dalam campuran aspal terbukti efektif, dan mampu meningkatkan daya tahan jalan sekaligus mengurangi timbunan sampah. Salah satu contoh suksesnya telah diterapkan di Kulon Progo, Yogyakarta, melalui kerja sama antara masyarakat, universitas, dan sektor swasta.
Namun, tantangan tetap ada. Sampah plastik sering kali tercampur dengan material lain seperti kerikil atau paku yang bisa merusak mesin. Oleh karena itu, keterlibatan aktif masyarakat dalam memilah sampah sangat krusial. Di sinilah pentingnya kolaborasi lintas sektor: universitas menyumbangkan inovasi, industri menyediakan dukungan finansial dan logistik, pemerintah mengatur regulasi dan insentif, sementara masyarakat menjadi garda depan dalam pengumpulan dan pemilahan sampah.
Apa yang dilakukan Dr. Muslim dan tim UGM sesungguhnya lebih dari sekadar inovasi teknis. Ini adalah cermin perubahan paradigma—bahwa sampah tidak selalu harus dibuang, tetapi bisa dimanfaatkan. Bahkan, jika diterapkan secara nasional, sampah plastik bisa berubah menjadi komoditas bernilai ekonomi, mengingat kebutuhan aspal yang sangat besar di seluruh Indonesia.
Program ini menyiratkan satu pesan penting: solusi terhadap persoalan lingkungan bisa dimulai dari ide-ide sederhana yang dijalankan bersama-sama. Daripada menunggu sampah plastik mencemari laut selama ratusan tahun, lebih baik kita ubah ia menjadi jalan—secara harfiah dan simbolis—menuju masa depan yang lebih bersih, berkelanjutan, dan inovatif. (Yus MM/BS)*
0 Komentar