Bendera Raksasa Santri KAUMAN Curi Perhatian di Pawai HUT RI ke-80 Padang Panjang

Bendera Raksasa Santri KAUMAN Curi Perhatian di Pawai HUT RI ke-80 Padang Panjang

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Senin, 18 Agustus 2024 – Suasana kemeriahan menyelimuti Kota Padang Panjang pagi ini. Jalanan yang biasanya ramai dengan aktivitas warga, kini dihiasi oleh ribuan peserta pawai alegoris dari berbagai sekolah dan instansi di Padang Panjang, Batipuh, dan Sepuluh Koto.

Sorak-sorai, dentuman musik, dan kibaran bendera merah putih menandai semangat peringatan HUT RI ke-80. Salah satu peserta yang paling mencuri perhatian adalah kontingen dari Pesantren KAUMAN Muhammadiyah Padang Panjang, yang tampil dengan gagah membawa bendera raksasa berukuran 15x3 meter, mengibarkan semangat nasionalisme di tengah keramaian.

Bendera Raksasa Santri KAUMAN 

Pawai dibuka secara resmi oleh Walikota Padang Panjang, yang memberikan sambutan penuh semangat tentang pentingnya memaknai kemerdekaan dengan karya nyata. Ratusan santri Pesantren KAUMAN Muhammadiyah turut memeriahkan acara dengan berbagai atribut khas, mulai dari seragam organisasi, pakaian adat Minangkabau, hingga barisan Hizbul Wathan yang kompak. Beberapa santri juga memeragakan tokoh-tokoh legendaris seperti Buya Hamka dan Buya AR Sutan Mansur, menghidupkan kembali semangat perjuangan para ulama-pejuang bangsa.

Perjalanan pawai dimulai dari kompleks Pesantren KAUMAN Muhammadiyah menuju Lapangan Anas Karim, tempat seluruh peserta berkumpul. Dari sana, rombongan bergerak mengelilingi kota, melewati Pasar Kuliner, Jalan Jenderal Sudirman, Pasar Pusat Pertokoan, Kelurahan Balai-Balai, dan berakhir di Gor Chatib Sulaiman Bancah Laweh. Sepanjang perjalanan, sorakan warga yang menyaksikan dari pinggir jalan menambah semarak suasana.

Mudir Pesantren KAUMAN Muhammadiyah, Dr. Derliana, MA., menyampaikan kebanggaannya atas partisipasi santri dalam pawai ini. 

"Ini adalah bentuk pendidikan karakter sekaligus pengabdian santri kepada bangsa. Melalui pawai alegoris, kami ingin menanamkan nilai-nilai perjuangan, persatuan, dan kecintaan terhadap tanah air. Bendera besar yang kami bawa adalah simbol bahwa generasi pesantren siap mengibarkan semangat Indonesia di manapun berada," ujarnya.

Sementara itu, salah satu santri peserta, Fajar, mengungkapkan antusiasmenya. 

"Ini pengalaman pertama saya ikut pawai sebesar ini. Sangat membanggakan bisa turut serta memeriahkan HUT RI dengan membawa bendera besar. Rasanya seperti ikut mengangkat nama pesantren dan Indonesia sekaligus," ucapnya dengan senyum lebar.

Pawai alegoris ini bukan sekadar parade, melainkan media edukasi untuk menanamkan nilai-nilai sejarah dan nasionalisme. Pesantren KAUMAN Muhammadiyah sengaja menghadirkan tokoh-tokoh seperti Buya Hamka dan Buya AR Sutan Mansur untuk mengingatkan generasi muda akan kontribusi ulama dalam perjuangan kemerdekaan. Bendera raksasa yang dibawa juga menjadi simbol bahwa kemerdekaan harus dijaga bersama dengan semangat gotong royong.

Dengan semangat "Bersatu Berdaulat", pawai ini menjadi bukti bahwa generasi muda, khususnya santri, tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata. Semoga di usia ke-80 ini, Indonesia semakin kuat, maju, dan berdaya saing di kancah global.

Bendera Raksasa dan Semangat Santri: Pesantren KAUMAN Menyemarakkan HUT RI ke-80

Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80 itu menjadi momen penuh makna dan kebahagian. Ribuan peserta dari berbagai sekolah dan instansi itu memadati jalanan kota dalam pawai alegoris yang sarat nilai nasionalisme. Salah satu penampilan yang paling mencuri perhatian adalah kontingen santri dari Pesantren KAUMAN Muhammadiyah Padang Panjang.

Mereka tampil dengan penuh semangat, membawa bendera merah putih raksasa berukuran 15x3 meter—sebuah simbol kuat dari semangat cinta tanah air yang membara dalam dada para santri.

Buya Hamka dan Mudir pada Spanduk Kauman

Dari kompleks Pesantren KAUMAN dan berakhir di GOR Chatib Sulaiman Bancah Laweh, melalui rute yang melintasi titik-titik strategis kota mereka pawai. Sepanjang perjalanan, para santri menampilkan berbagai kekayaan budaya dan sejarah bangsa. Ada yang mengenakan pakaian adat Minangkabau, barisan Hizbul Wathan yang tampil kompak, hingga penampilan tokoh legendaris seperti Buya Hamka dan Buya AR Sutan Mansur yang diperankan dengan khidmat oleh para santri. Tidak hanya menarik secara visual, namun juga sarat pesan moral dan edukatif memang.

Seperti diuraikan di atas, Mudir Pesantren KAUMAN, Dr. Derliana, MA., menyampaikan bahwa keikutsertaan santri dalam pawai bukan sekadar tampilan seremonial, tetapi juga bagian dari pendidikan karakter yang mendalam. “Kami ingin menanamkan nilai-nilai perjuangan, persatuan, dan kecintaan terhadap tanah air. Bendera besar yang kami bawa adalah simbol bahwa generasi pesantren siap mengibarkan semangat Indonesia di manapun berada."

Bagi para santri, tentu keterlibatan dalam pawai ini adalah pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup mereka. Peserta penuh antusiasme dan bangga bisa berkontribusi membawa bendera raksasa dan ikut serta dalam perayaan nasional sebesar ini. “Rasanya seperti ikut mengangkat nama pesantren dan Indonesia sekaligus."

Lebih dari sekadar pawai, kehadiran santri KAUMAN di tengah peringatan HUT RI ini menunjukkan bahwa pesantren bukan hanya tempat mendalami ilmu agama, tetapi juga kawah candradimuka pembentukan karakter kebangsaan. Kehadiran tokoh-tokoh ulama pejuang dalam pawai menjadi pengingat bahwa sejarah bangsa ini juga dibentuk oleh kontribusi besar kalangan pesantren dan ulama. Maka, sangatlah relevan jika para santri hari ini ikut tampil di barisan depan dalam merawat nilai-nilai perjuangan itu.

Bendera raksasa yang dikibarkan tidak hanya memikat mata, tetapi juga menggugah rasa: bahwa kemerdekaan adalah amanah besar yang harus dijaga dan diisi dengan semangat gotong royong dan karya nyata. Dalam semangat tema “Bersatu Berdaulat”, para santri membuktikan bahwa generasi muda Islam tidak tinggal diam dalam urusan kebangsaan.

Pawai alegoris pun menjadi cerminan indah bagaimana nasionalisme dan nilai keislaman bisa berjalan berdampingan, saling menguatkan, dan menyatu dalam semangat pengabdian. Pesantren KAUMAN Muhammadiyah, lewat partisipasi kreatif dan inspiratif ini, telah memberi pesan kuat: bahwa santri hari ini adalah pemimpin masa depan yang siap menjaga merah putih tetap berkibar, setinggi langit dan selama-lamanya. (TR/Yus MM)*

Posting Komentar

0 Komentar