Menuju Bangsa Kuat: Membangun Generasi Emas dari Perspektif Islam dan Realitas Bangsa
Oleh: Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd. – Dosen UIC Jakarta
Pentingnya Ilmu dalam Sejarah Islam
JAKARTA, kiprahkita.com –Sejarah Islam membuktikan bahwa kejayaan dan kemajuan peradaban Islam sangat ditentukan oleh lahirnya generasi emas. Generasi ini lahir dari sistem pendidikan yang maju dan tradisi keilmuan yang kuat. Islam memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan, tidak hanya dalam aspek teologis dan ritual, tetapi juga dalam bidang saintifik seperti astronomi, geografi, fisika, biologi, psikologi, dan sosiologi.
![]() |
Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd. – Dosen UIC Jakarta |
Kehidupan intelektual umat Islam tumbuh dalam majelis ilmu—muzakarah, ta’lim, tadabbur, tafakkur, dan tazakkir. Dari rahim pendidikan inilah lahir tokoh-tokoh besar seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, dan Al-Ghazali, yang kontribusinya masih dirasakan hingga kini.
Kolaborasi para ilmuwan dan pemimpin politik saat itu menghasilkan kebijakan yang berpihak pada rakyat: menjamin kehidupan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan, dan menyediakan fasilitas pendidikan untuk melahirkan generasi cerdas. Inilah investasi peradaban yang menjadikan negara dihormati karena kesejahteraannya dan kemandiriannya.
Mari Belajar dari Negara Maju
Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Jepang, Korea, dan Tiongkok telah membuktikan bahwa kemajuan pendidikan adalah kunci membangun bangsa. Mereka berhasil menyiapkan generasi emas untuk mengelola sumber daya alam, mengembangkan industri kreatif, teknologi informasi, dan digitalisasi. Akhirnya, mereka "memanen" kemajuan dari hasil investasi jangka panjang ini.
Pelajaran Tarikh dan Kesadaran Kolektif Umat
Di madrasah, pesantren, dan surau, pembelajaran Tarikh sering mengisahkan kejayaan pendidikan Islam di Cordoba dan kehancuran akibat pembakaran Baitul Hikmah di Baghdad. Walau narasinya masih sederhana, ini menjadi sumber kesadaran kolektif bagi para pelaku pendidikan Islam bahwa kebangkitan bangsa harus dimulai dari pendidikan.
Empat Pilar Generasi Emas
1. Sehat Jasmani dan Rohani
Kesehatan fisik meliputi asupan gizi yang seimbang, pertumbuhan proporsional, dan olahraga teratur. Sementara kesehatan rohani mencakup jiwa yang tenang, pikiran positif, dan ketahanan mental.
2. Berkarakter Religius
Agama bukan hanya menjadi keyakinan, tetapi menjadi identitas dan kepribadian. Nilai-nilai agama hadir dalam kehidupan nyata, sebagai sumber inspirasi, motivasi, dan pedoman hidup di tingkat individu maupun sosial.
3. Kreatif, Inovatif, dan Produktif
Dunia masa depan penuh tantangan. Generasi emas harus berkarya dan mandiri, tidak hanya berharap menjadi pegawai. Entrepreneurship adalah gaya hidup masa kini dan masa depan, yang ditopang oleh kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi interpersonal, dan produktivitas yang terukur.
4. Berjiwa Global Tanpa Kehilangan Nasionalisme
Dunia kini bersifat global. Generasi masa depan harus memiliki kompetensi internasional—mampu bersaing di kancah global, namun tetap berjiwa nasionalis dan berkontribusi untuk kesejahteraan bangsanya.
Empat Tantangan Nyata yang Menghambat
1. Degradasi Moral di Kalangan Remaja
Maraknya narkoba, bullying, kekerasan, perjudian online, dan gaya hidup hedonis menyebabkan turunnya semangat belajar dan prestasi remaja. Ini adalah ancaman serius terhadap masa depan bangsa.
2. Permasalahan Kesehatan Anak dan Remaja
Stunting masih menjadi isu nasional. Meski data SSGI 2024 menunjukkan penurunan ke angka 19,8%, distribusinya belum merata. Anak-anak pun mengalami pertumbuhan ke samping dan ke depan akibat pola makan yang dominan karbohidrat dan miskin protein.
3. Rendahnya Literasi dan Kemandirian
Berdasarkan data PISA 2022, Indonesia menempati peringkat 70 dari 80 negara dalam literasi membaca. Minimnya budaya baca berdampak langsung pada rendahnya daya pikir kritis, kreativitas, dan inovasi.
Anak-anak juga belum dibimbing untuk mandiri. Ketergantungan penuh pada orang tua justru merugikan pembentukan karakter mereka. Anak harus dibina kemandiriannya sejak dini, bukan dibiarkan bergantung.
4. Kesenjangan Kualitas Pendidikan
Wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) belum menikmati akses pendidikan digital yang merata. Angka putus sekolah masih tinggi, menurunkan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Indeks Lama Sekolah Nasional.
Inspirasi dari Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail
Dalam QS. As-Saffat: 100–103, dikisahkan bagaimana Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar diberi anak yang shaleh, yakni generasi penerus perjuangan ideologis tauhid. Nabi Ismail menunjukkan tiga karakter generasi emas:
1. Bertauhid dan Ikhlas
Ia bersedia dikorbankan demi menjalankan perintah Allah. Ini adalah puncak ketaatan dan keikhlasan, bukan sekadar memenuhi kepentingan pribadi atau keluarga.
2. Berakhlak Mulia kepada Orang Tua
Ismail taat kepada ayahnya dalam hal-hal penting, bahkan dalam hal yang bertentangan dengan perasaannya—seperti saat diminta menceraikan istrinya yang tidak sabar dan konsumtif.
3. Fisik Kuat dan Intelektual Tajam
Ismail membantu membangun Ka’bah bersama Ibrahim. Dibutuhkan fisik yang kuat dan akal yang cemerlang untuk merancang bangunan suci ini—simbol karya monumental yang melampaui kepentingan pribadi.
Membangun Indonesia Kuat
Program pemerintah untuk membentuk Generasi Emas 2045 sejalan dengan nilai-nilai keislaman dalam Al-Qur'an. Diperlukan kolaborasi semua pihak—pendidik, orang tua, pemimpin, dan negara—untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat, merata, dan mendorong lahirnya generasi yang:
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Religius dan berakhlak mulia
3. Kreatif dan mandiri
4. Siap bersaing di panggung global
Membangun Bangsa Tidak Cukup dengan Slogan Saja
Semoga kita semua berperan dalam lahirnya generasi emas yang akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, sejahtera, dan disegani dunia. Perjalanan sejarah Islam mencatat bahwa peradaban gemilang tidak lahir secara tiba-tiba, melainkan merupakan buah dari proses pendidikan yang unggul dan tradisi keilmuan yang kuat. Dalam konteks itu, Islam tidak hanya memperhatikan aspek ibadah ritual, tetapi juga mendorong kemajuan ilmu pengetahuan secara luas: mulai dari teologi hingga ilmu eksakta dan sosial. Kejayaan peradaban Islam, terutama pada masa keemasan, lahir dari komitmen kuat terhadap pendidikan sebagai fondasi utama membangun generasi emas.
0 Komentar