Menembus Sekat Lokalitas: Mobilitas Global Mahasiswa Doktor UM Sumbar ke UPM
MALAYSIA, kiprahkita.com –Rabu, 24 September 2025 lalu menjadi penanda penting dalam sejarah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UM Sumbar). Sebanyak 23 mahasiswa Program Doktor Studi Islam diberangkatkan menuju Universiti Putra Malaysia (UPM) dalam rangka Program Student Mobility—sebuah agenda strategis yang tak hanya menjadi bentuk internasionalisasi kurikulum, tetapi juga simbol keseriusan UM Sumbar dalam mencetak ilmuwan Islam berdaya saing global.
![]() |
Dari Wacana Menuju Aksi: Internasionalisasi yang Dihidupkan
Dalam sambutannya, Prof. Mahyudin menyampaikan bahwa program ini bukan agenda tempelan, melainkan bagian integral kurikulum doktor. Rekognisi akademik setara 5 SKS menegaskan bahwa pengalaman ini bukan rekreasi intelektual, tetapi proses pembelajaran yang valid secara akademik dan transformatif secara intelektual.
"Mahasiswa tidak sekadar berkunjung, tapi berdialog, mempresentasikan, dan diuji oleh forum ilmiah lintas negara," ujar beliau.
Ini adalah model pendidikan tinggi Islam yang progresif: mendidik dengan membuka cakrawala, bukan membatasi wacana.
Urgensi Student Mobility di Level Doktoral
Jika pada jenjang sarjana dan magister student mobility penting untuk eksposur awal, maka di tingkat doktor, program ini mencapai fungsi strategis yang lebih mendalam:
Uji Temu Ilmiah
Disertasi tidak bisa selesai hanya dengan bacaan lokal. Forum ilmiah internasional memberi mahasiswa akses terhadap umpan balik akademik yang kritis dan objektif, mengasah keaslian gagasan dan ketajaman metodologi.
Jaringan Ilmu Lintas Batas
Mobilitas membuka kemungkinan kolaborasi riset, publikasi bersama, dan pertukaran pemikiran lintas institusi—kunci penting dalam peta akademik global yang kini menuntut jejaring, bukan isolasi.
Wawasan Komparatif dan Kesadaran Global
Mahasiswa doktoral dituntut memiliki kemampuan analisis lintas konteks. Belajar langsung di Malaysia, bahkan berdialog tentang Islam di kawasan minoritas Muslim seperti Thailand, memberi nuansa komparatif yang tak bisa diperoleh dari ruang kelas semata.
Reposisi Intelektual Nusantara
Di tengah gelombang globalisasi Islam yang kerap didominasi narasi Timur Tengah, program ini membuka jalan bagi para intelektual dari Sumatera Barat untuk menawarkan perspektif keislaman yang kontekstual, moderat, dan rahmatan lil ‘alamin kepada dunia.
Spiritualitas dalam Mobilitas
Penting dicatat, bahwa program ini bukan hanya ekspedisi intelektual, tetapi juga perjalanan spiritual. Mahasiswa seperti Muhammad Jahar Bulek merasakan bahwa mobilitas ini menguatkan kembali misi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
“Belajar di luar negeri membuat kami menyadari luasnya cakrawala Islam, sekaligus memperkuat tekad untuk menghadirkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin di tanah air,” ungkapnya penuh haru.
Demikian pula Amrizon, yang menggarisbawahi pentingnya forum ini dalam menguji temuan awal disertasinya tentang Moderasi Islam di Asia Tenggara. Presentasi di hadapan akademisi Malaysia bukan hanya tantangan, tapi validasi ilmiah atas jalan panjang riset yang sedang ditempuhnya.
Meneguhkan Kiprah Global Universitas Muhammadiyah Sumbar
Keikutsertaan dalam program student mobility ini sekaligus memantapkan posisi UM Sumbar sebagai aktor penting dalam jejaring keilmuan internasional. Keberanian melepas mahasiswanya ke forum global adalah wujud kepercayaan diri institusi terhadap mutu akademiknya sendiri.
Dengan dukungan pimpinan, budaya akademik yang sehat, serta kurikulum yang visioner, UM Sumbar sedang melahirkan doktor-doktor baru yang tidak hanya berpikir global, tetapi juga mampu membawa warna lokal dalam percakapan internasional.
Dari Minangkabau ke Dunia
Ranah Minang, yang selama ini dikenal melahirkan tokoh-tokoh besar pemikir Islam dan bangsa, kembali menunjukkan tajinya. Kali ini, bukan sekadar lewat narasi sejarah, tetapi melalui aksi konkret pengiriman intelektual muda ke kancah global.
Program student mobility ini adalah jembatan dari lokalitas menuju universalisme ilmu, dari ruang baca di Padang Panjang menuju forum ilmiah di Malaysia. Bukan untuk membanggakan gelar, tapi untuk menyumbangkan gagasan.
Dengan kaki melangkah dari Sumatera Barat dan hati terpaut pada kemajuan umat, 23 mahasiswa ini membawa misi besar: mempertemukan Islam, ilmu, dan kemanusiaan dalam satu simpul perjuangan global.
0 Komentar