Hadiah untuk Alin 2: Inilah Sudut Pandang Penceritaannya

Hadiah untuk Alin

Karya Hanik Alina

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Tentu Ananda semua masih ingat sudut pandang cerita, bukan? Ada dia-an dan aku-an. Dia-an berarti tokoh utama cerita Andre, dia, ia, -nya. Sedangkan aku-an, tokoh cerita aku, -ku, atau saya. Dia-an kita sebut sudut pandang orang ketiga tunggal. Sudut pandang aku-an kita sebut sudut pandang orang pertama tunggal.

Dia-an menggunakan kata ganti orang ketiga: dia, ia, dan -nya. Adapun aku-an menggunakan kata ganti orang pertama yaitu: aku, -ku, dan saya.

Nah, sudut pandang orang ketiga tunggal kita bedakan lagi atas dua. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu (bukan tau ya) tapi dibaca memang tau dan Sudut Pandang Orang Ketiga sebagai Pengamat.

Sudut pandang orang ketiga serba tahu adalah gaya penceritaan dengan kata ganti “ia, dia, mereka, nama tokoh” Pada penceritaan ini pengarang bertindak sebagai narator yang mengetahui segalanya tentang tokoh. Tidak hanya tindakan yang terlihat, tapi juga pikiran, perasaan, ide, dan motivasi para tokoh.

Ciri-ciri:

Menggunakan kata ganti dia/ia/nama tokoh.

Pengarang tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan tokoh.

Pengarang bisa masuk ke batin semua tokoh, tidak terbatas satu saja.

Cerita lebih lengkap karena pembaca diajak tahu isi hati dan konflik batin para tokoh.

Contoh: (Sudut Pandang Cerita sesuai cerpen “Hadiah untuk Alin”):

 “Andre ingin menyapa gadis berhijab itu, tapi ia mengurungkan niatnya. Hatinya berdebar, ragu apakah gadis itu masih mengingatnya. Sementara Alin sendiri sedang gelisah, telepon dari rumah sakit membuatnya panik.”

Di sini jelas: pengarang menyampaikan isi hati Andre sekaligus perasaan Alin, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh sudut pandang pengamat.

Jadi cerpen “Hadiah untuk Alin” menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, karena pengarang menceritakan perasaan Andre, kesedihan Alin, sampai perubahan hati keluarga Andre.

Andre tak pernah mengira pertemuannya dengan Alin sore itu mengantarkannya pada suatu pemahaman hakiki tentang agama yang selama ini dianggap sebagai agama teroris.

Indahnya Karya Ciptaan Allah SWT

Ia memandang gadis yang duduk di meja seberang. Ia yakin sekali gadis itu adalah gadis yang berbicara dengannya saat pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini. Dia yang menunjukkan ruang administrasi. Perempuan yang sangat tepat sebelum registrasi mahasiswa ditutup. Ya… hari itu hari terakhir registrasi.

Mari Kita Tetapkan Sudut Pandang Tiap Paragraf  Cerpen Hadiah untuk Alin

1. Andre mengayunkan kakinya riang. Ia mau menyapa gadis berhijab itu sekalilan berterima kasih. Namun, dia mengurungkan niatnya. Gadis itu berdiri setelah menerima telepon. Langkahnya tergesa-gesa keluar dari ruang administrasi. Diam-diam Andre mengikutinya. Gadis yang belum ia ketahui namanya itu menaiki sebuah angkot. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: mau menyapa, mengurungkan niatnya, diam-diam).

2. “Ojek!!” teriak Andre pada seorang pengendara motor yang mengenakan jaket ojol. Ia meminta ojol tersebut untuk mengikuti angkot itu. (Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat: Alasan: Hanya berupa dialog tanpa narasi batin. Tidak ada penjelasan pikiran atau perasaan dari karakter mana pun.)

3. Mereka berhenti di depan sebuah rumah sakit setelah hampir kehilangan jejak. Setelah dari meja resepsionis ia berjalan cepat menelusuri lorong dan kini mereka sampai di depan ruang IGD. Andre menjaga jarak aman dengan langkahnya yang diam-diam. Gadis itu menghampiri salah satu brankar di situ. Andre mendengar isakan. Lelaki paruh baya terbaring di brankar tersebut. Perlahan Andre mendekat gadis yang tengah sesenggukan itu. Hingga ia pun berada tepat di sebelah brankar sambil menunduk lesu pelan. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: diam-diam, mendengar isakan, menunduk lesu)

4. “Adakah yang bisa aku bantu?” tanyanya sesaat berdiri menatap gadis itu. (Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat: Alasan: Hanya berupa dialog tanpa narasi batin. Tidak ada penjelasan pikiran atau perasaan dari karakter mana pun.)

5. “Beliau ayahku. Keluargaku semua tak ada di sini,” jawabnya sendu. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: sendu)

6. “Biarkan aku yang urus. Kamu di sini saja,” sahut Andre. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: sahut Andre berarti Andre berpikir)

7. Sepertinya tidak sulit untuk meminta bantuan pada Andre. Rumah sakit ini adalah rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Entah, rasanya ia tak tega melihat gadis itu menangis. Dia hanya perlu mengikhlaskan egonya. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: tak tega, mengikhlaskan ego)

8. Setelah perdebatan panjang itu berakhir janji pulang ke rumah, Andre mendapatkan ambulan untuk mengurus jenazah ayah gadis itu. Kali ini ia tak akan lupa menanyakan namanya hari ini. Mereka berdua naik ke ambulan. Entah mengapa Andre tak sampai hati melihat gadis di sebelahnya sudah lebih tenang. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: tak akan lupa menyakan, tak sampai hati)

9. “Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Andre.

Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat

Alasan: Hanya berupa dialog dan narasi deskriptif dari tindakan Andre. Tidak ada informasi tentang pikiran/perasaan Andre.

10. “Ayah korban tabrak lari,” jawabnya pendek.

Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat

Alasan: Sama seperti sebelumnya, hanya menampilkan ucapan Alin dan cara berbicaranya ("jawabnya pendek"). Tidak ada informasi batin.

11. “Aku Andre, cowok yang waktu itu kamu antarkan ke ruang administrasi,” kata Andre memperkenalkan diri.

Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat

Alasan: Narator hanya melaporkan dialog dan tindakan, tanpa menyampaikan isi hati atau pikiran Andre.

12. “Saya Alin.”

Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat, Alasan: Murni dialog, tidak ada narasi tambahan.

13. “Senang bisa atas bantuannya. Waktu itu aku belum sempat bilang,” lanjut Andre.

Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat

Alasan: Masih hanya memuat ucapan tokoh, belum ada narasi yang menggambarkan isi pikiran atau emosi.

14. “Terima kasih juga. Hari ini kamu telah banyak membantu saya,” balasnya.

Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat

Alasan: Tetap hanya menyampaikan dialog dan tindakan (membalas), tidak masuk ke batin tokoh.

15. Keduanya diam hingga sampai di depan rumah sederhana terbuat dari papan namun asri. Dengan bantuan para tetangga, pemakaman ayah Alin berjalan dengan lancar.

Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat

Alasan: Narator hanya mendeskripsikan kejadian dan latar, tanpa menyebutkan pikiran, perasaan, atau pendapat dari tokoh mana pun.

16. Andre masih belum mau pergi dari rumah Alin. Gadis itu benar-benar sendirian. Tidak ada sanak famili dan kerabatnya. Ponsel di saku celananya berbunyi berkali-kali. Pasti itu dari papanya yang menagih kepulangan ambulan. Secercah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Andre mengangkat ponsel dan berkata, “Papa, aku pulang tapi Andre tidak sendirian. Andre bawa teman. Orang tuanya baru saja meninggal dan dia sendirian,” ucapnya. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: secercah ide)

17. Lelaki di seberang mengernyitkan jidatnya. Tumben anak lelakinya menjadi peduli. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: tumben dan peduli)

18. “Oke, Papa tunggu.” Andre tersenyum mendapat jawaban tersebut. (Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu: Alasan: Narator menyebut "Andre tersenyum mendapat jawaban tersebut". Ada sedikit petunjuk pada motivasi/reaksi batin Andre, walau masih ringan.)

19. “Alin, sebelumnya aku minta maaf. Mungkin ini terlalu aneh buatmu. Bagaimana kalau kamu tinggal di rumahku sementara waktu? Kamu sendirian di sini. Tidak ada yang menjagamu. Aku memang bukan siapa-siapa tapi setidaknya di rumah ada beberapa orang yang bisa…?” (Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat: Alasan: Hanya berupa dialog tanpa narasi batin. Tidak ada penjelasan pikiran atau perasaan dari karakter mana pun.)

20. “Maaf, saya tidak apa-apa. Kamu pulang saja. Sudah malam nanti menimbulkan fitnah.” (Sudut Pandang: Orang ketiga pengamat: Alasan: Masih berupa dialog murni, tanpa narasi tambahan dari sudut narator.)

21. “Alin, setelah melihat foto itu, aku tahu kenapa aku mengkhawatirkanmu. Kamu adikku yang hilang. Kamu lihat anak laki-laki di sebelahmu itu? Itu aku. Lihat foto ini. Sama kan?” kata Andre sambil memberikan foto dari dompetnya. Alin menerima foto itu. Tapi keadaannya berbeda sekarang, ia Islam dan sementara keluarganya nasrani. (Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu: Alasan: Di akhir paragraf ada narasi batin/pengetahuan narator tentang keadaan internal Alin: "ia Islam dan sementara keluarganya nasrani.")

22. “Aku juga mengikutimu beberapa kali. Aku tahu sekarang keyakinan kita berbeda dan itu menjadi beban pikiran kamu. Aku kakakmu tetap menerimamu. Nanti akan aku jelaskan ke papa,” Alin diam mendengar penjelasan Andre. Semua terjadi secara tiba-tiba. Otaknya tidak bisa mencerna dengan baik. (Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu karena ada Kata: beban pikiran  dan Alin diam mendengarkan) Alasan lain: Ada narasi tentang kondisi pikiran Alin: "Semua terjadi secara tiba-tiba. Otaknya tidak bisa mencerna dengan baik."

23. “Yuk, papa sudah menunggu.” Alin tidak bisa menolak. Selama ini ia juga mencari keberadaan keluarganya. Awalnya Alin disambut dengan suka cita. Namun, setelah menyadari adanya perbedaan keyakinan, mereka menjaga jarak dengan Alin kecuali Andre. Kakak pertamanya Alin tetap meyakinkan bahwa keluarganya menyayangi Alin. Mereka hanya perlu adaptasi saja. Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu: Alasan: Ada narasi tentang kondisi pikiran Alin: "Semua terjadi secara tiba-tiba. Otaknya tidak bisa mencerna dengan baik."

Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu: Alasan: Pengetahuan narator masuk ke perasaan dan pengalaman batin Alin: "Alin tidak bisa menolak", "selama ini ia juga mencari", "meyakinkan bahwa keluarganya menyayangi".

24. Andre yang semula diminta papanya untuk memengaruhi Alin justru terjebak pada satu kenyataan bahwa Islam agama yang universal dan tidak membeda-bedakan pemeluknya dan memiliki toleransi yang tinggi. Terlebih melihat perangai Alin yang mencerminkan amaliyah seorang muslimah. Tak hanya itu, mereka sering terlibat perdebatan sengit yang tentunya tidak bisa diabaikan oleh Andre. Hingga suatu hari akalnya menerima logika sederhana tentang konsep ketuhanan dalam Islam dari surat Al-Ikhlas. Logikanya tidak bisa dibantah dan ia memutuskan untuk bersyahadat tanpa sepengetahuan orangtuanya. Jamaah masjid di kampus mereka menjadi saksi Andre menjadi seorang mualaf. (Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu: Alasan: Narator tahu pikiran, perasaan, bahkan proses logika Andre hingga keputusannya bersyahadat. Ini sangat khas sudut pandang serba tahu.)

25. Perubahan perilaku Andre akhirnya menarik perhatian papa dan anggota keluarganya lainnya. Dalam pandangan mereka Andre lebih pandai mengendalikan amarah dan yang paling mencolok dia tak pernah lagi pulang malam dalam keadaan mabuk. Tanpa sengaja papa dan mamanya mengetahui Andre telah menjadi mualaf. Hal itu, tentunya membuat papa dan mamanya kecewa. Namun, mereka tak berdaya. Andre dengan tekadnya, mereka berhenti yang membenarkan setiap penjelasannya tentang keesaan Allah. (Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu: Alasan: Narator menjelaskan isi hati dan reaksi emosional dari papa dan mama ("kecewa... mereka tak berdaya"), serta menggambarkan keteguhan Andre.)

26. Tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-20. Papa dan mama mereka menyampaikan niat mereka untuk menjadi mualaf. Alin bersujud. Tiada lagi penghalang antara dia dan keluarganya.* (Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu: Alasan: Narator menggambarkan perasaan lega dan penuh syukur dari Alin: "Tiada lagi penghalang antara dia dan keluarganya.")

Rekapitulasi Sudut Pandang Cerpen Hadiah untuk Alin

1. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Narator tahu pikiran Andre, seperti “mau menyapa”, “mengurungkan niatnya”.

2. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Hanya berupa dialog dan tindakan, tidak masuk ke pikiran tokoh.

3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Ada narasi batin seperti “menunduk lesu”, “diam-diam”, dan reaksi Andre.

4. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Murni dialog, tidak masuk ke batin tokoh.

5. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: “Jawabnya sendu” menunjukkan deskripsi perasaan Alin.

6. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Kata “sahut” menyiratkan reaksi batin Andre.

7. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Narator tahu isi pikiran dan perasaan Andre (“tak tega”, “mengikhlaskan ego”).

8. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Ada narasi batin Andre: “tak akan lupa”, “tak sampai hati”.

9. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Hanya percakapan, tidak ada narasi pikiran atau perasaan.

10. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Dialog disampaikan tanpa narasi batin, hanya cara berbicara.

11. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Tidak ada deskripsi perasaan, hanya perkenalan diri.

12. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Dialog satu kalimat, tanpa narasi tambahan.

13. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Tetap berupa ucapan tokoh, belum masuk pikiran.

14. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Murni dialog, tidak ada narasi pikiran atau emosi.

15. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Narasi hanya mendeskripsikan latar dan peristiwa.

16. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Narator masuk ke pikiran Andre: “secercah ide”, “pasti dari papanya”.

17. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Pikiran sang ayah dijelaskan: “tumben”, “menjadi peduli”.

18. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Reaksi Andre dijelaskan setelah mendengar jawaban ayahnya.

19. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Hanya dialog Andre tanpa narasi batin.

20. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Alasan: Dialog Alin tanpa tambahan deskripsi batin.

21. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Narator menjelaskan keadaan batin Alin yang kini berbeda keyakinan.

22. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Ada penjelasan isi pikiran Alin (“beban pikiran”, “tidak bisa mencerna”).

23. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Narasi membahas pengalaman batin dan pergulatan emosi Alin.

24. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Proses logika Andre menerima Islam dijelaskan panjang lebar.

25. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Reaksi batin papa dan mama terhadap perubahan Andre diceritakan.

26. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu

Alasan: Narator menggambarkan perasaan lega dan syukur Alin saat keluarganya ikut mualaf.

Rekap Akhir:

Orang Ketiga Serba Tahu: 18 paragraf (1, 3, 5–8, 16–18, 21–26)

Orang Ketiga Pengamat: 8 paragraf (2, 4, 9–15, 19–20)

Pengertian Sudut Pandang Orang Ketiga sebagai Pengamat

Sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat adalah sudut pandang di mana narator berada di luar cerita dan hanya mengamati kejadian-kejadian yang tampak dari luar tanpa mengungkap pikiran, perasaan, atau isi hati tokoh secara langsung.

Narator hanya menyampaikan apa yang bisa dilihat atau didengar seperti tindakan tokoh, dialog, dan suasana, tanpa masuk ke dalam batin tokoh.

Biasanya menggunakan kata ganti: "dia", "mereka", atau nama tokoh.

Ciri-Ciri Sudut Pandang Orang Ketiga sebagai Pengamat

Narator bukan bagian dari cerita

Narator tidak ikut terlibat dalam peristiwa, hanya sebagai pengamat luar.

Menggunakan kata ganti orang ketiga

Seperti "dia", "ia", "mereka", atau nama tokoh.

Tidak mengungkapkan isi hati atau pikiran tokoh

Narator hanya menyampaikan dialog dan tindakan yang terlihat.

Fokus pada pengamatan objektif

Cerita seperti dilihat oleh kamera – hanya apa yang tampak, tanpa opini narator.

Tidak ada narasi batin

Contoh Kalimat Sudut Pandang Orang Ketiga sebagai Pengamat:

"Alin berdiri di depan makam ayahnya. Ia menatap nisan itu lama, lalu melangkah pergi tanpa berkata sepatah kata pun."

Sekarang tentukan sudut pandang penceritaan cerpenmu seperti contoh di atas!

Posting Komentar

0 Komentar