Kurikulum Berbasis Cinta sebagai Pilar Transformasi Pendidikan di MTsN Padang Panjang Bersama Fauziah Fauzan El Muhammady, S.E. Akt, M.Si

Kurikulum Berbasis Cinta sebagai Pilar Transformasi Pendidikan di MTsN Padang Panjang

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Dalam dunia pendidikan yang terus bergulir mengikuti arus zaman, MTsN Padang Panjang mengambil langkah strategis dengan menyelenggarakan lokakarya monumental bertajuk “Kurikulum Berbasis Cinta” pada Senin, 8 September 2025 di aula Diniyyah Puteri Padang Panjang. Kegiatan ini bukan sekadar pertemuan formalitas, melainkan sebuah ikhtiar kolektif untuk mentransformasikan paradigma pendidikan yang selama ini terlalu kognitif-sentris menuju pendekatan yang lebih humanistik dan berakar pada nilai-nilai kasih sayang.

Nara sumber Fauziah Fauzan El Muhammady, S.E. Akt, M.Si dan peserta

Hadirnya lebih dari 100 pendidik dan tenaga kependidikan dalam lokakarya ini menunjukkan kesadaran kolektif bahwa dunia pendidikan hari ini tengah membutuhkan napas baru. Bahwa madrasah bukan hanya tempat mentransfer ilmu, tetapi harus menjadi rumah pembentukan akhlak dan karakter, sebuah tempat yang menumbuhkan rasa dicintai dan mencintai dalam proses belajar. Inilah semangat dari Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang digagas dan mulai dihidupkan oleh MTsN Padang Panjang.

Cinta sebagai Basis Kurikulum: Bukan Sekadar Retorika

Dalam sambutannya, Kepala MTsN Padang Panjang, Ibu Firmawati Anwar, M.Pd, dengan lugas menekankan bahwa pendidikan berbasis cinta adalah landasan untuk melahirkan generasi berakhlak mulia, cerdas, dan berempati tinggi. Cinta dalam hal ini bukan sekadar rasa, tetapi menjadi prinsip dasar dalam mengelola kelas, menyusun strategi pembelajaran, hingga melakukan evaluasi.

Menghadirkan narasumber seperti Ibu Fauziah Fauzan El Muhammady, S.E. Akt, M.Si adalah keputusan yang cerdas. Dengan pengalaman dan pendekatan yang humanis, beliau memaparkan strategi konkret dalam mengintegrasikan nilai cinta dalam praktik belajar mengajar—mulai dari metode pengelolaan kelas yang ramah siswa, sampai pada bentuk evaluasi yang tidak menjatuhkan, tapi mengangkat. Di sini kita melihat bahwa KBC bukan sekadar slogan, tetapi dapat diterjemahkan menjadi tindakan nyata di ruang kelas.

Keteladanan dari Pucuk Pimpinan

Kehadiran para pemangku kebijakan pendidikan seperti Kabid Penmad Kanwil Kemenag Sumbar, H. Hendri Pani Diaz, M.A, dan Kakankemenag Kota Padang Panjang, H. Mukhlis, M.Ag, memberikan legitimasi bahwa transformasi pendidikan ini mendapat dukungan struktural. Dalam arahannya, H. Mukhlis menekankan pentingnya kompetensi guru dalam menghadapi era digital, namun dengan tetap menjaga ruh pendidikan yang berkarakter.

Kabid Penmad Kanwil Kemenag Sumbar, H. Hendri Pani Diaz, M.A, dan Kakankemenag Kota Padang Panjang, H. Mukhlis, M.Ag, memberikan legitimasi

Apa yang dilakukan MTsN Padang Panjang adalah bentuk sinergi antara kebijakan top-down dan gerakan akar rumput (bottom-up) dalam pendidikan. Para guru tidak hanya menerima, tetapi aktif berdiskusi, berbagi pengalaman, dan menyusun langkah implementatif. Ini bukan lokakarya biasa, ini adalah proses kelahiran budaya sekolah baru.

Ritual Syukur: Dimensi Spiritual dalam Pembelajaran

Salah satu momen reflektif yang tak kalah penting adalah ketika narasumber memulai sesi dengan mengajak peserta menyebutkan hal-hal yang patut disyukuri di pagi hari. Mulai dari bisa bangun sehat, mandi air dingin, hingga bisa sampai di lokasi dengan selamat. Aktivitas ini sederhana tapi sangat mendalam. Ia menyadarkan para pendidik bahwa sebelum menanamkan nilai pada siswa, mereka terlebih dahulu harus menyadari dan merasakan nilai itu sendiri. Inilah titik di mana pendidikan spiritual bertemu dengan praksis keseharian.

Kurikulum Berbasis Cinta: Menjawab Krisis Nilai

antusiasme peserta

Kita hidup dalam zaman yang penuh paradoks. Informasi melimpah, tapi krisis empati merajalela. Prestasi akademik tinggi, tetapi krisis moral tak terbendung. Di sinilah Kurikulum Berbasis Cinta hadir sebagai jawaban atas kekosongan nilai dalam pendidikan modern. Ia bukan kurikulum tambahan, tetapi bingkai besar yang merangkul semua proses belajar-mengajar agar lebih bermakna dan membumi.

Dengan menekankan pada cinta sebagai fondasi, guru tidak lagi sekadar menjadi pengajar, tetapi menjadi pendamping jiwa. Siswa tidak lagi sekadar objek yang dinilai, tetapi subjek yang dihargai. Lingkungan madrasah tidak lagi sekadar tempat belajar, tetapi rumah yang menumbuhkan kepercayaan diri, rasa aman, dan semangat untuk berkembang.

Komitmen Kolektif: Dari Aula Menuju Kelas

Penutupan lokakarya ditandai dengan pernyataan komitmen bersama dari seluruh guru MTsN Padang Panjang untuk mengintegrasikan nilai-nilai cinta dalam setiap proses pembelajaran. Ini bukan janji manis sesaat, tapi tekad bersama untuk membangun madrasah unggul yang menebar kebaikan.

Transformasi pendidikan bukan perkara sehari dua hari. Tapi langkah MTsN Padang Panjang hari ini adalah pondasi awal yang kuat. Sebuah langkah berani untuk membangun madrasah yang tidak hanya mencetak siswa cerdas, tetapi juga manusia seutuhnya—yang berpikir tajam, berhati luas, dan bertindak bijak.

Penutup

Kurikulum Berbasis Cinta adalah suara nurani yang selama ini mungkin terabaikan dalam desain pendidikan kita. Kini, melalui MTsN Padang Panjang, suara itu tak hanya didengar, tetapi mulai dijadikan arah. Semoga langkah ini menjadi inspirasi bagi madrasah lain di seluruh Indonesia. Karena sejatinya, pendidikan yang paling berhasil adalah yang ditanam dengan cinta dan dipanen dengan kemuliaan. (Yus MM/Humas MTsN PP)*

Posting Komentar

0 Komentar