Sekolah Tarjih: Meneguhkan Semangat Ijtihad dalam Bingkai Muhammadiyah

 Sekolah Tarjih: Meneguhkan Semangat Ijtihad dalam Bingkai Muhammadiyah

PASURUAN, kiprahkita.com Dalam dinamika pemikiran Islam modern, Muhammadiyah senantiasa hadir sebagai pelopor tajdid (pembaharuan) dan tarjih (pemilihan dalil yang lebih kuat). Salah satu wadah untuk memperkuat semangat ini adalah Sekolah Tarjih, sebuah forum intelektual yang diselenggarakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur. Acara yang berlangsung di Inna Tretes Hotel & Resort, Pasuruan pada tanggal 30–31 Agustus ini, bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Pasuruan dan menjadi bukti nyata komitmen persyarikatan dalam menguatkan basis keilmuan para kadernya.


Ketua MTT PWM Jawa Timur, Achmad Zuhdi, dalam penutupan acara menegaskan bahwa Sekolah Tarjih diharapkan menjadi medium untuk memperkuat semangat tarjih. Sebuah harapan yang tidak berlebihan, mengingat betapa strategisnya peran tarjih dalam menjaga kemurnian pemikiran Islam serta relevansinya dalam kehidupan kontemporer.

Kegiatan Intensif, Hasil Maksimal

Selama dua hari penuh, 50 peserta terpilih dari total 84 pendaftar mengikuti kegiatan ini dengan antusiasme yang tinggi. Lima materi pokok yang disampaikan mencerminkan kedalaman dan keluasan tradisi keilmuan Muhammadiyah.

Pertama, Nurul Humaidi membuka wawasan peserta mengenai posisi ulama dalam perspektif Muhammadiyah. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya peran ulama bukan hanya sebagai pewaris nabi dalam makna tekstual, tetapi juga sebagai aktor yang membentuk arah pemikiran dan gerakan tajdid di tubuh persyarikatan. Di sinilah Muhammadiyah menempatkan ulama sebagai subjek aktif dalam ijtihad, bukan sekadar penjaga tradisi.

Kedua, Zainuddin menyajikan materi tentang metodologi syarah hadis dalam tradisi Muhammadiyah. Materi ini memperlihatkan bagaimana Muhammadiyah tidak hanya membaca hadis secara tekstual, tetapi juga menggunakan pendekatan kontekstual yang kritis. Hal ini menjadi penting, mengingat banyaknya problematika sosial keagamaan yang menuntut pemahaman hadis yang inklusif dan relevan.

Ketiga, Prof. Dr. Achmad Zuhdi DH., M.Fil.I memperdalam diskusi dengan membahas prinsip dan metode manhaj tarjih Muhammadiyah. Dalam sesi ini, peserta diajak memahami bagaimana tarjih menjadi metodologi khas Muhammadiyah dalam melakukan ijtihad kolektif. Tarjih bukan hanya soal memilih dalil terkuat, tetapi juga tentang membangun bangunan pemikiran yang rasional, kontekstual, dan berdasar pada maqashid al-syari’ah.

Keempat, Ir. Amirul Muslihin mengajak peserta masuk ke ranah astronomi Islam dengan materi tentang hisab dan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT). Ini menjadi pengingat bahwa ilmu falak bukan sekadar perhitungan teknis, tetapi bagian integral dari ketepatan ibadah umat Islam. Muhammadiyah, melalui MTT, telah menjadi pionir dalam penerapan hisab yang berbasis ilmu dan teknologi modern.

Tarjih: Dari Forum ke Aksi Nyata

Sekolah Tarjih bukan hanya forum pembelajaran, melainkan juga ruang penguatan ideologis dan metodologis. Peserta tidak hanya dibekali ilmu, tetapi juga dibentuk untuk menjadi agen tarjih di lingkungan masing-masing. Hal ini menjadi penting, sebab tantangan umat Islam hari ini tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual dan struktural.

Semangat tarjih harus terus hidup — tidak kaku, tetapi juga tidak liar. Ia harus rasional tetapi tetap terikat pada nilai-nilai wahyu. Sekolah Tarjih menjadi bukti bahwa Muhammadiyah serius dalam menyiapkan generasi ulama dan cendekiawan muslim yang mampu menjawab tantangan zaman dengan tetap berpijak pada Al-Qur’an dan Sunnah.

Meneruskan Tradisi Ilmiah Muhammadiyah

Kegiatan seperti Sekolah Tarjih ini adalah investasi intelektual dan spiritual jangka panjang. Ia bukan hanya menguatkan narasi keislaman yang mencerahkan, tetapi juga membentuk kader-kader tarjih yang mumpuni. Muhammadiyah, melalui MTT, terus menjaga api ijtihad tetap menyala dalam bingkai tarjih dan tajdid.

Dari Pasuruan, semangat ini menyala, dan semoga menjalar ke seluruh pelosok tanah air. Karena sejatinya, tarjih bukan milik segelintir orang, tapi merupakan denyut nadi gerakan Muhammadiyah itu sendiri.

Dalam sebuah aktivitas rutin pengurus Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Muhammadiyah di setiap daerah, pertemuan dalam forum Sekolah Tarjih ini diharapkan menjadi medium untuk memperkuat semangat tarjih.


Begitu salah satu bunyi pesan Ketua MTT Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur  Achmad Zuhdi, dalam penutuan Sekolah Tarjih, yang dilaksanakan oleh MTT PWM Jawa Timur bersama dengan PDM Kabupaten Pasuruan, di Inna Tretes Hotel& Resort, Pasuruan, Sabtu-Ahad (30-31/08).

Selama dua hari penuh, Sekolah Tarjih berlangsung dengan semangat belajar yang intens. Dari 84 pendaftar, terpilih 50 peserta yang mengikuti kegiatan ini hingga tuntas. Mereka dibekali lima materi pokok yang disampaikan oleh para narasumber ahli di bidangnya.

Dimulai dengan paparan Nurul Humaidi, tentang posisi ulama dalam perspektif Muhammadiyah, para peserta diajak memahami peran penting ulama dalam membentuk arah pemikiran persyarikatan.

Dilanjutkan oleh Zainuddin  yang mengulas metodologi syarah hadis dalam tradisi Muhammadiyah, memberikan wawasan kritis tentang cara memahami hadis secara kontekstual.

Selanjutnya, Prof. Dr. Achmad Zuhdi DH., M.Fil.I membahas prinsip dan metode manhaj tarjih Muhammadiyah, yang menjadi fondasi ijtihad dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

Materi berlanjut ke ranah hisab dan KHGT, disampaikan oleh Ir. Amirul Muslihin, yang memperlihatkan pentingnya akurasi ilmu falak dalam kehidupan keagamaan.(PDM Pasuruan)

Posting Komentar

0 Komentar