Menjadi Motor Peradaban: Peran Strategis Pemuda Muhammadiyah Menuju Indonesia Emas 2045
JAKARTA, kiprahkita.com –Indonesia tengah mengarungi babak penting sejarahnya: menuju visi Indonesia Emas 2045, satu abad kemerdekaan bangsa. Dalam momentum ini, peran pemuda menjadi krusial. Bukan hanya sebagai penerus estafet kepemimpinan, tetapi sebagai motor penggerak peradaban yang berakar pada nilai-nilai Islam, ilmu pengetahuan, dan kemanusiaan.
Inilah pesan besar yang mengemuka dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertema Peran & Tantangan Pemuda dalam Mewujudkan Indonesia Berkemajuan, yang digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta.
![]() |
Acara ini mempertemukan para pemimpin organisasi otonom Muhammadiyah—Pemuda Muhammadiyah, IPM, Nasyiatul ‘Aisyiyah, dan IMM—dalam sebuah ruang konsolidasi pemikiran. Mereka tidak hanya hadir membawa narasi organisasi, tapi juga menyuarakan refleksi intelektual dan spiritual untuk menjawab tantangan zaman.
Ilmu sebagai Pondasi Peradaban
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dzulfikar Ahmad Tawalla, menekankan pentingnya ilmu sebagai dasar utama membangun peradaban. Ia mengutip Ali bin Abi Thalib: "Ilmu itu lebih berharga daripada harta. Ilmu menjaga kita, sementara harta harus kita jaga." Dalam konteks Muhammadiyah, ini menjadi prinsip kunci: sehebat apapun seseorang, tanpa ilmu dan akhlak, maka runtuhlah nilai dirinya. Dzulfikar menegaskan bahwa kader muda Muhammadiyah harus menjadi sosok yang berilmu, berakhlak, dan menjadi pemikir strategis bagi bangsa.
2045: Bukan Angan, Tapi Ikhtiar Bersama
Ketua Umum PP IPM, Riandy Prawita, membawa perspektif optimistik namun realistis. Ia menyatakan bahwa cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi, tapi hasil dari kerja keras generasi sekarang. Muhammadiyah, dengan basis gerakan pendidikan dan sosialnya, menurut Riandy, memiliki potensi untuk menjadi leading sector dalam berbagai bidang. Pemuda Muhammadiyah harus tampil sebagai kaum intelektual organik: berpikir kritis, bertindak nyata, dan tetap berpijak pada nilai-nilai keislaman.
4P: Strategi Spiritual-Intelektual Menuju Peradaban Emas
Ariati Dina Puspitasari, Ketua Umum PP Nasyiatul ‘Aisyiyah, memberikan kerangka strategis yang holistik. Ia menyebutnya sebagai 4P:
Perkuat keimanan dan pendalaman agama,
Perkuat ideologi kemuhammadiyahan,
Pupuk empati dan inovasi,
Perluas wawasan dan nalar kritis.
Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara spiritualitas dan intelektualitas. Ketika ilmu tidak disertai agama, manusia kehilangan arah. Sebaliknya, ketika hanya mengandalkan agama tanpa wawasan luas, maka lahirlah sikap eksklusif dan kaku. Generasi muda ditantang untuk menjadi uswatun hasanah, teladan dalam tutur, sikap, dan kontribusi nyata.
IMM dan Tantangan Zaman: Dari Ideologi Menuju Gerakan Praksis
Ode Rizki Prabtama, mewakili DPP IMM, menegaskan bahwa IMM harus keluar dari zona nyaman. Gerakan trilogi IMM—keislaman, keilmuan, dan kemanusiaan—harus menjelma dalam gerakan yang kontekstual terhadap isu-isu zaman: bonus demografi, disrupsi teknologi, krisis ekologi, dan ketimpangan sosial. IMM harus menjadi ruang kaderisasi yang adaptif namun tetap ideologis, mencetak intelektual-organik yang sadar akan arah perubahan global.
Konsolidasi untuk Perubahan
Dengan mempertemukan tokoh-tokoh muda Muhammadiyah dalam forum pengajian umum, Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara tegas menunjukkan urgensi konsolidasi gerakan kepemudaan. Forum ini bukan hanya menjadi ruang silaturahmi pemikiran, tetapi juga menjadi panggilan moral bagi para pemuda Muhammadiyah untuk tidak hanya menjadi pewaris, tapi penggerak sejarah.
Indonesia 2045 bukan hanya soal statistik ekonomi atau bonus demografi. Ia adalah tentang nilai, arah, dan keberanian untuk menjawab tantangan zaman. Di titik inilah, kader-kader muda Muhammadiyah diuji: mampu atau tidaknya mereka menjelma menjadi pemimpin peradaban—yang berilmu, berakhlak, dan berpihak pada kemanusiaan.
Inti Motivasi
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Pengajian Umum PP Muhammadiyah yang mengangkat tema: Peran & Tantangan Pemuda dalam Mewujudkan Indonesia Berkemajuan. Acara tersebut dihadiri langsung oleh Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto dan menghadirkan narasumber Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dzulfikar Ahmad Tawalla, Ketua Umum PP IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah), Riandy Prawita, Ketua Umum PP Nasyiatul ‘Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari, dan Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bidang Pendidikan Bahasa dan Potensi Akademik (PBPA), Ode Rizki Prabtama.
Dalam pemaparannya, Dzulfikar Ahmad Tawalla menekankan pentingnya ilmu sebagai pondasi utama dalam membangun peradaban dan meneguhkan peran kader muda Muhammadiyah. Ia mengutip pesan bijak dari Ali bin Abi Thalib sebagai refleksi nilai keilmuan yang harus dipegang oleh setiap kader.
“Ilmu itu lebih berharga daripada harta. Ilmu menjaga kita, sementara harta justru harus kita jaga. Di Muhammadiyah, sesakti apapun seseorang, jika tidak memiliki ilmu, maka runtuhlah harga dirinya,” ujar Dzulfikar dalam acara yang diadakan Jumat malam, (10/10), bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat.
Menurutnya, pesan tersebut menjadi pengingat penting bahwa kader Muhammadiyah harus senantiasa berilmu sekaligus berakhlak mulia.
“Orang-orang yang memiliki pemikiran kuat dan akhlak mulia, itulah yang terus dihidupkan dalam proses pengkaderan Muhammadiyah,” imbuhnya.
Sementara itu, turut merespon dan memberikan pendapatnya tentang kepemudaan dan arah pemuda kedepan dalam mewujudkan Indonesia emas 2045, Ketua Umum PP IPM, Riandy Prawita turut menegaskan bahwa cita-cita Indonesia emas 2045 bukanlah sebuah angan-angan belaka namun adalah sebuah ikhtiar yang harus diwujudkan secara bersama.
“Indonesia 2045 ini sebetulnya bukan sekedar angan-angan, namun merupakan satu hasil yang akan dipetik nanti dari kerja keras generasi saat ini. Dengan apa yang Muhammadiyah lakukan sekarang, kita seharusnya bisa menang dalam leading sektor di berbagai hal. Sebagai kaum intelektual, kita pun juga harus bersama-sama melangkah maju mewujudkan Indonesia berkemajuan,” ucap Riyandi.
Lebih jauh, Ariati Dina Puspitasari, Ketua Umum PP Nasyiatul ‘Aisyiyah, menjelaskan empat langkah strategis yang perlu dilakukan generasi muda untuk mencapai cita-cita emas bangsa. Gagasan tersebut ia sebut sebagai 4P, yaitu, Perkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta pendalaman agama, Perkuat ideologi kemuhammadiyahan, Pupuk empati dan ciptakan kreativitas serta inovasi, Perluas wawasan dan nalar kritis, disertai proses bertumbuh dan menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi sesama.
“Ketika kita memiliki keilmuan tanpa agama, maka kita akan pincang. Sebaliknya, ketika agama kita kuat tapi wawasan kita sempit, maka kita akan seperti orang buta,” tegas Ariati.
Dalam pemaparannya ini, Ia pun mengajak generasi muda untuk menyeimbangkan antara kekuatan spiritual dan kapasitas intelektual sebagai kunci utama menuju peradaban yang berkemajuan.
Sementara Ketua DPP IMM Bidang Pendidikan Bahasa dan Potensi Akademik (PBPA), Ode Rizki Prabtama turut hadir dan menyampaikan pesan khusus yang disampaikan oleh Ketua Umum DPP IMM yang mempertegas komitmen IMM sebagai gerakan organisasi yang dinamis dan kontekstual terhadap isu-isu zaman.
“IMM yang berpijak pada nilai-nilai trilogi IMM: Keislaman, Keilmuan, dan Kemanusiaan didorong untuk keluar dari zona nyaman organisasi yang stagnan menuju gerakan yang dinamis dan kontekstual terhadap isu-isu zaman. Tentu, ini bukanlah sekedar slogan namun merupakan gerakan ideologis dan praksis untuk membentuk IMM di masa depan,” ucapnya.
Ia turut mengingatkan kepada para kader muda bahwa bonus demografi 2045 bukanlah waktu yang panjang melainkan sebuah waktu yang singkat untuk dituntaskan dengan baik secara bersama-sama.
“Untuk mencapai bonus demografi 2045, waktu kita tidak lebih dari 20 tahun dan masih banyak tantangan yang ada terutama pada sektor pendidikan, kesenjangan ekonomi dan ketimpangan, disrupsi teknologi dan kecerdasan buatan, serta krisis ekologi dan perubahan iklim,” pesan Ode.
Dengan menghadirkan pimpinan ortom kepemudaan pada sebuah forum pengajian, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menegaskan pentingnya konsolidasi pemikiran dan peran aktif generasi muda dalam mewujudkan Indonesia yang berkemajuan. Para pemuda Muhammadiyah diharapkan tidak hanya menjadi penerus estafet kepemimpinan, tetapi juga motor penggerak perubahan yang berakar pada nilai-nilai Islam, ilmu pengetahuan, dan kemanusiaan universal. (Bhisma)

0 Komentar