Santri Selamat dari Reruntuhan Musala Setelah Tiga Hari Tertimbun

SIDOARJO, kiprahkita.com Terima kasih telah membagikan kisah ini kata seorang teman. Ini adalah kisah yang sangat mengharukan dan penuh keajaiban tentang keselamatan seorang santri, Alfatih Cakra Buana, yang berhasil selamat dari reruntuhan musala di Sidoarjo.


Santri Selamat dari Reruntuhan Musala Setelah Tiga Hari Tertimbun

Ucapan hamdalah terus mengalir dari bibir Alfatih Cakra Buana (14), santri Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang berhasil selamat dari insiden runtuhnya musala pada Rabu, 1 Oktober 2025 lalu.

Alfatih tiba di RSUD RT Notopuro Sidoarjo sekitar pukul 19.00 WIB setelah dua temannya, Syehlendra Haical (13) dan Muhammad Wahyudi (13), lebih dulu dievakuasi.

Meski mengalami pengalaman yang sangat mengerikan, Alfatih tampak tenang dan tidak menunjukkan trauma berat. Ia hanya mengalami lecet ringan dan dijadwalkan untuk pulang ke rumah keesokan harinya.

"Sebelum salat Asar, saya sudah menunggu azan di musala, lalu ketiduran. Sempat terbangun karena terdengar gemuruh gedung ambruk, terus lari, tetapi pingsan akibat tertimpa material," kisah Alfatih.

Saat sadar, ia berada di bawah reruntuhan dalam kondisi gelap gulita, namun sempat berkomunikasi sebentar dengan temannya yang tertimbun di dekatnya. Setelah itu ia kembali tertidur.

Terlindungi Pasir, Bermimpi di Tengah Gelapnya Reruntuhan

Selama tertimbun, tubuh Alfatih terlindungi oleh timbunan pasir dan wajahnya tertutup material seng, yang secara tak disangka membantu melindungi dirinya dari luka serius.

"Saya merasa seperti tidur panjang, hampir tiga hari. Sempat mimpi berjalan-jalan di jalan gelap, naik mobil pikap tanpa lampu. Juga sempat mimpi minum air dari selang, rasanya seperti nyata," ujarnya.

Akhirnya, tim penyelamat berhasil menemukan posisinya dan mencongkel bagian bawah lantai untuk mengevakuasinya.

"Saya terbangun, tanya ke petugas apa sudah bisa keluar. Terus saya merangkak pelan-pelan keluar," tambahnya.

Ayah, Ini Keajaiban dari Allah

Sang ayah, Abdul Hanan, sangat bersyukur atas keselamatan anaknya. Ia mengaku terus membaca surat-surat Al-Qur’an ketika mengetahui anaknya tertimbun, berharap agar energi Alfatih tidak habis karena berteriak.

"Saya takut dia kehabisan energi kalau teriak-teriak. Jadi saya baca terus surat itu tanpa putus," kenangnya haru.

Ia juga mengungkap bahwa sebelumnya Alfatih sempat pulang dan meminta kembali ke pondok pada hari kejadian. Abdul Hanan akhirnya mengantar lebih awal, pada Sabtu, 27 September.

"Sebelum kejadian, dia sempat mimpi lihat gedung runtuh. Saya sempat menyesal karena keputusan itu membuat anak saya jadi korban. Tapi sekarang saya hanya bisa bersyukur. Terima kasih sudah menyelamatkan anak saya," pungkasnya. (Repelita.Com)

Posting Komentar

0 Komentar