Kajian Suara Anak Tegaskan Pentingnya Pelibatan Bermakna Anak dalam Program MBG
JAKARTA, kiprahkita.com –Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meluncurkan hasil kajian survei bertajuk Kajian Suara Anak: Mengedepankan Perspektif Anak dalam Program Makan Bergizi Gratis. Kajian ini disusun dengan dukungan dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), dan Wahana Visi Indonesia (WVI), serta diluncurkan di Gedung KPAI, Jakarta Pusat.
![]() |
“Dalam pelaksanaan program MBG, tim dapur perlu lebih sering mengajak diskusi atau mendengarkan pendapat siswa, supaya programnya sesuai dengan kebutuhan dan selera anak. Selain itu, kualitas makanan yang diberikan juga harus dijaga,” ujar salah satu peneliti anak dampingan WVI tersebut.
Sebelumnya, KPAI telah merilis dokumen rekomendasi kebijakan program makan bergizi gratis dan perlindungan yang merupakan hasil dari kunjungan lapangan ke SPPG dan satuan pendidikan.
“Selama ini, kita lebih sering mendengar perspektif dari orang dewasa mengenai MBG, melalui kajian ini kami ingin mendengar apa yang disuarakan anak. Kami berharap peluncuran kajian yang disampaikan hari ini bisa menjadi masukan bagi perbaikan pelaksanaan program MBG ke depannya,” ujar Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah.
KPAI, CISDI, dan WVI membuat kajian ini untuk mendorong pelibatan bermakna anak dalam program MBG. Melalui kajian ini, anak membagikan pengalaman dan masukan secara langsung mengenai pelaksanaan MBG.
“Selama ini, kami menilai pelibatan anak masih sangat terbatas sebagai objek dalam program MBG. Tidak seperti praktik di negara lain, anak-anak di Indonesia belum dilibatkan dalam penentuan menu, edukasi gizi, hingga evaluasi program di sekolah mereka,” kata Olivia Herlinda, Chief of Research and Policy CISDI.
Kajian ini menggunakan pendekatan Child-Led Research (CLR) atau penelitian yang dipimpin oleh anak. Semua proses, mulai dari penyusunan instrumen, pemetaan responden, pengumpulan data melalui diskusi terarah, dan pengolahan data dilakukan oleh peneliti anak.
Dalam hal ini, KPAI, CISDI, dan WVI mendukung studi CLR dengan menyelenggarakan Survei Suara Anak. Formulir survei daring didistribusikan mulai 11 Juli hingga 1 Agustus 2025. Dari 2.241 responden di 12 provinsi, diperoleh 1.624 data responden yang memenuhi kriteria untuk dianalisis.
“Anak-anak adalah masa depan dan harapan bangsa. Karena itu, kami turut mendukung kajian ini sebagai komitmen untuk memahami kebutuhan anak, termasuk dalam mendapatkan hak dasarnya atas gizi yang cukup guna mendukung pertumbuhannya. Sebelumnya, WVI juga sempat menyelenggarakan kajian dengan menggunakan pendekatan LtC (Listening to the Child / Mendengar Suara Anak) untuk mengukur pengalaman anak mengakses layanan COVID-19 dan sudah menjadi praktik global Wahana Visi Indonesia,” ujar Satrio Dwi Raharjo, Child Protection and Participation Manager WVI.
Dalam kajian ini, mayoritas responden mengapresiasi dimensi sosial-ekonomi dari pelaksanaan MBG. Responden menyampaikan pengalaman mereka setelah mendapatkan MBG, antara lain munculnya kebiasaan makan bersama teman, mengurangi kelaparan di jam siang, dan menumbuhkan semangat belajar yang mampu.
Temuan awal ini menunjukkan MBG diperlukan bagi wilayah dengan mayoritas dari kelompok sosial-ekonomi menengah ke bawah,” kata Olivia kembali.
Studi ini juga menemukan 583 responden (35,9%) pernah menerima makanan rusak, basi, atau mentah. Temuan tersebut berkaitan erat dengan maraknya kasus keracunan makanan MBG yang menurut pemantauan CISDI mencapai 12.820 kasus hingga 30 Oktober 2025.
“Kasus keracunan tentu mempengaruhi kesehatan anak. Dalam jangka pendek, anak mengeluhkan gangguan pencernaan, penurunan nafsu makan, hingga diare. Dalam derajat keparahan tertentu, infeksi bakteri berulang dapat memicu peradangan kronis, hingga kerusakan sel darah merah, yang pemulihannya tidak dapat diselesaikan dalam satu kali perawatan,” ungkap Olivia.
Menutup kegiatan, KPAI meminta agar setiap stakeholder yang terkait dengan program MBG mendengarkan suara anak. Kajian ini juga menemukan kasus intimidasi oleh kepala dapur terhadap anak yang merekam dan melaporkan makanan yang tidak layak di sekolah.
“KPAI memandang temuan intimidasi terhadap anak yang melaporkan makan tidak layak sebagai bentuk pelanggaran serius terhadap hak anak untuk menyampaikan pendapat tanpa rasa takut. Pemerintah perlu segera melakukan evaluasi menyeluruh dan memastikan mekanisme pengawasan yang berpihak pada keselamatan dan martabat anak. Tidak boleh ada pembiaran atas kelalaian yang berpotensi menimbulkan kekerasan baru,” pungkas Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah.
Tentang KPAI
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah Lembaga Negara Independen yang memiliki tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 76 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yaitu:
a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan hak anak;
b. memberikan usulan dalam perumusan kebijakan tentang penyelenggaraan perlindungan anak;
c. mengumpulkan data dan informasi mengenai perlindungan anak;
d. menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan masyarakat mengenai pelanggaran hak anak;
e. melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran hak anak;
f. melakukan kerjasama dengan lembaga yang dibentuk masyarakat di bidang perlindungan anak; dan
g. memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini.
Tentang CISDI
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah organisasi nirlaba yang bertujuan memajukan pembangunan sektor kesehatan dan penguatan sistem kesehatan melalui kebijakan berbasis dampak, riset, advokasi, dan intervensi.
Tentang Wahana Visi Indonesia (WVI)
Wahana Visi Indonesia (WVI) adalah organisasi kemanusiaan Kristen yang fokus pada kesejahteraan anak tanpa membedakan suku, agama, ras, dan gender. WVI selalu berupaya membuat perubahan berkesinambungan pada kehidupan anak, keluarga, dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, dan mendedikasikan diri untuk bekerjasama dengan masyarakat paling rentan. Selama lebih dari 25 tahun, Yayasan Wahana Visi Indonesia telah menjalankan program pengembangan masyarakat yang berfokus pada anak. Jutaan anak di Indonesia telah merasakan manfaat program pendampingan WVI.
Informasi lebih lanjut:
KPAI
Kuna’ah
Pranata Humas Ahli Muda
📱 +62 813-8034-8098
🌐 www.kpai.go.id
CISDI
Amru Sebayang
Senior Media Officer CISDI
📱 +62 877-8273-4584
🌐 www.cisdi.org
Wahana Visi Indonesia (WVI)
Samuel Wangsa
Media Relations Executive
📱 +62 822-1006-3936

0 Komentar