Jembatan Kembar sudah Bisa Dilalui Kendaraan Roda Dua dan Pembaruan Data Dampak Banjir dan Longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Upaya penanganan darurat di titik Km 63+650 pada Ruas Padang Panjang–Sicincin terus dilakukan oleh Tim BPJN Sumatera Barat. Lokasi ini sebelumnya terputus setelah badan jalan rusak parah akibat tergerus banjir dan tingginya debit air sungai yang melintas di bawahnya. Untuk mengembalikan fungsi jalan, tim di lapangan kini fokus menyelesaikan penanganan sementara melalui sejumlah langkah teknis, seperti pemasangan batu boulder, penataan geobag sebagai pengamanan tebing, penimbunan kembali badan jalan, serta mengarahkan aliran sungai ke jalur normalnya. Pekerjaan tahap awal ini ditargetkan tuntas dalam dua minggu, dengan harapan kondisi cuaca mendukung percepatan pengerjaan.

Jembatan Kembar Usai Longsor dan Banjir

Setelah penanganan darurat rampung, jalan tersebut direncanakan dapat kembali dilalui secara terbatas oleh kendaraan roda dua dan kendaraan ringan. Meski demikian, akan diterapkan pengaturan lalu lintas khusus demi memastikan keselamatan para pengguna jalan di area yang masih bersifat sementara tersebut.

Jembatan Kembar sudah Bisa Dilalui Kendaraan Roda Dua

Sejalan dengan itu, tim teknis juga tengah menyelesaikan desain penanganan permanen yang mencakup perbaikan menyeluruh pada struktur jalan. Proses konstruksi permanen baru akan dimulai setelah desain final siap dan penanganan sementara dinyatakan selesai, sehingga rekonstruksi yang dilakukan nantinya benar-benar mampu mengembalikan kondisi jalan seperti semula.

Sementara itu, pada titik lain yaitu Jembatan Margayasa A dan B di Km 67+000 dan Km 67+100, material longsoran yang sempat menimbun badan jalan telah berhasil dibersihkan. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, pemerintah daerah, hingga para relawan yang turut membantu di lapangan. Setelah pembersihan, langkah berikutnya adalah melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap struktur jembatan untuk memastikan keamanannya sebelum penanganan lanjutan dilakukan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga Merilis Pembaruan Data Dampak Banjir dan Longsor yang Melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga merilis pembaruan data dampak banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Hingga Jumat (5/12/2025) kemarin, jumlah korban meninggal tercatat mencapai 883 jiwa, menjadikannya salah satu bencana terbesar dalam satu dekade terakhir di Sumatera.

Selain korban meninggal, sebanyak 520 warga masih dinyatakan hilang, sementara lebih dari 4.200 jiwa mengalami luka-luka. Tim gabungan dari BNPB, Basarnas, TNI–Polri, dan relawan masih melakukan pencarian di sejumlah titik yang kondisi geografisnya sulit dijangkau.

Korban banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus bertambah hingga Sabtu (6/12/25) pukul 05.00 WIB.

Berdasarkan Geoportal Data Bencana Indonesia milik Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban meninggal mencapai 883 jiwa, sementara 520 orang masih hilang sejak bencana terjadi pada Rabu (26/11/25).

BNPB merincikan, di Provinsi Aceh jumlah korban meninggal berjumlah 345 jiwa, sementara 174 orang masih dinyatakan hilang.

Di Sumatera Barat, 226 orang telah ditemukan meninggal dan 213 orang masih hilang. Adapun di Sumatera Utara, tercatat 312 orang tewas dan 133 orang belum ditemukan.

Selain menelan ratusan korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan sedikitnya 4.200 warga terluka serta kerusakan luas pada permukiman dan infrastruktur publik.

BNPB melaporkan 121.500 rumah warga di 51 kabupaten mengalami kerusakan akibat banjir bandang dan longsor. Kondisi ini membuat ribuan keluarga terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Tidak hanya rumah, total 1.100 fasilitas umum turut terdampak. Perinciannya, yakni 270 fasilitas kesehatan, 338 rumah ibadah, 221 gedung dan perkantoran, serta 405 jembatan dilaporkan rusak.

Sektor pendidikan juga mengalami kerusakan signifikan. Sedikitnya 509 fasilitas pendidikan dilaporkan rusak parah, sehingga proses belajar-mengajar di banyak wilayah terhenti. (BPJN/BNPB)*

Posting Komentar

0 Komentar