Mahasiswa KKN Unand di Malalo Hadirkan Inovator Perkebunan Rakyat

Walinagari Guguak Malalo, DPL Najmuddin, para narasumber, dan mahasiswa KKN Unand foto bersama usai FGD.(musriadi musanif)

MALALO, kiprahkita.com - Untuk memotivasi masyarakat Nagari Guguak Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, mengolah lahan menjadi kebun (baparak), mahasiswa Universitas Andalas (Unand) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) menghadirkan dua inovator perkebunan.


Inovatornya adalah warga Nagari Guguak Malalo itu sendiri, tetapi dikenal sukses mengolah lahan menjadi parak produktif. Inovator pertama adalah Andiko Putra, seorang petani alpokat yang kini terbilang sukses, dan Yunarman, petani karet.


"Mulanya, tak banyak orang yang percaya di Guguak Malalo bisa menjadi lahan subur bagi perkebunan karet dan alpokat. Boleh dikatakan, karet hanya ditanami di kebun Yunarman. Sedangkan alpokat berkualitas ekspor hanya dihasilkan dari kebun milik Andiko," jelas Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN Unand Najmuddin Muhammad Rasul, Ph.D, Selasa (25/7).


Ahli komunikasi politik itu mengatakan, saat memberi sambutan pada pembukaan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar mahasiswa KKN Unand, bertajuk Ka Pasia Perlu, Ka Parak Juga Perlu. Tema itu bermakna: menjadi nelayan Danau Singkarak itu perlu, tetapi berkebun juga perlu.


Selama ini, ujarnya, sebagian besar masyarakat Nagari Guguak Malalo memilih menjadi nelayan Danau Singkarak. Ikan yang didapat pagi lalu dijual siang. Uangnya langsung dibelanjakan untuk membeli kebutuhan hari itu juga.


Tapi, kata Najmuddin yang juga merupakan putra asli Guguak Malalo, terus-menerus seperti itu tentu tidak sepatutnya dipertahan, karena terbukti tidak instan meningkatkan perekonomian warga.


"Ka parak atau berkebun adalah solusi meningkatkan kesejaheraan. Makanya, dengan dukungan walinagari, mahasiswa yang sedang ber-KKN di sini berupaya memotivasi masyarakat, agar mau pula mengembangkan perkebunan dengan memanfaatkan lahan yang jumlahnya cukup luas," katanya.


Walinagari Guguak Malalo Mulyadi dalam sambutannya saat membuka secara resmi FGD itu mengatakan, pada dasarnya warga nagari itu adalah petani yang dahulunya mengelola perkebunan. "Cengkeh, pala, dan kopi adalah hasil kebun masyarakat kita. Tapi itu dulu, kini tak bisa diharapkan lagi karena terserang hama penyakit tanaman," ujarnya.


Lantaran itulah, masyarakat pun mengalihkan mata pencaharian utamanya dari bertani ke nelayan. Tempat tinggal pun pindah ke pinggir jalan raya yang posisinya lebih dekat ke danau. Maka, ujarnya, jadilah menangkap ikan di danau jadi pekerjaan pokok, dan kebun pun tinggal.


Mendengar adanya program kerja mahasiswa KKN Unand melaksanakan FGD soal itu, kata walinagari, pihaknya pun langsung mendukung, karena positif dalam mengubah cara pandang masyarakat Guguak Malalo terhadap usaha perkebunan.


Selain dua inovator yang telah sukses berkebun di Nagari Guguak Malalo itu, FGD juga dilengkapi dengan pemaparan inovator partisipan, yakni Zamri, seorang petani di Malalo yang berhasil mengembangkan kebun cabai rawit putih.


Ahli teknologi dan pertanian dari Unand pun ikut turun tangan menjadi narasumber, yakni Najmuddin selaku DPL, serta Zaini dan Ferdhinal Asful.(mus)

Posting Komentar

0 Komentar