BENGKULU, kiprahkita.com - Puluhan ribu orang menyaksikan prosesi akhir Festival Tabut Bengkulu 2023. Prosesi akhir nan sakral itu bernama Tabut Besanding atau arak gedang.
Kamis (27/7) malam, prosesi akhir tradisi masyarakat Bengkulu itu juga disemarakkan dengan pesta kembang api, di Lapangan Merdeka Kota Bengkulu. Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menutup event secara resmi.
Tabut merupakan kegiatan budaya masyarakat bengkulu yang memiliki nilai sakral. Event ini dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru Islam 1445 H, terlaksana tanggal 1-10 Muharram setiap tahun. Pada 2023 ini bertepatan dengan 18-28 Juli 2023.
"Ini sangat luar biasa, animo masyarakat untuk menyaksikan perayaan Tabut dari tahun ke tahun semakin meningkat, ditambah suguhan atraksi penampilan juga semakin menarik dan berkualitas," kata gubernur, dikutip dari pemberitaan infopublik.id, diakses pada Sabtu (29/7) sore.
Kegiatan ini juga mendorong peningkatan kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan menjadi bagian dai pengembangan kegiatan wisata nasional, seiring dengan pencanangan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia.
Dalam jurnal BRIN, Mahasiswa Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB Surya Darma menjelaskan, berdasarkan hasil publikasi yang dimuat dalam statistik kebudayaan 2021, Bengkulu memiliki 53 komunitas budaya yang tersebar di seluruh wilayahnya.
Selain itu, Bengkulu juga memiliki 21 cagar budaya yang menjadi daya tarik tersendiri ketika mengunjungi provinsi yang mendapat julukan bumi rafflesia ini (K. P. dan Kebudayaan, 2021).
Salah satu budaya dan ikon yang dimiliki oleh Bengkulu adalah ritual Tabut. Ritual Tabut merupakan kegiatan budaya yang rutin dilaksanakan di Bengkulu setiap tahunnya, tepatnya dilaksanakan mulai tanggal 31 Zulhijjah hingga 13 Muharam.
Bukan hanya dimaknai sebagai sebuah budaya, pelaksanaan ritual Tabut juga dimaksudkan untuk mengenang seluruh yang mati syahid dalam peperangan di Padang Karbala termasuk cucu Nabi Muhammad yaitu Husein. Selain itu, Tabut juga dimaknai sebagai media dalam mengenang kejayaan agama Islam dan menyambut tahun baru Islam atau tahun baru Hijriyah (Syafril, 2012).
Makna yang ada pada Tabut sendiri juga tersebar pada seluruh rangkaian ritualnya yang berjumlah 13 rangkaian. Adapun 13 rangkaian ritual ini terdiri dari doa memohon keselamatan, mengambil tanah, duduk penja, menjara, meradai, arak jari-jari, dan arak sorban.
Kemudian juga gam, tabut naik pangkek, arak gedang, soja, tabut tebuang, cuci penja dan doa penutup. Keseluruhan rangkaian Tabut ini juga bercerita mengenai proses ditemukannya jasad atau potongan bagian tubuh Husein yang mati syahid di Padang Karbala.
Keberadaaan ritual dan Festival Tabut di Bengkulu tentu tidak dapat dipisahkan dari peran keluarga Tabut. Keluarga Tabutlah yang secara turun-menurun terus melaksanakan serta mewariskan ritual yang juga telah berkembang menjadi festival ini.
Keluarga Tabut yaitu keturunan dari ulama muslim, termasuk Syekh Burhanuddin, yang dulu datang dan kemudian menikah dengan masyarakat asli Bengkulu. Keturunan mereka inilah yang selanjutnya disebut sebagai keluarga Tabut dan hingga saat ini terus melestarikan Tabut (Sepiolita et al., 2017).
Tabut diyakini sudah ada sejak lebih dari 300 tahun yang lalu (Marhayati, 2019). Sementara itu, pendapat lainnya yaitu Syiafril (2012) meyakini bahwa ritual ini sudah mulai dilaksanakan pada abad ke-14 atau sekitar tahun 1336 Masehi.(mus)
0 Komentar