Pemerintah Kota Padang Panjang Hadir di Tas Sekolah Anak-Anak Padang Panjang yang Membutuhkan

Lembaran Belanja, Lembaran Harapan: Ketika Pemerintah Hadir di Tas Sekolah Anak-Anak Padang Panjang

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Di tengah sempitnya ekonomi keluarga-keluarga kecil, biaya kebutuhan pokok terus merangkak naik dan gaji harian makin tak cukup untuk menutup pengeluaran, Pemerintah Kota Padang Panjang datang membawa sesuatu yang lebih dari sekadar bantuan: kehadiran.

Lembaran Belanja Siswa Kurang Mampu

Lewat lembaran belanja perlengkapan sekolah, ribuan anak-anak Padang Panjang kini bisa melangkah ke tahun ajaran baru tanpa kecemasan karena tidak punya seragam, tas, atau sepatu. Di pundak mereka akan tergantung tas baru. Di kaki mereka akan terpasang sepatu layak pakai. Yang lebih penting, di hati mereka akan tumbuh rasa percaya diri. Ini bukan hanya program bantuan. Ini adalah cara sebuah kota berkata kepada anak-anaknya: “Kamu penting. Pendidikanmu penting. Kami peduli.”

Pendidikan Tak Lagi Milik yang Mampu Saja

Wakil Wali Kota Allex Saputra meninjau langsung proses penyaluran di Kantor Disdikbud, Jumat (11/7). Ia menyampaikan dengan gamblang: jangan sampai ada anak Padang Panjang yang tertinggal hanya karena ia tak punya perlengkapan sekolah. Ini bukan hanya soal kain seragam atau sepatu—ini soal akses yang adil terhadap masa depan.

Selama ini, tak sedikit anak yang datang ke sekolah dengan seragam warisan kakaknya yang lusuh, sepatu robek, dan tas tambalan. Mereka berusaha tetap belajar, tapi dunia seolah tak memberi mereka kesempatan yang sama. Maka ketika Rp500.000 disalurkan untuk siswa SD dan Rp600.000 untuk siswa SMP—terlalu kecil untuk orang kaya, tapi sangat berarti bagi yang hidup di batas garis sejahtera—yang diselamatkan bukan hanya anak-anak itu, tapi juga harga diri orang tuanya.

Lebih dari Sekadar Bantuan

Apa yang dilakukan Pemko Padang Panjang menunjukkan inovasi sederhana namun berdampak luas. Bukan hanya sekadar memberi uang tunai atau barang jadi, melainkan memfasilitasi proses lewat lembaran belanja—yang sekaligus melibatkan pelaku usaha lokal di Pasar Pusat. Di situlah terlihat keberpihakan: pada anak-anak dan juga pada ekonomi rakyat.

Kepala Disdikbud Nasrul menjelaskan bahwa bantuan ini adalah bentuk kolaborasi antara perhatian sosial dan pemberdayaan ekonomi. Artinya, ketika anak menerima sepatu barunya, ada UMKM lokal yang juga menerima omzet. Ketika seorang siswa membawa pulang tas baru, ada penjahit atau penjual yang kembali menyalakan lampu tokonya. Ini bukan sekadar program pendidikan, ini juga program pemulihan ekonomi rakyat.

Membangun Masa Depan, Satu Seragam Sekali Jalan

Apa yang dilakukan Padang Panjang adalah praktik pembangunan yang paling mendasar dan bermartabat: memastikan bahwa setiap anak bisa belajar tanpa rasa malu, tanpa rasa minder, dan tanpa merasa tertinggal. Karena sejatinya, pendidikan adalah hak, bukan hadiah.

Dengan program ini, pemerintah telah membalikkan logika birokrasi yang kaku menjadi empati konkret. Anak-anak tak perlu datang ke sekolah dengan perasaan bahwa mereka harus “menyesuaikan diri” dengan kekurangan. Sebaliknya, kini mereka datang dengan rasa percaya diri, dengan alat belajar yang setara, dan dengan harapan yang baru.

Di Sana, Tumbuh Keyakinan Baru

Dari tumpukan lembaran belanja yang ditandatangani para pedagang dan dikumpulkan kembali oleh Disdikbud, tumbuh satu narasi baru: bahwa birokrasi bisa bekerja dengan hati, bahwa kota kecil pun bisa punya kebijakan besar, dan bahwa kemiskinan bukan alasan untuk mematikan mimpi seorang anak.

Di Padang Panjang, harapan kini tak lagi harus ditunda karena masalah biaya. Seragam bukan lagi simbol keterbatasan, tapi cermin bahwa pemerintah tahu cara hadir, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi lewat langkah-langkah nyata.

Karena di balik tiap ransel baru, topi merah putih, dan dasi kecil yang dikalungkan ibu kepada anaknya pagi ini—terselip satu harapan tulus: masa depan yang lebih terang, dan pemerintahan yang tak hanya memerintah, tapi mengasuh. *Yus MM/BS

Posting Komentar

0 Komentar