SOLO, kiprahkita.com - Sekretaris Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. Suhardin, M.Ag mengatakan, substansi dakwah Muhammadiyah itu adalah komunitas, diaplikasikan dengan berbagai strategi dan metodologi.
"Pembaharuan Islam versi Muhammadiyah dan Paderi berbeda. Paderi agak keras, konfrontatif pada akhirnya konflik. Muhammadiyah transformatif, akomodatif, advokatif," ujar Suhardin, Sabtu (26/8), saat mempresentasikan Pedoman Dakwah Komunitas dalam Rakornas LDK di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Solo.
Menurutnya, satu agenda penting rakornas adalah pengembangan panduan Dakwah Komunitas, karena Dakwah Komunitas adalah gerakan yang sudah lama dilakukan Muhammadiyah, tetapi belum memiliki panduan formal dalam persyarikatan, baru ada putusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makasar.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir, saat memberi arahan ketika membuka rakornas itu menegaskan, kesuksesan gerakan dakwah berbasis komunitas ditentukan oleh kekayaan paradigma, kematangan strategi, dan gerakan yang adaptif sekaligus inklusif dalam praksisnya di lapangan.
Haedar menekankan perlunya perubahan mindset dan paradigma dakwah berbasis komunitas di Muhammadiyah yang lebih kontekstual, transformatif, dan sesuai dengan objek dakwah yang beragam.
“Dakwah komunitas tidak mungkin kita lakukan jika kita tidak mentransformasi paradigmanya. Basis gerakan komunitas telah dirintis oleh Kiai Ahmad Dahlan dan penggerak Muhammadiyah generasi awal. Misalnya dengan pendirian PKO, panti sosial, rumah yatim, hospital, hingga lembaga pendidikan," sebutnya.(muhammadiyah.or.id/mus)
0 Komentar