BANDUNG, kiprahkita.com - Ini adalah titik nol kilometer Kota Bandung. Dari sini, jarak ke semua kota, termasuk ke Jakarta, diukur. Ini adalah gedung sate. Gedung yang sebenarnya tak ada sangkut-pautnya dengan kuliner lezat bernama sate. Tapi pantang bila ke Bandung, tak merekam momen di depan gedung sate.
Begitu Kang Genis, seorang pemandu wisata dari sebuah Bandros yang saya tumpangi. Dia bercerita panjang lebar tentang Bandung. Bandros itu dikemudikan driver berpengalaman Kang Ali Agung.
"Ini namanya Jalan Braga. Jalan aspal pertama di Indonesia. Hanya ada dua Jalan Braga di dunia. Satu di Bandung, satu lagi di Portugal. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini, Braga ramai dikunjungi. Braga adalah kawasan perdagangan bernuansa budaya. Di sini beragam lukisan diperdagangkan. Juga ice cream terenak," ujar Kang Genis.
Bandros? Ya, sang kakang menyebut, saat ini ada selusin Bandros yang beroperasi, siap membawa wisatawan berkeliling Kota Bandung, melintasi titik demi titik tempat bersejarah yang selalu jadi buah bibir, ketika kita berkunjung ke ibukota Provinsi Jawa Barat itu.
Bandros adalah singkatan Bandung Tour on Bus. Sebuah konsep baru berwisata kota (city tour). Konsep ini dikembangkan, ketika Ridwan Kamil, menjadi walikota Bandung.
Kang Genis menceritakan, rute-rute yang dilintasi Bandros bisa disesuaikan dengan permintaan wisatawan. Tapi untuk 'jalur reguler', rutenya diatur sesuai warna bandros itu sendiri.
Bandros berwarna biru melintasi rute Alun-Alun Bandung, Cibaduyut, Taman Leuwi Panjang, Museum Sri Baduga, Alun-alun Regol, dan Kawasan Buah Batu. Sedangkan Bandros Kuning akan melewati rute Lapangan Gasibu, Taman Cibeunying, Taman Superhero, Taman Foto, Gedung Merdeka, Alun-Alun Bandung, dan Braga.
Bandros Ungu melalui jalan-jalan di rute Gasibu, Taman Cikapayang, Alun-alun Ujungberung, Museum Geologi, dan Pusdai. Bandros Hijau yang akan membawa wisatawan melewati Chinatown, Pasir Kaliki, Alun-alun Cicendo, Karang Setra, UPI, dan GOR Padjadjaran.
Sedangkan yang berwarna pink alis merah muda melewati Gasibu, Taman Pasupati (Taman Jomblo), Teras Cikapayang, Teras Cihampelas, hingga Taman Budaya. Kalau Bandros yang hitam itu khusus untuk tamu VIP yang datang ke Kota Bandung.
"Dahulu bandros ini dua tingkat, tapi karena persoalan teknis dan keselamatan penumpang, kini bandros dioperasikan dengan penumpang di dalam kabin. Tapi dijamin, penumpang masih bisa menikmati pesona Bandung dengan leluasa," jelasnya.
Satu trip perjalanan bandros, biasanya memakan waktu satu hingga dua jam. Tarifnya cukup terjangkau. Selain sewa reguler yang berangkat dari dua shelter, yaitu Depan Museum Geologi di Jalan Diponegoro dan kawasan Alun-alun Kota Bandung, bandros juga dioperasikan dengan sistem carteran. Tarif per penumpang reguler hanya Rp20 ribu.
Saya, Selasa (26/9/2023), bersama beberapa rekan wartawan dari Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, berkeliling Bandung dengan bandros gratis. Ini adalah apresiasi untuk wartawan yang menghadiri Kongres ke-25 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dilaksanakan di Bandung, 25-26 September 2023.
Panitia kongres dengan dukungan Pemko Bandung, menyediakan dua unit bandros yang stand by di hotel yang menjadi pusat kegiatan kongres. Peserta kongres yang ingin menikmati pesona Bandung, dipersilahkan mendaftar dulu kepada panitia kongres, lalu kemudian diberangkatkan dengan bandros yang sudah siaga.
Terima kasih panitia kongres PWI. Terima kasih Pemko Bandung. Bandrosnya memang oke.(MUSRIADI MUSANIF)
0 Komentar