Enam Ribu Bayi Meninggal Setiap Tahun

JAKARTAKIPRAHKITA.com - Rata-rata sekitar enam ribu bayi meninggal setiap tahun, karena tersangkut kasus kesehatan, seperti prematur, berat badannya kecil, kurang gizi, atau komplikasi saat kelahiran. Ada juga beberapa yang disebabkan soal genetik.


BACA JUGA KPAI Bawa Masukan ke Menkes Soal Kluster Anak


Fakta itu terungkap, Senin (9/10), saat tim Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bertemu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, untuk menyampaikan rumusan pokok-pokok pikiran terkait Rancangan Peratura Pemerintah (RPP), sebagai kelanjutan dari Undang-undang (UU) Kesehatan yang baru diterapkan DPR.


Menurut menteri, sebagaimana dikatakan Wakil Ketua KPAI Dr. Jasra Putra, M.Pd., Selasa (10/10), di Indonesia ada 4,8 juta kelahiran bayi per tahun, yang sebagian besar lahirnya di Puskesmas.


"Dari 10 ribu Puskesmas, yang punya USG hanya 2200 Puskesmas. Artinya hanya 20 persen yang bisa di USG, 80 persennya tidak, yang berujung kandungannya tidak ketahuan. Begitu lahir, sudah telat penanganan, seperti pendek, premature, kurang berat badan dan komplikasi yang dialami karena kelahiran, karena tidak terpantau," kata Budi. 


Tapi tahun ini, imbuhnya, semua Puskesmas sudah memiliki USG. "Saya melihat ibu-ibu happy dengan ini, bisa melihat pertumbuhan bayinya secara langsung. Juga mencegah kematian yang banyak terjadi, karena lahir prematur dan terlalu pendek."


Ketua KPAI Ai Maryati Solihah bersama Jasra menyatakan, pelaksanaan UU kesehatan yang baru tentang skrinning diperluas dalam mencegah resiko tumbuh kembang dan mencegah kedisabilitasan sejak awal


"Tadi yang saya bilang, penyebab kematian anak, karena tingginya kurang, berat badan kurang, karena komplikasi setelah kelahiran, masalah selanjutnya adalah genetik. Seperti di negara Vietnam, Bangladesh, Singapura, Malaysia sudah melakukan mikro skrinning," kata menteri.


Jadi, sebutnya, pada saat lahir dicek kakinya, ada genetic disease apa? Beberapa bisa di treatment, asal ketahuannya dini, Indonesia belum melakukan itu. Korea sudah punya 60 cek genetic, Singapura diatas 40, Malaysia 10 sampai 12 cek. Jadi semua kelainan genetika bisa ketahuan dan bisa diobati dini, sehingga bisa sembuh. 


Diakui, kematian anak juga terjadi setelah lahir dalam usia hingga satu tahun, yang disebabkan infeksi pneumonia, infeksi diare, dan kongenital (kelainan bawaan) yang didominasi jantung karena pertumbuhan tidak sempurna (seperti bolong, bocor). 


Data menuinjukkan, katanya lagi, dari 4,8 juta bayi yang lahir setiap tahun, seperseratusnya atau 48 ribu mengalami kelainan jantung. Dari 48 ribu, 25 persennya atau sekitar 12 ribu memiliki kelainan jantung bawaan kritis. Kalau kritis artinya apa? Dalam 1 tahun harus dioperasi, kalau tidak maka akan meninggal. 


"Problemnya kita tidak punya cukup dokter untuk operasi ini. Dari 12 ribu yang baru bisa di operasi 6000, lalu sisanya kemana? Jawabannya seleksi alam. Artinya, setiap tahun kita menghadapi resiko kematian 6000 anak karena tidak punya dokter yang cukup," ujarnya.


KPAI, menurut Jasra, mendorong Menkes datangkan atau penuhi kebutuhan dokter untuk antrian 12 ribu anak yang mengalami kelainan jantung tiap tahunnya. Saya kira, katanya, kebutuhan dokter spesialis untuk anak kelainan jantung, adalah kebutuhan yang tidak bisa ditunda.


"Bayangkan, dari 12 ribu anak antri setiap tahun, hanya 6000 anak yang bisa selamat. Sangat miris," ujarnya.(mus)

Posting Komentar

0 Komentar