Begini Konsep Rasa dalam Karya Seni

 


PADANG PANJANG, kiprahkita.com - Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang, akhir pekan kemarin menggelar diskusi bertajuk Konsep Rasa dalam Karya Seni. Narasumbernya adalah Mahasiswa Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang Iis Wulandari dengan Moderator Siti Nuratika.


Keterangan pers Komunitas Kuflet yang diakses pada Rabu (6/12) menjelaskan, narasumber menguraikan secara detil tentang seni dengan mereferensi pendapat ahli dan praktisi, di antaranya Bharata Muni.


"Menurut Bharata Muni, rasa itu afeksi estetis, menyangkut apresiasi keindahan alam, seni dan sastra yang mencakup sikap batin keadaan mental dan pikiran sesorang terhadap karya seni. Rasa dalam estetika Natyasastra, menyangkut pengalaman estetis pengamat atau penonton dalam memahami sebuah karya seni," ujarnya.


Iis menguraikan,  ada delapan rasa diidentifikasi dalam Natyasastra yaitu kegairahan, kelucuan, kesedihan, kemarahan, heroisme, kengerian, kejijikan, dan ketakjuban.


Rasa, imuhnya, tidak selalu muncul dalam setiap pengalaman, namun muncul ketika mampu menghadirkan situasi emosi natyasastra, dan rasa ini biasanya sangat terlihat dalam seni pertunjukan di Jawa dan Bali.


Sarah Samosir sebagai peserta diskusi mengutarakan, materi konsep rasa dalam karya seni merupakan hal baru yang bisa dipraktekan dalam mengekspresikan berbagai macam rasa. 


"Cara membangun rasa dalam pertunjukan sebenarnya sulit tapi dengan mengolah rasa dengan menjeput rasa lama akan membantu kita mengghidupkan tokoh yang kita perankan," ucap Fazha selaku peserta diskusi dan juga anggota seni kuflet.


Sementara peserta lain, Rezi juga menanggapi rasa itu muncul seiring kondisi jiwa yang di ungkapkan manusia dalam kehidupan sehari hari dan seringkali luput dari pantauannya seperti rasa suka, sedih, senang, galau, hampa, kehilangan, rapuh dan lainnya. (helni)

Posting Komentar

0 Komentar