Danau Singkarak itu Dulu Bernama Danau Sumpu

BATIPUH SELATAN, kiprahkita.com - Sepertinya belum banyak yang tahu, Danau Singkarak yang indah dan mempesona dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat itu, dulunya bernama Danau Sumpu.


Sumpu adalah nama salah satu nagari yang ada di selingkar Danau Singkarak saat ini. Berada daalam wilayah Kecamatan Batipuah Selatan.


Diketahuinya pernah bernama Danau Sumpu terhadap danau penghasil ikan bilih dan sasau tersebut, berdasarkan penelusuran rupa bumi Nagari Sumpu.


“Orang-orang yang tinggal di Sumpu ini, dari dahulu mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan di danau. Dulu, hasil tangkapan mereka luar biasa. Kala itu, Singkarak disebut sebagai Danau Sumpr,” ujar salah seorang pemuka masyarakat serempat Fahmi Malik, yang saat berbincang dengan penulis masih menjabat sebagai walinagari.


Setelah Belanda berhasil mengalahkan Kaum Paderi dan mengendalikan situasi sepenuhnya, katanya, nama Danau Sumpu mereka ganti dengan Danau Singkarak, dan berstatus sebagai daerah onderafdelling, sendiri dengan nama Onder Afdelling 20 Koto, di bawah perintah seorang kontreliur yang berkedudukan di Nagari Singkarak.


Menilik kepada sejarahnya, Nagari Sumpu adalah bagian dari Kelarasan Bodi Caniago, tidak termasuk ke Batipuh yang bagian dari Kelarasan Koto Piliang. Berdasarkan keterangan tetua nagari, ahli adat dan ahli akal, Sumpu bermula dari turunnya sejumlah lelaki dan perempuan dari Pariangan Padang Panjang.


“Mereka sampai pada suatu tempat, lalu berdiam dan mencari penghidupan di sana dengan cara berladang. Melihat sukses mereka, berdatanganlah yang lain ke situ. Akhirnya mereka keluar hingga sampai ke tempat yang dikenal dengan nama Jilatang Binanjai, di daerah Pincuran Tujuah yang kini masuk ke dalam Nagari Batipuah Baruah,” terang Fahmi.


Mereka tidak bertahan lama di Jilatang Binanjai, sebagian berjalan menuju ke sebuah bukit dan bermukim di sana. Jumlahnya terdiri dari enam orang lelaki dan delapan belas orang perempuan. Inilah cikal-bakal orang Sumpu itu.


Menurut Fahmi, setelah lama bermukim di bukit tersebut, datang pulalah pemukim lain. Mereka berbaur di tempat tersebut dan membangun apa yang dikenal dengan Perumahan Campur atau Rumah Yang Empat.


Tatkala Datuak Perpatih Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan mengembangkan adat kelarasan masing-masing, Nagari Sumpu memutuskan untuk ikut kelarasan yang dikembangkan Datuak Perpatih Nan Sabatang dan diberi empat suku, yakni koto, panyalai, sumagek dan jambak.


Suku Koto memiliki tujuh perut (kampung), yakni Arek Baruah, Arek Bukik, Arek Ilie, Arek Mudiak, Pusaro, Singkuan dan Kuciang Jalang. Suku Panyalai memiliki ampek paruik, masing-masing Pauah, Subarang Hulu, Subarang Ilie dan Jangkaro.


Sumagek memiliki paruik Batu Ampa, Cik Kundiak, Banda Liko dan Karobong Dama, sedangkan Suku Jambak memiliki tiga paruik, yakni Jambak, Kumpai dan Sikumbang.


Kini Sumpu telah berkembang pesat, kendati Singkarak tidak lagi bernama Danau Sumpu. Selain menjadi ibu kecamatan Batipuh Selatan, Sumpu tercatat pula sebagai teladan dalam hal pengadaan peraturan nagari yang menjaga kelestarian danau kebanggaan masyarakat Minangkabau itu.


Nagari Sumpu terdiri dari Jorong Nagari, Kubu Gadang, Batu Baraguang, Subarang Aie Taman dan Jorong Suduik.


JORONG NAGARI

Ini memang sedikit terasa unik. Ada nagari dalam nagari. Begitulah kenyataan yang dapat ditemui ketika kita berada di Nagari Sumpu.


Sebagaimana lumrahnya di Minangkabau, sebuah kecamatan terdiri dari beberapa nagari, sebuah nagari didirikan atas sejumlah jorong. Nah, untuk Nagari Sumpu, ada sebuah kejorongan yang bernama Jorong Nagari. Maka jadilah ia Nagari dalam nagari.


Penelusuran yang sejarah dilakukan, termasuk keterangan para tetua nagari dan data rupa bumi yang ditulis Pemerintah Nagari Sumpur, Nagari adalah kampung tertua di wilayah yang memiliki garis pantai ke Danau Singkarak sepanjang tiga kilometer itu


Berdasarkan sejarah, Nagari adalah kampung pertama di Sumpu. Di sinilah bermula nenek moyang kami yang menurut cerita bermukim di Perumahan Empat.


Nagari adalah jorong tertua. Buktinya, hingga kini tanah pertanian dan sawah yang ada di Batubaraguang, Kubugadang dan lain-lain, tetap dimiliki oleh penduduk Jorong Nagari.


Menurut Fahmi, setelah Nagari mulai dihuni banyak penduduk, akhirnya dilakukanlah pengembangan pemukiman baru. Itulah yang kini dikenal dengan Jorong Kubugadang. Dinamakan demikian, karena kawasan tersebut adalah salah satu tempat pertahanan yang besar dan sangat strategis.


Kubu itu artinya tempat pertahanan, sementara gadang maknanya adalah besar. Kini, setelah kampung itu berkembang pesat karena pertambahan penduduk, maka secara administrasi pemerintahan, Kubugadang ditetapkan menjadi sebuah jorong yang berdiri sendiri.


Ada pula Jorong Batubaraguang, nama ini diambil dari cerita turun-temurun yang menyebut, di lokasi itu ada batu yang apabila dipukul, akan bisa mendatangkan bunyi seperti bunyi gong alias aguang.


Perkembangan nagari pun terus terjadi seiring dengan perkembangan zaman, setelah itu dibangun pulalah pemukiman yang kini dikenal dengan nama Jorong Suduik dan Jorong Subarang Aie Taman.


Untuk mengenali wilayah administrasi Nagari Sumpu berdasarkan sejarahnya, maka setidaknya kita bisa berpedoman kepada dua relief berbentuk bukit dan lembah. Relief pertama bernama Puncak Palano, yakni bukit tertinggi yang ada di Sumpur.


Bukit itu adalah tempat berhentinya orang-orang berkuda untuk melepas lelah dan menambatkan pelana kuda mereka. Itu pulalah sebabnya, bukit itu dinamain Puncak Palano.


Relief lainnya adalah Sarang Alang, suatu kawasan hutan yang dahulu kala disebut-sebut sebagai tempat bersarangnya burung elang. Ada pula Bukit Batu Bakaruik, suatu perbukitan yang berbatasan dengan Nagari Padanglaweh Malalo (kini). 


Di perbukitan dimaksud, menurut Fahmi, terdapat batu-batu yang berkerut-kerut. Sementara relief berbentuk lembah, ada tempat yang dinamakan Parak Gadang, yakni suatu lembah yang berada di Bukit Puncak Palano dan Sartang Alang yang luas dan subur.


Ciri lainnya adalah perairan, yakni Batang Sumpur yang membelah nagari, Danau Sumpu yang oleh penjajah Belanda telah diubah namanya menjadi Danau Singkarak, dan rawa-rawa Ganting Payo. Rawa-rawa ini terdapat di Jorong Batubaraguang, dan berbatasan langsung dengan Nagari Batutaba yang selalu berair.(musriadi musanif)

Posting Komentar

0 Komentar