PADANG, kiprahkita.com - Diaspora Minangkabau adalah pelaku utama pengembangan Muhammadiyah. Bila dulu, orang Minang mendirikan Muhammadiyah di perantauan dalam negeri, kini malah jadi penggerak di luar negeri.
"Saya tidak keberatan dengan sebutan Muhammadiyah lahir di Yogyakarta, lalu dikembangkan dari Sumatera Barat. Faktanya memang begitu. Orang Minang termasuk aktor utama pengembangan Muhammadiyah ke seluruh wilayah Indonesia. Di perantauan, Minang itu identik dengan Muhammadiyah," kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Abdul Mu'ti, Ahad (7/1/2024), di Kampus I Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Kototangah Padang.
Mu'ti mengatakan hal itu, saat menjadi narasumber pada Puncak Peringatan Milad Muhammadiyah ke-111 Tingkat Wilayah Sumbar.
Saat ini, imbuhnya, Muhammadiyah mengembangkan lembaga pendidikan Australia, banyak pengasuhnya adalah perantau Minang di negeri kangguru itu. Artinya, kata dia, diaspora Minang kembali ambil peran dalam mengembangkan Muhammadiyah di luar negeri. Bukan saja di Australia, tetapi juga di Timur Tengah dan Eropa.
Tokoh Muhammadiyah yang biasa disebut dengan aliran 'Muhammadiyah Garis Lucu' itu menyatakan, saat ini gerakan internasionalisasi Muhammadiyah semakin intensif dilakukan, sehingga sayap dakwah persyarikatan yang didirikan Ahmad Dahlan pada 1912 itu semakin memiliki jangkauan yang luas.
"Sejak 2001, Muhammadiyah jadi anggota ECOSOC yang selalu diundang dalam sidang PBB. Muhammadiyah punya 30 cabang istimewa di luar negeri, dan Muhammadiyah kini menjadi bagian jaringan internasional, dan berperan serta dalam mencari solusi masalah-masalah yang dihadapi negara di dunia, pendapat Muhammadiyah selalu diminta dalam mencari solusi," katanya.
Kendati sudah berkembang sedemikian pesat, namun menurut Mu'ti, Muhammadiyah tetap perlu melakukan refleksi dan evaluasi, jangan menjadi organisasi yang hanya melihat romantisme masa lalu saja, tetapi harus jadi gerakan realitis dan melihat masa depan.
Sementara itu, Plt. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Buya H. Zaitul Ikhlas Saad, dalam laporannya mengatakan, bagi Muhammadiyah peringatan milad tidak sekadar menghitung perjalanan waktu, tapi harus dilihat dari berbagai perspektif.
Perlu diingat, tegasnya, Muhammadiyah sudah memberikan 20 orang pahlawan nasional, beberapa presiden di negeri ini, dan penggagas mendirikan PLN yang dilakukan Kasman Singodimejo.
"Muhammadiyah telah mempelopori pendidikan nasional dan mempersembahkannya untuk bangsa ini hingga sekarang. Begitu dengan urusan sosial, kesehatan, dan pembinaan keumatan lainnya. Muhammadiyah harus jadi kebutuhan umat, bukan beban umat," katanya.
Ketua Panitia Milad H. Marhadi Efendi mengatakan, kegiatan milad itu diikuti sekitar seribu orang pimpinan, baik Muhammadiyah maupun Aisyiyah dari seluruh Sumbar.
Pada kesempatan resepsi itu, PWM Sumbar juga memberikan penghargaan kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Padang dan Pasaman Barat, karena telah berhasil menuntaskan 100 persen musyawarah cabang dan ranting dan melaksanakan Baitul Arqam untuk setiap jenjang pimpinan persyarikatan.(musriadi musanif)
0 Komentar