Tambiluak dan Peristiwa Situjuah 15 Januari 1949

BAGIAN PERTAMA


Oleh SAIFUL GUCI

History Enthusiast

Ketua LazisMu Kabupaten Limapuluh Kota


OPINI, kiprahkita.com - Setiap 15 Januari, di Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, masyarakat bersama pelaku sejarah selalu memperingati hari Peringatan Peristiwa Situjuah.


Apabila kita tanya kepada yang tua-tua, hampir semuanya menyatakan, Peristiwa Situjuah adalah sebuah peristiwa pengkhianatan seorang Tambiluak.


Tambiluak nama aslinya ialah Kamaluddin yang berasal dari Padang Panjang. Ia bertubuh pendek dan gempal dengan kulitnya agak hitam. Orang Minang menyebut, ukuran tubuh seperti itu dengan istilah Sabuku.


Di zaman Belanda sampai pendudukan Jepang, Kamaludin bekerja sebagai tukang gunting di pangkas rambut Sutan Kerajaan Barbier, yang terletak di Jalan Gajah Mada Payakumbuh, terakhir Jalan Gajah Mada ini dimasukkan ke dalam Jalan Arisun.


Layaknya tukang gunting, Kamaluddin Tambiluak memiliki banyak pelanggan. Salah satu pelanggannya adalah Dokter Anas.


Menurut cerita HC Israr (Singgalang 6 Februari 1996), Dokter Anas adalah Hoofd Bestuur Voetbal Vereniging Horizon dimana Kamaluddin merupakan ”Sayap Kanan” paling kesohor dari Horizon yang larinya kencang bagaikan kilat. Karena itu, dia dijuluki ”Tambiluak” atau sejenis serangga berwarna hitam kekuningan, yang bisa terbang kencang dan hidup pada pohon kelapa atau aren. Kesebelasan Horizon sendiri tercatat sebagai klub tangguh dari Payakumbuh yang tergabung dalam Bond Eleftal (Bond Kesebalasan). 


Dr.Anas tercatat sebagai bekas Kepala Rumah Sakit Payakumbuh. Dia asli pribumi Indonesia, tapi gaya dan pola pikirnya, sangat kebelanda-belandaan. Dialah intelektual yang pernah mempelopori berdirinya Negara Minangkabau.


Ketika ide negara ”Minangkabau” ini diusungnya, Dokter Anas mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Belanda. Bahkan, dia dipersiapkan untuk menjadi calon Kepala Negara. Tapi ide negara ”Minangkabau” itu, kemudian ”mati dalam kandungan”, menyusul dengan tercapainya persetujuaan antara Indonesia-Belanda di Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949.


Selepas persetujuan itu, Dokter Anas langsung memboyong istrinya Jus Anas untuk bertolak ke negeri Kincir Angin Belanda. Pasangan yang tidak mempunyai anak itu meninggal di sana.


Ketika dilaksanakan Kongres Pemuda Indonesia, 10 November 1945 di Yogyakarta, Payakumbuh mengirimkan tiga orang pemuda untuk menghadirinya. Mereka adalah Oesman Sayoon, Bakri dan Kamaluddin Tambiluak.


Waktu kembali pulang ke Payakumbuh dari Jakarta, di atas kapal Kamaluddin bertemu seorang gadis remaja bernama Nur Cahaya yang asli Payakumbuh. Gadis ini kemudian dipersunting Kamaluddin Tambiluak menjadi istrinya.


Setelah kemerdekaan, Kamaluddin Tambiluak menjadi serdadu pada Bagian Perlengkapan dan Pengangkutan (P&P) Batalyon Singa Harau pimpinan Mayor Makinuddin HS.


***


Ada yang bependapat, Kamaluddin Tambiluak adalah seorang pengkhianat dan ada juga yang berpendapat dia adalah pahlawan. Betulkah dia seorang pengkianat, sebagaimana cerita yang beredar dari mulut ke mulut.  Atau jangan-jangan Tambiluak cuma seorang pahlawan bangsa yang menjadi korban hukum revolusi?


Dua pendapat ini memang seperti mata uang berlainan. Selalu terjadi silang pendapat hebat dan mungkin tidak pernah berkesudahan untuk dijawab. Satu sisi, banyak pejuang dan saksi sejarah dalam Peristiwa Situjuah yang menyebut Tambiluak benarlah seorang pengkhianat bangsa. 


Bahkan, sebelum insiden berdarah terjadi di Situjuah Batua, tepatnya tanggal 13 Januari 1949, seorang anggota Badan Penerangan bernama Syamsul Bahar yang menerima tugas darurat dari komandannya, dilaporkan bertemu dengan Kamaluddin Tambiluak.


Dalam pertemuan itu Kamaluddin mengajak Syamsul Bahar, agar datang dalam rapat penting tanggal 15 Januari 1949. Karena sudah pernah mengenal Tambiluak semasa ikut Kongres BKPRI di Yogyakarta, pada tanggal 14 Januari 1949, Syamsul Bahar ikut berangkat ke Situjuah dan sampai malam hari sekitar pukul 19.00 WIB.


Bersama rombongan, dia langsung masuk ke surau milik Mayor Makinuddin HS. Rupanya, dalam surau itu sudah penuh dengan pejuang yang melepas lelah.  Karena kondisi tersebut, Syamsul Bahar pindah ke sebuah bangunan yang merupakan surau usang. 


Dia bermaksud istirahat sejenak, menjelang ikut rapat. Tak tahunya di halaman surau yang gelap, ada seorang lelaki bermenung diri. Awalnya, Syamsul Bahar dan kawan-kawanya, tidak menghiraukan lelaki tersebut. Tapi ketika Syamsul Bahar hendak menjemput barangnya yang masih ketinggalan di Surau Makinuddin, dia mencoba mendekati lelaki yang bermenung diri. 


Ternyata orangnya adalah Kamaluddin Tambiluak. Merasa kaget dengan prilaku Kamaluddin, Syamsul Bahar lalu menanyakan gerangan apa yang membuat Kamaluddin bermenung diri. Tapi, Kamaluddin hanya menjawab dingin:”Ah, tidak ada apa-apa!”.

 

Perubahan sikap Kamaluddin yang sangat drastis ketika berada di Lurah Kincia, ternyata tidak hanya dirasakan oleh Syamsul Bahar menjelang rapat di Situjuah. Ketika rapat selesai, Tambiluak juga berpirilaku aneh dan ganjil. Waktu itu para pejuang baru saja salam-salaman dan bermaksud hendak istirahat di Surau Makinuddin. 


Ketika para pejuang mulai beristirahat, ada seseorang lelaki yang sangat antusias bercerita tentang kemenangan Belanda dan kekalahan Indonesia. Dia bahkan tertawa terbahak-bahak menceritakan itu. 


Syamsul Bahar yang sedang ”tidur-tidur ayam” kaget bukan kepalang mendengar cerita tersebut. Entah serius, entah berkelakar, yang jelas seumur-umur menjadi pejuang, baru kali itu Syamsul Bahar mendengar ada pemimpin dan tentara yang dengan gembira memuji musuh bernama Belanda.


Maka, timbullah tanda tanya besar di hati Syamsul Bahar. ”Siapa orang yang bercerita itu? Adakah sebuah keseriusan yang ia ucapkan?” Lalu, Syamsul yang tidur beralaskan tikar usang dan berselimut kain sarung sendiri, mengintip orang tersebut. 


Di balik remangnya lampu cogok (tradisionil), Syamsul Bahar melihat dengan jelas wajah orang itu. Ternyata dia adalah Kamaluddin Tambiluak.


Begitu juga pengakuan dari Burhan Datuak Rajo Penghulu, sebagai tahanan yang disuruh bolak balik membawa barang-barang rampasan dari Lurah Kincie, untuk dikumpulkan di halaman balai adat, melihat seseorang yang bertubuh pendek, kekar dan agak hitam dengan tongkat di tangan kirinya, dia memberi perintah kepada serdadu-serdadu Belanda untuk mengeledah kampung Situjuah Batua apabila ada lelaki tangkap dan kumpulkan, dia mengenal lelaki tersebut adalah Kamaludddin Tambiluak.(bersambung)

Posting Komentar

0 Komentar