JAKARTA, kiprahkita.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem, selama periode pancaroba yang diprakirakan berlangsung Maret-April 2024.
![]() |
Prof. Dwikorita Karnawati.(ist) |
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menyampaikan pentingnya meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini, terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat, petir, angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.
"Saat ini, puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan. Ini mengindikasikan, wilayah tersebut akan memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April," ungkap Dwikorita, Ahad (25/21), di Jakarta.
Selama periode pancaroba, imbuhnya, pola hujan cenderung terjadi pada sore hingga menjelang malam hari, setelah adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.
Menurutnya, fenomena ini dipicu oleh radiasi matahari, yang memicu proses konveksi dari permukaan bumi ke atmosfer, sehingga terbentuknya awan.
"Dalam periode ini, cuaca cenderung tidak merata dengan intensitas hujan sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) meningkat, yang berkaitan erat dengan kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es," paparnya.
Dalam upaya pencegahan bencana hidrometeorologi, BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi banjir bandang dan tanah longsor, terutama bagi yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor.
Deputi Bidang Meteorologi BMK, Guswanto, sebagaimana dikutip dari siaran pers BMKG menjelaskan, berdasarkan monitoring BMKG, terdapat beberapa fenomena atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan, dengan disertai kilat, petir, dan angin kencang di wilayah Indonesia.
Fenomena tersebut, ujarnya, antara lain adalah aktivitas monsun Asia, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO), aktivitas gelombang atmosfer, dan pola belokan dan pertemuan angin di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.
"Seluruh fenomena ini berkontribusi terhadap terjadinya cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia," tambahnya.
Dwikorita menekankan pentingnya menjaga kesehatan, dan meng-update informasi cuaca yang cepat berubah selama pancaroba.
BMKG, jelasnya, juga mengimbau masyarakat untuk menyesuaikan aktivitas di luar ruangan, dengan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari dan hujan.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menambahkan, potensi terjadinya angin puting beliung, juga meningkat saat pergantian musim.
Oleh karena itu, dia menyatakan, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu mengupdate informasi dan Peringatan Dini cuaca, yang dikeluarkan oleh otoritas resmi BMKG.(rel/mus)
0 Komentar