Barus: Jejak Kejayaan Nusantara yang Abadi

TAPANULI TENGAH, kiprahkita.com - Barus, sebuah kota pelabuhan yang terletak di bibir pantai barat Sumatera, telah menjadi saksi bisu dari kejayaan masa lalu yang tak terbantahkan. 


Kecamatan ini berada di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Hingga saat ini, masih menyimpan banyak fakta dan bukti-bukti sejarah yang menggugah.

Mengunjungi Barus bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tapi juga sebuah pengalaman yang membangkitkan kebanggaan, atas kejayaan Nusantara pada masa lalu. Kota ini bukan sekadar titik di peta, tetapi sebuah warisan berharga dari sejarah bangsa Indonesia.

Proses internasionalisasi dan akulturasi budaya antar bangsa, telah terjadi dengan baik di Barus. Jejak-jejak kehadiran pedagang dari berbagai penjuru dunia, seperti Arab, India, Cina, dan Eropa, masih terlihat jelas dalam arsitektur, budaya, dan tradisi kota ini.

Berkunjung ke Barus, tentu bukan hanya untuk menikmati keindahan alamnya yang memesona, tetapi juga untuk merasakan atmosfer bersejarah yang masih hidup. 

Setiap sudut kota ini menyimpan cerita yang menarik dan menginspirasi. Maka, berkunjunglah ke Barus, perlulah Anda jadwalkan, bersama keluarga, kerabat, dan teman-teman. 

Saksikanlah keajaiban sejarah Nusantara yang abadi, dan nikmati keindahan serta keramahan masyarakatnya. Dalam setiap langkah di Barus, Anda akan merasakan kekayaan budaya, yang membangkitkan semangat persatuan dan kebangsaan.

Barus. Negeri yang tersebut di dalam kitab suci. Indah menyejukkan mata, kendati udaranya terkadang sedikit panas dan menggerahkan. Maklumlah, letaknya di tepi pantai.

Sesungguhnya, sebanyak orang yang sudah akrab dengan kota ini, sebanyak itu pula yang belum kenal. Tapi satu hal yang jelas, kota ini penuh dengan aroma spiritual, baik dalam konteks Islam maupun agama-agama lainnya yang diakui di Indonesia, terutama Kristen.

Dari banyak referensi terpercaya, jejak Islam dan Kristen amat jelas di kota yang dahulu dikenal dengan harumnya kapur barus.

Menurut seorang sarjana Mesir bernama Abu Salih al-Armeni, banyak Gereja Nestorian sudah berdiri di Kota Fansur -–nama kuno untuk Kota Barus-- dari abad ke-12 masehi, tetapi dalam literatur lain disebut abad ke-7 Masehi. 

Bisa jadi, Pelabuhan Fancur (Barus) adalah daerah pertama, penyebaran Agama Kristen di pulau-pulau Nusantara.

Sedangkan Agama Islam, masuk ke pulau-pulau Nusantara, disebut untuk pertama kali juga melalui Barus, yaitu pada abad ke-7 Masehi, bertepatan dengan abad pertama hijriyah.

Presiden RI Joko Widodo, pada Jumat, 24 Maret 2017 meresmikan tugu Nol Kilometer Peradaban Islam di Nusantara di tepi laut Barus nan permai. Tugu itu menjadi simbol,  peradaban Islam pertama berkembang dari Barus. 

Mustahil pulalah rasanya, tugu dibangun yang diresmikan presiden, bila tidak didukung oleh fakta dan data sejarah yang akurat.

Terlepas dari perdebatan sejarah, satu hal yang pasti, aroma spiritual cukup kental terasa bila Anda berkunjung ke Barus. 

Ada banyak destinasi spritualisme yang bisa Anda kunjungi, dalam rangka memperkuat keyakinan Anda terhadap agama yang dianut, baik Islam maupun Kristen.

Bukan hanya Islam dan Kristen, tetapi sebenarnya Hindu dan Budha ada yang menyebut pendaratan pertamanya adalah di Barus.

Untuk Islam dibuktikan dengan situs tua Mahligai, situs Papan Tinggi yang disebutkan makam ulama penyebar Islam, kira-kira abad ke-5 Masehi, dari saudagar-saudagar Timur Tengah yang berlayar menuju Tapanuli Tengah.

Kota Barus atau dikenal juga dengan nama Fansur, pada abad 1–17 M merupakan kota Emporium dan pusat peradaban. Hal ini menjadikan Barus sebagai kota tertua di Indonesia. 

Pelayar-pelayar terkenal seperti Marcopollo pernah mendarat di kota ini. Pedagang-pedagang dari Persia, dan bahkan dari seluruh penjuru dunia, juga berdatangan ke kota ini di masa-masa kejayaannya.

Aktivitas di kota ini lebih banyak diisi dengan perdagangan. Komoditas yang paling dominan adalah rempah-rempah. Barang dagangan dibawa turun dari gunung oleh para penduduk lokal, untuk dijual ke para pedagang yang berasal dari luar negeri.

Komoditas yang paling terkenal dari kota itu hingga saat ini adalah kapur barus. Dalam sebuah penelitian disebutkan, mayat Raja Firaun diawetkan dengan menggunakan bahan rempah-rempah bernama kapur barus yang berasal dari kota Barus.

Peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti kuburan berukuran raksasa, batu nisan bertuliskan tulisan Persia kuno, dan artefak-artefak bersejarah lain, sampai hari ini masih banyak ditemukan di Barus.(MUSRIADI MUSANIF, dari berbagai sumber)

Posting Komentar

0 Komentar