Oleh Kasman Katik Sulaiman
Warga Muhammadiyah, tinggal di Kota Sungai Penuh
OPINI, kiprahkita.com - Suatu hari, seseorang mengenalkan diri. bahwa dia adalah orang Muhammadiyah. Orang tuanya dulu adalah orang Muhammadiyah tulen, katanya.
Tak ada yang tidak kenal dengannya, sambil menyebutkan nama orang-orang tua masa dulu itu. “Jadi saya ini Muhammadiyah juga kan?", katanya bernada tanya.
Tetapi ketika saya mengajaknya untuk ikut serta dalam kegiatan Muhammadiyah, maka dia mikir-mikir dulu. Tidak tahu alasan apa, dia tidak mau berkiprah di Muhammadiyah .
Pernah juga ketemu dengan seseorang, yang bercerita dulu semasa muda pernah mengajar di sekolah Muhammadiyah. “Lama saya ngajar di sekolah Muhammadiyah itu,” ujarnya sambil menceritakan nostalgia dia saat-saat masih aktif di sekolah Muhamamdiyah tersebut.
Kalau kita tanyakan, “Kenapa tak mau aktif di Muhammadiyah sekarang ini Pak”? Dia hanya jawab, “belum waktunya buya. Nanti lihat dulu lah buya ada waktunya itu,” jawabnya dengan senyuman yang malu-malu. Karena sampai sekarang kelihatan belum juga nampak dia ikut aktif bermuhammadiyah.
Di lain waktu, ada juga seseorang mengenalkan diri. “Saya alumni sekolah/madrasah Muhammadiyah itu buya”, dan menceritakan nostalgianya saat-saat menjadi siswa/santri di madrasah tersebut dengan raut bahagia dan bangga.
Dia bangga menjadi alumni madrasah Muhammadiyah terkenal tersebut. Namun sampai sekarang saya juga tidak melihat dia menjadi aktivis ikut menggerakkan Muhammadiyah di daerahnya.
Saya juga melihat, tiap tahun para Angkatan Muhammadiyah Muhammadiyah yang tergabung dalam Ortom, banyak melakukan rekruitmen aktivis dan rutin lakukan kaderisasi yang jumlahnya lumayan besar.
Tetapi mereka sebagian hanya sampai menjadi aktivis Ortom, karena ketika mereka sudah sukses tidak banyak yang berlanjut menjadi aktivis penggerak Muhammadiyah.
Itulah sepenggal pertanyaan saya, yang muncul dibenak ini saban hari hingga detik ini, ketika saya telah diamanahi menjadi salah seorang pimpinan di Muhammadiyah.
Kenapa ya, Muhammadiyah seakan-akan akan kekurangan kader, sehingga banyak pimpinan yang kesulitan mencari figur (orang) yang tepat, untuk menjadi penggerak di tingkat majelis, dan lembaga Muhammadiyah?
Dari pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya saya coba untuk merenung. “Menjadi Muhammadiyah itu bagaimana ya seharusnya? Orang Muhammadiyah itu siapa sebenarnya? Bagaimana proses lahirnya Penggerak atau aktivis di Muhammadiyah itu selayaknya?
Terhadap diri saya yang kecil dan fana ini dan tidak punya apa-apa, hari ini dipercaya menjadi pimpinan Muhammadiyah. Sebuah amanah yang amat besar menurut saya, yang apabila tidak dijalankan dengan baik dan benar, tentu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT di kemudian hari.
Karena Muhammadiyah itu adalah organisasi Islam, dakwah amar makmur nahi mungkar, berjuang untuk tegaknya kebenaran, keadilan, tegaknya kehidupan sosial yang baik, tegaknya kehidupan sesuai dengan nila-nilai dan norma Islam yang diperjuangkan, sesuai dengan khittah dan perjuangan Muhammadiyah.(BERSAMBUNG)
0 Komentar