Sejarah Masjid Al-Muttaqin Muhammadiyah Kayutanam


Oleh Kasman Katik Sulaiman

Warga Muhammadiyah, Lahir di Kayutanam yang kini tinggal di Sungai Penuh


OPINI, kiprahkita.com - Artikel ini adalah kelanjutan dari serial tulisan Muhammadiyah Menurut Aku, kini sudah memasuki serial keempat.


Dakwah Muhammadiyah selalu mendapat pertentangan, dari kelompok-kelompok masyarakat yang tidak menyukai paham berkemajuan dan terbukanya Muhammadiyah. 


Amal usaha dan ibadah yang dilakukan oleh orang Muhammadiyah, yang menurut mayoritas masyarakat setempat sesuatu yang baru dan tidak sesuai dengan amalan-amalan yang mereka lakukan selama ini. Dan dikhawatirkan akan menganggu faham dan kebiasaan kelompok mereka.


Meningkatnya kegiatan Muhammadiyah sangat menginspirasi warga Muhammadiyah untuk berfastabiqul menambal amal usaha lainnya. 


Uni Ur (Huriyah Syatar), kemenakan ayah (bako kami) di Pasar Gelombang Kayutanam dan didukung oleh seluruh Keluarga, mewakafkan sebidang tanah untuk di bangun Masjid Muhammadiyah.  


Tanah itu adalah tanah harta pusaka mereka yang telah kembali mereka dapatkan, setelah menghadapi perkara puluhan tahun sampai berakhir di Kasasi Mahkamah Agung.


Tahun 1989, mulailah pembangunan ,asjid ini dengan didukung oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Padang Pariaman. Saat itu, PDM Padang Pariaman diketuai oleh Buya Kasim Munafi. Buya Kasim adalah ketua PDM terlama yang memimpin Muhammadiyah Padang Pariaman. 


Beruntung, saya beberapa kali bertemu dengan beliau walaupun saat itu masih remaja dini. Beberapa kali pertemuan dengan Buya, seperti mendengar pengajian beliau saat beliau meresmikan Pusat Latihan Tapak Suci di Kayutana, dan mengikuti Pengajian “Malam Hijrah” Muhamamdiyah yang diadakan di Masjid Muhamamdiyah Ranting Anduring, kampng kecil saya.


Malam hijrah adalah kegiatan PDM Padang Pariaman saat itu. Kegiatannya dimulai Sabtu Sore diisi dengan klajian dengan waktu sholat dan makan, sampai waktu tidur dan bangun lagi saat waktu akhir malam untuk bertahajjud sampai subuh, istirshat makan pagi dan berlanjut akhir sampai zuhur berakhir saat makan siang. 


Untuk makan dan minum disediakan oleh ibu-ibu Aisyiyah dengan membawa aneka makanan ala kampung. Sungguh tak terbayangkan rasanya, bocah kecil Muhamamdiyah yang ikut hadir dalam suasana Malam Hijrah itu.


Kembali pada pembangunan Masjid Al Muttaqin Muhammadiyah Kayutanam. Ternyata pembangunan ini mendapat pertentangan dari oknum-oknum tertentu. Mereka melakukan berbagai cara untuk menggagalkan pembangunan masjid tersebut. 


Sampai akhirnya, masalah pertentangan ini dibawa ke tingkat daerah, yakni Departemen Agama dan Bupati Pariaman ikut menengahi masalah tersebut. Dan akhirnya pembangunan masjid tetap dilanjutkan. 


Alhamdulillah, pada tahun 1990 Masjid Al Muttaqin Muhammadiyah Kayutanam pun diresmikan dan langsung dihadiri oleh Bapak H. Lukman Harun dari PP Muhammadiyah, dan memberikan bantuan sebesar Rp18 juta.


Selanjutnya masjid mulai digunakan dan semakin hari makin ramai jamaahnya. Selain dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk sholat berjamaah lima waktu, Tempat Pengajian Al Quran bagi anak-anak. (TPA), masjid ini juga rampai disinggahi oleh para musafir yang lewat, karena masjid Al Muttaqin berada di pinggir jalan lintas Padang Bukittinggi.


Hingga sekarang, kegiatan di masjid terus berkembang. Di kompleks masjid saat ini sudah berdiri pula amal usaha baru,  melengkapi amal usaha Muhammadiyah di ranting Kayutanam yakni Panti Asuhan Al Muttaqin Muhammadiyah Kayutanam. (bersambung)

Posting Komentar

0 Komentar