PADANG, kiprahkita.com - Kasus Tuberkulosis (TBC) di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu. Kondisi ini membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, agar mata rantai penyebaran TBC dapat terputus.
Demikian disampaikan oleh Kasi P2M Dinas Kesehatan Kota Padang Eva Westari, saat menjadi pembicara dalam kegiatan Penguatan Standar Kualitas Pelayanan TBC Lintas Pemangku Kepentingan. yang diadakan oleh Komunitas Penabulu-STPI Sumbar di Padang, Selasa (30/7/2024).
"Kita terus menjaring penderita TBC hingga akhir tahun ini, sehingga diharapkan mata rantai penularan TBC dapat diketahui dan diputus," ujarnya.
Eva tidak menampik, penyebaran TBC terjadi di berbagai tempat, termasuk di tempat berkumpulnya banyak orang.
"Pesantren dan lapas merupakan tempat berisiko tinggi terjadi penularan TBC," ungkapnya, sebagaimana dikutip dari rilisan Dinas Kominfo Padang yang diakses Rabu (31/7).
Eva mengimbau kepada pengelola pesantren untuk bekerja sama dengan puskesmas dalam melakukan skrining TBC pada santri, guru, maupun karyawan. "Sehingga mereka yang bergejala dapat segera kita obati," ucapnya.
Selain itu, Eva menyampaikan bahwa pada tahun 2024, Kota Padang diperkirakan memiliki 4.838 kasus TBC, namun hingga Juli ini baru ditemukan sebanyak 2.122 kasus TBC.
Sebanyak 16,4 persen kasus berasal dari luar kota, sementara sekitar 83 persen (1.773 kasus) berasal dari dalam kota yang tersebar di 11 kecamatan se-Kota Padang.
Menurut kelompok umur, sebanyak 20 persen kasus TBC terjadi pada anak usia 0-14 tahun, sementara 80 persen terjadi pada usia 15 tahun ke atas.(charlie/kominfo pdg))
0 Komentar