Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.
Sekretaris LDK Pimpinan Pusat Muhammadiyah
OPINI, kiprahkita.com - Kesalehan bukan hanya khusu’ dalam peribadatan Mahdah, ungkap Saiful Bahri, ketua Program Studi Doktor Universitas Muhammadiyah Jakarta dalam khutbah di Masjid At-Tanwir Muhammadiyah Menteng Raya Jakarta, 30/08/2024.
Kesalehan tersebut, menurut beliau, orang yang mendapatkan predikat patriotisme, yaitu orang yang memiliki self-awareness, kesadaran diri mewujudkan kepedulian terhadap permasalahan yang ada disekitar dirinya.
Patriotisme, sering dikonotasikan pahlawan, orang yang kuat, tangkas, terkenal, idola, personal references, dan dipuja-puji oleh orang-orang yang mengenalnya, tetapi hakikat pahlawan adalah orang yang memiliki kesadaran ekologis, kepedulian terhadap sesuatu yang terjadi sekitar dirinya, empati dengan situasi yang ada, mengorbankan kepentingan diri, individu, keluarga dan kelompok terhadap kepentingan yang lebih besar, yaitu kelestarian lingkungan yang ada di sekitarnya.
Kesadaran terhadap kelangsungan hidup bangsa di tengah keanekaragaman dan menghindari diri dari berbagai bentuk ancaman, digambarkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-Naml (27) ayat 18-19:
18. Hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”
19. Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Seekor semut yang peduli dengan bangsanya mengomandani segenap habitat semut untuk masuk ke dalam sarangnya masing-masing, jangan sampai bergerak ke luar sarang, sehingga nanti ke injak oleh bala tentara Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman yang dianugerahi oleh Allah SWT kemampuan dalam mendengarkan bahasa segenap jenis hewan, termasuk di dalamnya suara semut, sehingga Nabi Sulaiman berdoa kepada Allah SWT untuk tetap konsisten sebagai hamba yang senantiasa bersyukur terhadap nikmat Allah SWT.
Diantara nikmat yang diberikan Allah SWT kepada segenap hamba ciptaan-Nya adalah keseimbangan alam. Interaksi harmonis antara komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem untuk mempertahankan stabilitas dan kelangsungan hidup.
Mempertahankan keseimbangan ini memerlukan upaya kolektif dan berkelanjutan dari individu, komunitas, pemerintah, dan organisasi nasional, internasional melalui konservasi, pengelolaan sumber daya yang bijak, pendidikan, dan kebijakan yang efektif.
Keseimbangan itu juga dapat digambar dalam bentuk keseimbangan sosial, keadilan sosial dan kesejahteraan sosial, dimana satu sama lain saling berinteraksi dan toleransi sehingga tercipta kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan sosial, budaya dan bernegara.
Masing-masing menjaga dan memelihara eksistensi masing-masing, baik indivdiu, sosial, komunitas, suku, bangsa, dan negara.
Allah SWT menyindir manusia dengan perilaku baik seekor semut yang berusaha mempertahankan kelestarian bangsanya dari kesewenangan manusia yang sangat diakui kesalehannya.
Nabi Sulaiman penguasa yang sangat shaleh, taat kepada Allah SWT mensyukuri segala nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya, tetapi bangsa semut masih tetap melakukan kewaspadaan kebangsaan, untuk tetap bersiap siaga mempertahankan diri dan bangsanya dari kesewenangan sang penguasa.
Kekuasaan menindas tidak dirasakan, tetapi yang tertindas sangat merasakan dan sangat memilukan atas penindasan yang diberikan oleh penguasa tersebut. Penguasa merasakan bahwa dirinya telah berusaha untuk mengayomi warga, memberikan berbagai fasilitas kesejahteraan, memberikan kesempatan untuk berusaha, memberikan kesempatan untuk menyalurkan aspirasi, memberikan perlindungan terhadap hukum dan hak-hak individual, komunitas, suku, bangsa segenap warganya, tetapi penguasa berusaha untuk melanggengkan kekuasaannya dengan memproteksi diri dan keluarganya sedemikian rupa, tentu hal ini menyakiti segenap hati dan perasaan warganya.
Kezaliman yang diperbuat oleh penguasa, lebih cendrung dibawah otak sadar, seolah-olah ia berbuat adil dan bijaksana terhadap rakyatnya, tetapi sebenarnya ia telah menginjak-injak hak rakyat, kedaulatan rakyat, dan aspirasi rakyat.
Segala hal yang dapat dilakukan dengan rekayasa, dan memberikan keuntungan terhadap diri, keluarga dan kelompok diputuskan dan ditetapkan menjadi kebijakan, sekalipun hal tersebut memberangus rasa keadilan di hati rakyat.
Maka seorang pemimpin komunitas perlu melakukan mitigasi sedini mungkin terhadap perilaku zalim yang akan dilakukan penguasa, diantaranya mengingatkan segenap anggota komunitas untuk bersikap, berperilaku, berbuat, dan bertindak secara lurus dan benar dalam koridor konstitusional dan regulasi yang digariskan oleh penguasa.
Penguasa yang benar, memahami dan menyadari atas ketakutan warganya, akan mendapatkan kezaliman yang tak disengaja. Kesadaran tersebut diwujudkan dalam bentuk kesyukuran terhadap nikmat Allah SWT yang senantiasa peduli, cinta, dan perhatian yang penuh terhadap penciptaan keadilan, keseimbangan dan kelestarian lingkungan sosial, kemanusiaan dan alam semesta.
Seorang penguasa yang kuat tersebut adalah peduli dengan makhluk yang lemah, ia berusaha untuk melindungi dan menjaga eksistensinya, sebagai wujud dari kesalehan personal yang dimiliki oleh penguasa yang kuat.
Tetapi yang terjadi di tengah kehidupan sosial, kemasyarakatan dan kemanusiaan dewasa ini, adalah upaya untuk melemahkan secara structural, sehingga membuat komunitas, tertentu, suku tertentu dan bangsa tertentu tidak berdaya mempertahankan dirinya.
Penguasa yang lemah sebaliknya, suka untuk memciptakan pelemahan pada struktur masyarakat, sehingga ia mudah untuk mengendalikannya, kekuatan besar pada bangsa cukup dikendalikan oleh segelintir kaum yang dinamakan dengan oligarki. Demikian juga secara internasional cukup dikendalikan oleh sekelompok Negara kuat seperti yang terjadi pada masyarakat Palestina.
Sudah waktunya sekarang ini sang raja semut mengumandangkan seruan kepada bangsanya berlindung untuk mempertahankan diri dari gempuran para zionis, penjajah, penguasa, pengusaha dan penindas.
Namun pertanyaannya bagaimana bentuk sang raja semut dan kapan patriot semut berteriak untuk menjaga bangsa manusia ini dari penindasan manusia yang zhalim di muka bumi ini.
Kapan pula sang penguasa terkuat di muka bumi ini memahami penderitaan sang semut yang lagi tertindas dan tergilas oleh kekuatan adidaya ini.***
0 Komentar