Ustadz Adi Hidayat Ingatkan Bahaya Berita Bohong

muhammadiyah.or.id

BEKASI, kiprahkita.com - Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat MuhammadiyahUstadz Adi Hidayat (UAH), mengingatkan bahaya framing dalam penyebaran informasi yang tidak terverifikasi. 

Merujuk pada kisah Nabi Muhammad SAW di Madinah, UAH menegaskan,  framing berita dengan niat menimbulkan kontroversi, dapat berdampak buruk pada masyarakat.

UAH mengisahkan satu momen dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang seringkali dijadikan contoh penting dalam membahas isu framing dan berita bohong. 

“Ada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW keluar dari kediamannya menuju masjid dengan wajah yang terlihat tidak biasa. Seorang sosok yang gemar menciptakan kontroversi, memanfaatkan momen itu untuk menyebarkan desas-desus, bahwa Nabi telah menceraikan istri-istrinya," jelas UAH.

Berita palsu ini segera menyebar luas hingga salah satu sahabat Nabi, Umar bin Khattab, mengetahui adanya framing jahat tersebut. 

Umar segera meluruskan informasi yang salah ini dengan menegaskan, Nabi Muhammad SAW tidak menceraikan istri-istrinya. 

Peristiwa ini akhirnya diabadikan dalam Quran ayat ke-83 Surah An-Nisa, yang memberikan pedoman penting tentang cara menghadapi informasi yang belum terverifikasi.

UAH menggarisbawahi, Allah SWT melalui ayat tersebut menuntun umat Islam agar tidak langsung mempercayai setiap informasi yang diterima. 

Sebaliknya, ujarnya sebagaimana diberitakan muhammadiyah.or.id, diperlukan verifikasi dengan mengembalikan informasi kepada sumber yang berwenang atau memiliki pengetahuan terkait peristiwa tersebut.

"Allah memberikan arahan agar kita memverifikasi informasi dan kembali kepada otoritas yang lebih tahu tentang persoalan itu sebelum menyebarkan informasi lebih lanjut,” lanjut UAH, dikutip Rabu (2/10).

Fenomena framing ini, menurut UAH, juga terjadi di era modern, terutama di media sosial seperti YouTube, Instagram, dan Facebook. 

Konten yang kontroversial kerap kali dibuat tanpa mempedulikan kebenaran, hanya demi popularitas dan keuntungan pribadi. 

Dalam hal ini, UAH mengingatkan, umat Islam harus bijak dan cermat dalam menyikapi setiap berita atau informasi.

"Orang beriman harus selalu mengecek kebenaran informasi dan menempatkan prinsip kebenaran di atas segalanya," tegas UAH. 

Ia juga menyoroti bagaimana penyebaran informasi palsu, seringkali dilakukan oleh individu yang hanya mengejar sensasi. 

Hal ini mengingatkan pada peringatan Allah dalam Al-Quran, perilaku tersebut merupakan godaan setan.

“Kalau orang yang cuma cari kontroversi, cari keramaian, kita harus bijak untuk mengabaikan hal tersebut. Umat Islam harus berpegang pada petunjuk Allah SWT dan memprioritaskan kebenaran,” sebutnya.

UAH mengajak masyarakat untuk menjadikan sikap Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam menghadapi informasi, dengan menjadikan prinsip kebenaran sebagai landasan dalam bertindak dan berbicara.(*)

Posting Komentar

0 Komentar