Gempita Dumai di Bibir Sumatera

DUMAI, kiprahkita.com - Dumai adalah sebuah kisah panjang. Pertumbuhan pembangunan dari lambat, hingga kemudian menyepat. Sejarah sebuah kampung kecil yang melaju jadi kota maju.

Kota Dumai, terletak di bibir timur Sumatera. Daerah ini juga kerap disebut Riau Pesisir. Sejarahnya panjang, sepanjang Selat Malaka yang gegap gempita sepanjang nasa.

Kepala Dinas Kominfo, Statistik, dan Persandian Kota Dumai Khairil Adli menjelaskan, Dumai bermula dari sebuah desa kecil, lalu menjadi kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bengkalis.

"Kini kecamatan itu sudah menjadi kota dengan tujuh kecamatan. Genap berusia 25 tahun, sejak dimekarkan dari Kabupaten Bengkalis pada 20 April 1999," jelasnya.

Adli mengatakan hal itu, awal pekan kemarin, saat menerima kunjungan studi banding insan pers Kota Padang Panjang, dipimpin Kepala Dinas Kominfo H. Ampera Salim, Ketua PWI Isril Naidi, Ketua FKWSM Syafriyanto YB, dan Ketua FJKIP-PP Alfian YN.

"Dahulu, banyak wisatawan dari Malaysia yang datang ke Sumbar melewati Kota Dumai. Sekarang mereka tidak hanya lewat, tetapi sudah mampir dan bermalam di Dumai sebelum ke Sumbar," sebutnya.

Tujuh kecamatan yang mengukuhkan Dumai adalah Kecamatan Dumai Kota dengan lima kelurahan, Medang Kampai (empat kelurahan), Dumai Barat (empat kelurahan), Dumai Selatan (lima Kelurahan), dan Kecamatan Dumai Timur dengan lima kelurahan.

Berikutnya, Kecamatan Bukit Kapur dengan lima kelurahan, dan Kecamatan Sungai Sembilan dengan lima kelurahan.

Menurutnya, wilayah daratan Dumai seluas 204.674 (dua ratus empat ribu enam ratus tujuh puluh empat) hektar, wilayah perairan seluas ± 71.393 (tujuh puluh satu ribu tiga ratus sembilan puluh tiga) hektar dan wilayah udara, serta wilayah dalam bumi.

"Kota Dumai saat ini didiami oleh beraneka ragam etnis dan suku bangsa. Sedikitnya terdapat 16 suku bangsa yang saat hidup berdampingan dan saling berbaur satu dengan yang lain secara damai, rukun dan harmonis," jelasnya.

Adli mengakui, kemajuan Dumai saat ini tidak terlepas dari dukungan media massa, baik jurnalistik maupun media sosial.

"Saya juga sering mengikuti media sosial Kominfo Kota Padang Panjang. Informasinya update dan memuat seluruh agenda kota. Apalagi, kalau didukung wartawan, tentu akan banyak sisi pemberitaannya," ungkap dia.

Sedangkan Pemko Dumai, saat ini menjalin kerja sama dengan 115 media, baik cetak, online dan elektronik.

"Kita telah menerapkan e-Media dalam menjalin kerja sama dengan perusahaan media. Tanpa ada tatap muka dan menghindari adanya diskriminasi terhadap perusahaan media," sebutnya.

Ia menjelaskan, dalam aplikasi e-Media tersebut, perusahaan media akan meng-upload kelengkapan administrasi perusahan media dan Diskominfotiksan sebagai verifikatornya.

"Untuk nilai kerja samanya, juga ada beberapa indikator, seperti eksemplar cetak, rating pembaca dan ruang lingkup media," urainya.

MINANG

Fakta menunjukkan, di mana ada manusia, di situ pasti ada Si Minang. Merantau menjadi bagian dari hidup insan-insan muda dan tangguh anak Minangkabau. 

Kisah perantauan Si Minang, tak terkecuali di Kota Dumai, menjadi cerita yang teramat panjang untuk dituliskan. Tiada henti dari generasi ke generasi.

Kota-kota di Provinsi Riau sejak lama juga mewarnai hari-harinya dengan dinamika para perantau Minang?

Hampir tak ada wilayah di Riau yang tak ditinggali warga asal Minang. Kalau tidak lahir di Sumbar, pastilah dia punya pertalian darah, sosial, dan kuktural dengan daerah-daerah yang ada di Sumatera Barat.

Bila membalik-balik lembaran sejarah, kendati secara geografis letak Riau tidak terlalu jauh dari Sumbar, tapi perjuangan menuju Riau dulu bukanlah pekerjaan mudah. 

Ada yang melewati jalur darat dengan jalan yang sempit dan jelek, ada juga lewat sungai. Tapi itu dulu.

Dengan akses transportasi Sumbar-Riau yang kini semakin bagus, termasuk ruas jalan tol XIII Koto Kampar-Bangkinang-Pekanbaru-Duri-Dumai, maka selain perantau yang bermukim, kota-kota di Riau juga dipadati warga Sumbar yang setiap hari bolak-balik Sumbar-Riau. 

Sekitar dua hingga lima persen warga Sumbar kini memiliki rotasi rutin Sumbar-Riau setiap hari. Mereka tidak merantau ke Riau, tetapi datang ke bumi Melayu tersebut untuk memasok kebutuhan pokok masyarakat Riau.

Untuk yang bermukim di Riau, jumlahnya cukup banyak. Mereka benar-benar berlabuh di bumi Lancang Kuning ini. Tinggal dan menjalani kehidupan di sini. Sekitar 35 persen warga Riau berdarah Minang.

Dumai, kota pelabuhan internasional di pantai timur Sumatera itu, menjadi tempat berlabuhnya para perantau Minang yang terbilang banyak di Riau. Mereka berusaha di sini, bermukim di sini, dan berpartisipasi untuk kemajuan kota ini. Denyut nadi Dumai tak bisa lepas dari peran penting warga asal Sumbar.

Perlu diketahui, warga Minang yang bermukim di Dumai termasuk tiga besar bersama Melayu dan Batak. 

Sedikitnya terdapat 18 suku yang menghiasi perjalanan hari-hari kota Dumai saat ini. Orang Minang di Dumai, selain menjadi pedagang, pendidik, dan pengusaha, juga banyak yang terjun ke dunia politik.

Sebagai kota pelabuhan, nadi Dumai berdenyut kencang 24 jam. Aktifitas ekonomi bergerak sepanjang hari. Si Minang yang menambatkan kapalnya di sini, turut jadi penentu detak Dumai 24 jam tersebut.

Dahulu, ada yang menjuluki Dumai sebagai kota lima hari. Warga Dumai akan berbondong-bondong meninggalkan kotanya sejak Jumat Sore, lalu kembali lagi Minggu malam hingga dinihari. 

Tujuan akhirnya adalah Singapura, Batam, Tanjung Pinang, Medan, Pekanbaru, Bukittinggi, dan beberapa kota wisata lainnya. 

Menghabiskan akhir pekan di luar Dumai merupakan keharusan, karena kota ini minim sarana hiburan dan wisata keluarga. Koran-koran harian di Dumai juga terbit hanya lima hari dalam sepekan.

Aktifitas sebagai kota lima hari kini berakhir. Pemerintah kota sudah menata sarana-sarana hiburan publik. Di akhir pekan, Dumai kini banyak  dikunjungi wisatawan Singapura, Malaka, Pekanbaru, dan kota-kota penting lainnya di Sumbar.

Dumai sudah punya taman hutan wisata, kawasan wisata pantai Teluk Makmur, wisata hutan tropis, pantai pasir, dan wisata taman kota Bukit Gelanggang yang dilegkapi fasilitas fitnes, dan area jogging track.

Ada juga panggung hiburan rakyat, taman air mancur, fasilitas MCK, area bermain anak, tempat parkir dan wifi. Semua gratis. Pedagang kuliner juga tertata dengan rapi. Taman ini dipadati warga kota sejak pukul 16.00 WIB hingga larut malam.

Penataan taman kota ini amat menyejukkan. Pengunjung merasa nyaman dengan fasilitas yang terbilang baik. 

Pengunjung juga tidak direpotkan pedagang keliling, tukang parkir, peminta-minta sumbangan, dan pengamen, sebagaimana yang dialami pengunjung tempat wisata tertentu dan taman-taman kota di Sumbar.

Kini, satu kawasan lagi mempercantik Dumai, yaitu Dumai Islamic Center; sebuah destinasi rohani yang dikembangkan di kawasan perkantoran Pemko Dumai.

Pembangunannya dimuai pada tahun 2021, dan selesai 15 Maret 2023. Pembangunan Dumai Islamic Center dimulai pada saat Wali Kota H Paisal memimpin. 

Beliuay mempunyai sebuah visi ke depan, bagaimana Kota Dumai memiliki Pusat Dakwah, pembelajaran Agama Islam, pendalaman Al-Quran serta sebuah ikon untuk diingat oleh wisatawan maupun jadi kebanggaan, terkhususnya bagi masyarakat Kota Dumai. 

"Dumai Islamic Center bukan milik perseorangan, tapi milik seluruh Masyarakat Kota Dumai. Kedepannya, kita mengharapkan DIC memberikan banyak manfaat untuk masyarakat Kota Dumai dalam berbagai sektor. Mulai dari ekonomi, pusat dakwah, pusat pembelajaran agama, pusat UMKM, dan berbagai sektor lainnyam" ucap Paisalm suatu ketika.(MUSRIADI MUSANIF)

Posting Komentar

0 Komentar