Muhammadiyah Hadirkan Kemakmuran untuk Semua

Ikhtisar Pidato Milad Muhammadiyah ke-112 Tahun 2024

  • Oleh Prof. Dr. H. Haedar Nashir
  • Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah

OPINI, kiprahkita.com - Pada 18 November 2024, Muhammadiyah genap berusia 112 tahun. Dalam peringatan Milad tahun ini, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan tema "Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua" yang akan menjadi fokus kegiatan.

Termasuk dalam hal ini, tanwir yang dijadwalkan berlangsung pada 4-6 Desember 2024 di Kupang, Nusa Tenggara Timur.  

Istilah "menghadirkan" bermakna membawa sesuatu ke dalam realitas untuk memberikan manfaat bagi sesama. 

Kata ini berasal dari bahasa Arab hadir, yang berarti "ada dan mengada" atau mewujud nyata. 

Dalam konteks peradaban, hadir mengacu pada hadlarah, yaitu membangun kebudayaan yang berkemajuan.  

Kemakmuran berarti kesejahteraan yang mencakup kecukupan jasmani dan rohani. Dalam konteks Indonesia, konsep ini sesuai dengan spirit Sila Kelima Pancasila, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” serta pasal 33 UUD 1945 yang menegaskan, kekayaan alam negara harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.  

Kemakmuran sejati tidak hanya berwujud materi atau ekonomi, tetapi juga keseimbangan lahir dan batin. 

Sebuah negeri dikatakan makmur jika masyarakatnya hidup sejahtera, aman, damai, dan merasakan kebahagiaan lahiriah maupun spiritual.  

Konsep kemakmuran dalam Islam dapat ditemukan dalam idealisasi Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur, seperti yang disebutkan dalam Al-Quran Surat Saba’ ayat 15:  

"Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): ‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.’”

Kaum Saba’, yang hidup di wilayah Yaman, dikenal sebagai bangsa yang makmur dan berkemajuan. 

Namun, sejarah juga mencatat bahwa kemakmuran harus diimbangi dengan keimanan dan ketaqwaan. 

Sebaliknya, pengingkaran terhadap nilai-nilai ini dapat membawa kehancuran, seperti yang dialami oleh Kaum Madyan di masa Nabi Syu’aib AS.  

Tema Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua menegaskan komitmen Muhammadiyah untuk mewujudkan kemakmuran yang menyeluruh—lahiriah dan ruhaniah, material dan spiritual. 

Dalam pandangan Muhammadiyah, negeri yang makmur adalah tempat masyarakat hidup dengan iman, taqwa, ilmu pengetahuan, dan amal saleh, sekaligus menjalankan peran sebagai khalifat fil-ardh untuk memakmurkan bumi.  

Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah menjadikan Indonesia sebagai ladang dakwah dan tajdid untuk membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yakni masyarakat yang adil dan makmur sesuai ridha Allah SWT. 

Komitmen ini juga tercermin dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tahun 1946, yang menyebutkan cita-cita untuk mewujudkan Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur.  

Muhammadiyah terus berperan aktif dalam mendirikan dan membangun bangsa, sebagaimana amanat Pembukaan UUD 1945. 

Upaya menghadirkan kemakmuran ini dilakukan melalui berbagai program di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan berbagai prakarsa lainnya yang berorientasi pada kesejahteraan umat secara multidimensi.  

Peringatan Milad ke-112 ini menjadi momentum refleksi bagi Muhammadiyah untuk mengevaluasi dan memperkuat kiprahnya. 

Muhammadiyah bertekad meningkatkan intensitas gerakan demi menghadirkan kemakmuran yang merata, mencakup seluruh lapisan masyarakat hingga pelosok negeri.  

Dengan tekad yang kuat, Muhammadiyah bersama seluruh elemen bangsa akan terus bergerak menuju cita-cita nasional sebagaimana yang tertuang dalam konstitusi, yakni Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur—sejalan dengan konsep Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur. (muhammadiyah.or.id)

Posting Komentar

0 Komentar