Pendidikan Bermutu untuk Semua

  • Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd. 
  • Dosen Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta

OPINI, kiprahkita.com - Kemajuan peradaban Islam pada masa daulah Umayyah, Abbasyiyah, Cordova, Usmani, Moghul dan Persia selain memang semangat keislaman yang didorong oleh ketauhidan yang benar dan lurus membuahkan budaya dan peradaban, juga disebabkan oleh berkembang pesatnya gerakan keilmuan di tengah-tengah masyarakat. 

Gerakan keilmuan sejalan dengan semangat keagamaan dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan yang berbasis pada masjid. 

Masjid bukan hanya sebagai pusat peribadatan, tetapi juga pusat taklim, pendidikan dan pengajaran. Berbagai kajian dilakukan di masjid, semenjak permasalahan ketauhidan, peribadatan, akhlak, muamalat dan berbagai kajian tematik yang menyangkut hajat kehidupan manusia. 

Berbagai literature menyangkut filsafat, astronomi, geografi, kedokteran, biologi, psikologi, antropologi, sosiologi, fisika, matematika, logika, etika, dibahas, dikaji dan diteliti dengan seksama dan terprogram secara berkesinambungan. 

Kegiatan inilah membuat ummat Islam memiliki keunggulan dan maju dibandingkan dengan bangsa lain di berbagai belahan dunia. 

Umat Islam memiliki peradaban tinggi, menjunjung tinggi moralitas dengan perwujudan akhlaqul kharimah. Menjunjung tinggi kemanusiaan dan mengedepankan persamaan manusia dalam pelayanan pemerintahan dan pengadilan, menghilangkan diskriminasi gender, diskriminasi warna kulit, dan diskriminasi strata sosial. Semua manusia sama dimata pencipta dan dihadapan penguasa. 

Di berbagai negara di belahan dunia ini terlihat nyata bahwa pendidikan indikator utama yang menjadikan bangsa tersebut maju dan unggul dibandingkan dengan bangsa lain. 

Jepang, setelah dikalahkan oleh sekutu dalam perang dunia kedua, melakukan akselerasi pendidikan dengan memberikan privilege kepada pendidik untuk bekerja keras melakukan pendidikan kepada anak bangsa agar mereka memberikan kontribusi terhadap negara. 

Maka segenap peserta didik Jepang mengedepankan pendidikan karakter, mereka memiliki sikap untuk memberi dan berbuat untuk kemajuan negara, malu besar tatkala dirinya melakukan sesuatu yang merugikan negara. 

Mereka lebih memilih membunuh diri untuk menutupi aib dirinya atas perilaku yang mengkianati negara. 

Selandia Baru, negara yang jauh di timur, terbelakang dalam berbagai hal, karena hanya persinggahan para bajak laut, tetapi dengan tekad dan kesadaran yang tinggi dari para tokoh bangsanya, berusaha untuk mengejar ketertinggalan dengan mengembangkan pendidikan sebagai prioritas dalam pembangunannya, sehingga sekarang menjadi kiblat dari berbagai negara dunia dalam hal pengembangan pendidikan yang bermutu, negaranya terbilang maju.

Demikian juga beberapa negara lain, Finlandia, keunggulan pendidikannya, sistem pendidikan fleksibel, berpusat pada siswa, dan menekankan pembelajaran kolaboratif. 

Korea Selatan, dedikasi tinggi terhadap pendidikan, sistemnya kompetitif, investasi besar-besaran pada infrastruktur pendidikan, belajar yang intensif, termasuk pendidikan tambahan, dan teknologi sebagai pendorong inovasi dalam pembelajaran.

Singapura, sistem pendidikan yang adaptif dan berorientasi pada pengembangan keterampilan abad ke-21, fokus pada bilingualisme (Bahasa Inggris dan Bahasa Ibu), pengajaran sains dan matematika secara mendalam, kebijakan pendidikan yang terus diperbarui untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja global. 

Jerman, pendidikan kejuruan dan pelatihan dual-system yang menghubungkan teori dengan praktik, pendidikan gratis atau sangat terjangkau hingga tingkat universitas, kolaborasi erat antara pemerintah, institusi pendidikan, dan industri dan pengakuan global terhadap kualitas lulusan di bidang teknik dan manufaktur. 

Kanada, dikenal dengan pendidikan inklusif dan fokus pada keberagaman, pendidikan dasar hingga menengah gratis dan berkualitas tinggi, pengajaran yang menekankan kreativitas, pemecahan masalah, dan literasi digital dan banyak universitas di Kanada masuk dalam peringkat terbaik dunia.

Faktor kunci dalam keberhasilan pendidikan di berbagai Negara maju di dunia, pertama, investasi pemerintah; Kedua, alokasi anggaran pendidikan yang memadai untuk infrastruktur, pelatihan guru, dan teknologi. 

Ketiga, guru berkualitas, kompeten dan dihormati di masyarakat; Keempat, sistem pendidikan yang fleksibel, menyesuaikan kebutuhan masa depan tanpa terlalu terpaku pada standar tradisional. 

Kelima, aksesibilitas dan inklusivitas, pendidikan untuk semua, tanpa diskriminasi ekonomi, gender, atau wilayah. Keenam, fokus pada teknologi dan inovasi, memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif dan efisien. 

Pendidikan berkualitas adalah fondasi penting untuk kemajuan bangsa, sebagaimana dibuktikan oleh negara-negara di atas.

Komitmen menteri Pendidikan Dasar dan Menengah untuk menghadirkan pendidikan bermutu untuk semua, merupakan langkah tepat untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dibandingkan dengan bangsa lain yang sudah diuraikan di atas. 

Langkah praktis yang harus dilakukan pertama, memberikan kesejahteraan guru yang berkeadilan, bukan diskriminasi antara ASN dan non ASN, guru tetap dan guru honorer, tetapi berikanlah kesejahteraan selain dari penghasilan tetap, juga kesejahteraan guru berbasis kinerja dan kreatifitas, sehinga dengan kebijakan tersebut membuat guru berpacu untuk mengembangkan potensi dirinya menghasilkan capaian, inovasi, kreatifitas dalam memngembangkan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang inovatif.

Kedua, pengembangan dan melakukan investasi dalam infrastruktur pendidikan, yang berbasis keadilan, jangan hanya menumpuk pada tempat-tempat tertentu dan dekat pada akses pusat kekuasaan, tetapi juga mengembangkan inftrastruktur bermutu di daerah-daerah terluar, terdepan dan sekarang tengah tertinggal. 

Ketiga, melakukan secara massif pelatihan dan pengembangan kapasitas guru, agar mereka terasah kreatifitas, kapabilitas diri dan berinovasi dalam mengembangkan berbagai sumber pembelajaran dan strategi pembelajaran yang berbasis pada teknologi informasi serta pemanfaatan sumber-sumber belajar berbasis lokal. 

Keempat, dari hulunya, perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga pendidik perlu ditingkatkan kualitasnya, semenjak dari kurikulum, infrastruktur dan manajerialnya, sehingga produktifitas tenaga pendidik ke depan adalah tenaga pendidik yang berkualitas tinggi dan memiliki daya saing dalam pengembangan kreatifitas. 

Kelima, input peserta didik, mahasiswa yang masuk dalam LPTK sebaiknya perlu dilakukan seleksi ketat, LPTK bukanlah lembaga pilihan alternative terakhir, tetapi adalah lembaga pendidikan pilihan utama, karena ia akan menghasilkan tenaga pendidik, yang dihargai dalam kesejahteraan dan dihargai dalam kreatifitas.***

Posting Komentar

0 Komentar