PADANG PANJANG, kiprahkita.com - Pertunjukan teater bertajuk Sayap-Sayap Proklamasi, berhasil mencuri perhatian masyarakat dalam gelarannya di Desa Wisata Kubu Gadang, Padang Panjang.
Pentas yang dipersembahkan Komunitas Seni Kuflet ini merupakan bagian dari program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) 2024 Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Karya ke-55 komunitas seni ini tidak hanya berhasil menghibur, tetapi juga mendidik generasi muda tentang nilai-nilai perjuangan dan nasionalisme melalui kisah hidup Bung Hatta.
Dipentaskan di alam terbuka dengan latar sawah dan desa yang asri, Sayap-Sayap Proklamasi mengangkat perjalanan hidup Bung Hatta, mulai dari masa kecilnya di Bukittinggi hingga perannya sebagai salah satu Proklamator Kemerdekaan Indonesia.
Pertunjukan ini, yang disutradarai Dr. Sulaiman Juned, M.Sn., dan penulis naskah S. Hasanah Nst. sukses memadukan seni tradisional Minangkabau seperti rabab dan saluang dengan elemen teater modern.
Pementasan ini tidak hanya menampilkan hiburan yang estetis, tetapi juga menjadi ruang edukasi sejarah yang bermakna.
Dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, Dr. Dedy Kalee, M.Sn., menyoroti bagaimana seni dapat berfungsi sebagai media edukasi dan penyadaran sosial.
"Teater Sayap-Sayap Proklamasi yang merupakan produksi ke-55 Komunitas Seni Kuflet berupaya mengembalikan fungsi seni sebagai media edukasi dan penyadaran sosial," ujarnya.
Melalui narasi perjuangan Bung Hatta, pertunjukan ini menanamkan nilai patriotisme dan kebangsaan bagi generasi muda, memperkuat identitas bangsa, serta menegaskan pentingnya dukungan ruang kesenian dalam pembangunan karakter masyarakat.
Sementara itu, Dr. Afifuddin, M.Sn., dari ISBI Aceh, memuji integrasi tradisi lisan dengan pendekatan teater Eropa yang diterapkan dalam pementasan ini.
"Menggabungkan tradisi lisan dengan konsepsi teater Eropa bukanlah hal mudah. Tradisi lisan dendang yang disampaikan dengan rabab dan alunan saluang merupakan sebuah gagasan yang dapat dikembangkan lagi pada pertunjukan teater ke depan," katanya.
Konsep post-festival yang ditawarkan oleh sutradara memungkinkan pertunjukan ini menjadi lebih dari sekadar pementasan, tetapi juga ruang diskusi dan dokumentasi yang dapat disebarluaskan.
Kandidat doktor seni di ISI Surakarta, Rasyidin, S.Sn., M.Sn., menilai bahwa perpaduan tradisi dan modernitas dalam pementasan ini menciptakan inovasi yang relevan bagi masyarakat masa kini.
Menurut Rasyidin, keunikan Sayap-Sayap Proklamasi juga terletak pada penggunaan elemen seni tradisional seperti rabab dan saluang, yang mengiringi cerita dan memperkuat suasana emosi dalam setiap adegan.
Selain itu, petatah petitih khas Minangkabau serta dialog dalam bentuk pantun turut memberikan kekayaan budaya yang jarang ditemukan dalam pementasan teater modern.
Sayap-Sayap Proklamasi telah membuktikan, teater dapat menjadi medium yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air kepada generasi muda.
Kisah perjuangan Bung Hatta yang diangkat dalam pementasan ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih menghargai jasa para pahlawan dan menjaga warisan budaya Indonesia.
Keberhasilan pertunjukan ini juga tidak lepas dari dedikasi Komunitas Seni Kuflet yang terus konsisten berkarya selama lebih dari dua dekade.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kebudayaan, karya-karya mereka menjadi bukti nyata bahwa seni mampu menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.(rel)
0 Komentar