Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.
Dosen Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta
OPINI, kiprahkita.com - Pada tanggal 27 Rajab, Rasulullah Muhammad SAW diperjalankan Allah SWT dari Makkah (Baitullah) ke Baitul Maqdis (Yerussalam) dan dimikrajkan Allah SWT ke Sidratul Muntaha.
Pada tataran Israk, Rasululah diberikan Allah SWT kemukijzatan diperjalankan roh dan jasad, ke sebuah tempat yang sangat diberkahi Allah untuk mendapatkan pencerahan tentang ayat-ayat Allah SWT; kekuasaan dan kebesaran Allah yang maha mendengar dan maha melihat (lihat Qs.17:1).
Para mufassir menginterpretasikan keberkahan masjidil aqsa dan daerah sekitar dengan banyaknya para Nabi yang diturunkan di sana dan diberikan kesuburan.
Allah SWT mendengar detak jantung dan gemercik qalbu Muhammad SAW sebagai seorang manusia yang memiliki jiwa dan raga serta personality yang tengah gundah gulana ditinggalkan oleh seorang paman yang senantiasa mengadvokasi segala permasalahan berhadapan dengan hukum, memberikan perlindungan dalam politik dan pemerintahan.
Ditinggalkan oleh istri tercinta yang senantiasa bersama dikala suka dan duka, beliau yang meyakini Muhammad SAW tatkala menerima wahyu pertama, bahwa benar yang datang kepada beliau adalah namuz Jibril, buka makhluk yang lain, beliau dengan cerdas dan tangkas membawa sang Rasul menghadap waraqah bin Naufal untuk konsultasi sehingga Muhammad SAW memiliki kepercayaan diri.
Beliau sosok istri yang senantiasa memfasilitasi segenap langkah dan gerakan dakwah yang dilakukan oleh sang Rasul sehingga semua berjalan baik.
Pendanaan terang dan jelas kunci kesuksesan sebuah gerakan yang dilakukan oleh baginda Rasul, semua itu diperoleh dari sang istri yang juga adalah donator tetap dan setiasa membela perjuangan beliau, Khadijah merelakan dirinya dijadikan jembatan oleh suaminya tatkala ingin menyeberangi etape medan perjuangan, demi untuk kejayaan dinnulllah yang diamanahkan kepada sang suami.
Sebagai seorang manusia, sangat wajar Muhammadd Rasululah SAW mengalami sedikit personal turbulence, dalam sebuah rasa, asa, dan cita. Visi, misi dan strategi gerakan mengalami sedikit kebuntuan dari ketajaman ide yang sangat luar biasa.
Untuk refreshing spiritual tersebutlah Allah yang maha mendengar dan maha melihat segala yang ada pada diri Rasul-Nya, segera mengajak beliau untuk rihlah spiritual mempertemukan dengan para Rasul sebelumnya, memperlihatkan diri Jibril yang sebenarnya, mengitari semua jagad yang diciptakan-Nya dan sampai keharibaan-Nya.
Isra Mikraj memberikan peneguhan “amanah Rasul” artinya Muhammad beriman kepada yang diturunkan kepadanya (al-Quran) demikian pula orang-orang sebelumnya: semua beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya.
Allah tidak membedakan seorangpun dari Rasul-Nya, semua Rasul Allah mendapatkan berbagai tantangan dan rintangan dari pengikutnya dan semuanya senantiasa thaat dan memohon ampunan Allah.
Allah membebani seseorang sesuai dengan kemampuannya, dia mendapatkan pahala dari kebaikan yang dikerjakan dan mendapatkan siksa dari kejahatan yang dikerjakan.
Dengan demikian selayaknyalah hamba Allah memohon “Ya Tuhan kami janganlah kamu hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Janganlah engku bebani kami dengan beban yang berat, Maafkan kami, ampuni kami, rahmatilah kami, lindungilah kami, Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir”
Perjalan dan peristiwa Israk Mikraj dapat diterima dengan kerangkan logika Subahalllah dan As-Shiddiqha. Maha suci Allah, keyakinan yang sangat dalam pada diri orang yang bertauhid, bahwa Allah maha segalanya.
Bumi dan isinya cuilan kecil dari kuasa yang Ia miliki. Muhammad SAW sebagai seorang kekasih dan hamba-Nya langsung diajak bertemu, berjumpa dan bertitah langsung kepada sang hamba yang shaleh utusan khusus beliau untuk manusia agar manusia tersebut kembali kepada fitrah ketauhidannya.
Perjumpaan beliau dengan Allah SWT tergambar dalam diksi suci yang senantiasa dibaca oleh orang beriman lima waktu dalam dua puluh empat jam sebagai standar minimal.
Segala kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan adalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya dilimpahkan kepadamu, wahai Nabi.
Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.
Hal yang sama juga dilakukan kepada Nabi dan Rasul Allah SWT Musa AS yang langsung diberi perintah dan titah untuk menemui raja yang zalim dengan dibekali sebuah tongkat oleh Allah SWT, kelak menjadi instrument dalam menghadapi para penyihir dan melakukan penyelamatan Bani Israil dari kejaran tentara Fir’aun dengan membelah laut merah, sehingga menjadi jalan lurus untuk menyeberang oleh pengikut Musa AS dan dinyatakan selamat dari kejaran raja zalim. Bala tentara Fir’aun luluh lantak, hancur lebur dan tenggelam di dalam lautan, tetapi menyisakan jasad Fir’aun sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.
As-Siddiq, membenarkan, mengimanai tanpa keraguan disebabkan oleh keyakinan yang dalam terhadap keesaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah SWT dan kejujuran personal sang Rasul.
Maka seorang Abu Bakar dengan tanpa tedeng aling-aling mengatakan jika itu disampaikan oleh Muhammad SAW saya yakin dan percaya itu adalah peristiwa yang benar dan pasti terjadi.
Seorang yang bermentalitas siddiq meyakini bahwa dunia dan isinya kecil bagi Allah SWT. Perjalanan Rasul dari Makkah ke Yerussalam dalam hitungan masa sangat irrasional, tetapi dalam kerangka Subhallah, hal itu kecil.
Hal yang sama pernah terjadi pada masa Nabi Sulaiman, yang dalam waktu sebelum kedipan mata Istana Ratu Bulqis sudah sampai dalam komplek Istana Nabi Sulaiman.
Apalah memperjalankan Rasulullah dari Baitullah ke Baitul Maqdis, tentu juga hal yang sama dengan Istana Ratu Balqis. Karena Jibril dalam bentuknya yang asli yang terlihat oleh Rasul pada waktu wahyu pertama dan sewaktu mi’raj melebihi dari besarnya galaksi, sehingga untuk mentransmisi rasul dari alam makhluk ke alam malakut hingga ke lahut sangat sederhana dalam kerangka teknologi Jibril.
Sekarang seiring dengan perjalanan standar waktu antara qamariyah dan syamsiyah, penanggalan peristiwa Israk Mi’raj dan Imlek berbarengan. Tetapi nuansa spiritualnya jelas berbeda.
Tahun Baru Imlek adalah perayaan penting dalam budaya Tionghoa yang menandai pergantian tahun berdasarkan kalender lunar. Perayaan ini memiliki makna mendalam yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan, keberuntungan, dan kebersamaan.
Imlek menandai awal siklus baru dalam kalender Tionghoa, yang didasarkan pada peredaran bulan.
Momen ini digunakan untuk merenungkan tahun yang telah berlalu dan mempersiapkan diri dengan harapan baik untuk tahun yang akan datang. Imlek mengajarkan untuk memulai tahun dengan semangat baru, penuh harapan, dan sikap positif dalam menghadapi tantangan hidup.
Tradisi berbagi rezeki, seperti memberikan angpao dan berbagi makanan, mengajarkan nilai kepedulian terhadap sesama. Tahun Baru Imlek bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga sarana untuk mempererat hubungan keluarga, menumbuhkan sikap optimis, serta menjaga tradisi dan nilai-nilai kehidupan.
Jelas imlek sebuah budaya, tetapi Isra’ Mi’raj teologis, spiritualis, dan transendentalis bagi kaum beriman, bertahuid kepada Allah SWT.
Peringatan peristiwa Isra’ Mi’rajnya menjadi budaya, dipengaruhi oleh tradisi lokalistik untuk menjadi pengayaan dari budaya, tetapi substansinya adalah me-refreshing keimanan kepada Allah SWT dengan berusaha menertibkan interaksi diri kepada khalik dalam kerangka spiritualitas dan transendentalitas.
Menjadikan shalat sebagai mi’rajnya orang-orang beriman kepada Allah SWT. Namun dalam kerangka nasionalitas dan multikulturalitas, semua saling menghormati dan memfasilitasi masing-masing dalam menjalankan ibadah masing-masing.***
0 Komentar