PADANG PANJANG, kiprahkita.com - Sekitar 2.700 warga Aisyiyah dari seluruh Sumatera Barat memadati Kota Padang Panjang, Ahad (19/1), dalam rangka menghadiri pengajian tiga bulanan yang dipusatkan di Masjid Manarul Ilmi, Komplek Islamic Center.
![]() |
faizil wardah |
Kehadiran mereka sejak subuh menggunakan ratusan kendaraan roda empat dan enam, terlihat menghijaukan kota yang dikenal dengan julukan Serambi Mekah ini, hingga siang menjelang sore.
Kegiatan ini disambut hangat oleh Penjabat Wali Kota Padang Panjang Sonny Budaya Putra, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Padang Panjang Batipuh X Koto (Pabasko) Musriadi Musanif, Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Pabasko Rusmaida Nasution, serta jajaran lainnya.
"Selamat datang di Padang Panjang, kota berhawa sejuk yang menjadi tempat Muhammadiyah berdiri kokoh selama lebih dari satu abad. Nikmatilah suasana kota ini," ujar Sonny dalam sambutannya.
Sonny juga mengapresiasi peran Aisyiyah sebagai organisasi yang kuat dan berkelanjutan. Ia mengungkapkan rasa terima kasih kepada Aisyiyah yang pernah menjadi bagian penting dalam pendidikannya di Limapuluh Kota.
"Semoga ke depan, Aisyiyah semakin berkembang dan terus memberikan manfaat bagi masyarakat," tambahnya.
![]() |
Penjabat Walikota Padang Panjang Sonny Budaya Putra (tengah) dan Ketua PWM Sumbar Yosmeri Yusuf. |
"Aisyiyah kini telah menjadi pelopor di sektor ekonomi, seperti UMKM dan pertanian. Bahkan, di beberapa wilayah, telah terbentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) yang dipelopori oleh Aisyiyah," ujar Yosmeri.
Pengajian kali ini menghadirkan narasumber Prof. Salma, Ph.D., yang juga salah seorang Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Barat.
Dalam paparannya, Prof. Salma menyoroti tantangan modernitas yang memengaruhi kontrol sosial dan solidaritas keluarga.
"Modernitas membawa tantangan luar biasa. Syetan pun lebih maju, termasuk dalam penggunaan teknologi seperti handphone (HP) yang membuat kita lupa shalat, zikir, dan bersyukur setelah bangun tidur," ungkapnya.
Ia juga menambahkan, penggunaan HP telah mengikis empati manusia dan merusak kontrol sosial.
"Berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk memegang HP dibanding membaca Al-Quran? Ini menjadi refleksi bersama agar teknologi tidak menghancurkan solidaritas sosial dan nilai-nilai keluarga," tegasnya.
Salma juga menyoroti masalah sosial lainnya, termasuk fenomena p3lacur4n yang menurutnya memiliki omset mencapai triliunan rupiah. Ia mengingatkan, bahwa siapa pun yang terjebak dalam lingkaran ini akan sulit untuk keluar.
Kegiatan pengajian ini diakhiri dengan dialog dan tanya jawab. Pancingan Prof. Salma dengan mengungkap fakta mencengangkan fenomena kerusakan tatanan sosial, memicu derasnya pertanyaan dari hadirin, terutama menyang meruyaknya prilaku LGBT yang kini sangat meresahkan Sumbar.(*)
0 Komentar