Produksi Padi Pasaman Capai 74.850 Ton per Juni 2025, Naik 11,25 Persen

Produksi Padi Pasaman Capai 74.850 Ton per Juni 2025, Naik 11,25 Persen

PASAMAN, kiprahkita.com Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, mencatat total produksi padi di daerah itu selama periode Januari hingga Juni 2025 mencapai 74.850,23 ton Gabah Kering Giling (GKG). Capaian ini meningkat 11,25 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.

Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional (Kementan Foto)

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Pasaman, Ambi Yoan Arimanto, mengatakan pihaknya terus melakukan berbagai upaya strategis untuk meningkatkan hasil produksi, sebagai bagian dari kontribusi terhadap program Swasembada Pangan Nasional.

"Angka sementara produksi padi sampai Juni 2025 ini mencapai 74.850 ton GKG. Ini menunjukkan tren positif dibanding tahun lalu, dan menjadi bukti bahwa upaya peningkatan produksi mulai menunjukkan hasil," ujar Ambi di Lubuk Sikaping, Senin (23/6/2025).

Ia merinci, luas panen sementara hingga pertengahan tahun ini mencapai 15.772,31 hektare, sementara produksi berasnya menyentuh angka 47.160,19 ton.

Untuk tahun 2025, Pemkab Pasaman menargetkan total produksi padi mencapai 205.627 ton, dengan luas tanam seluas 42.839 hektare, mengacu pada data program Upaya Khusus (UPSUS) Swasembada Pangan.

"Tahun 2024 lalu, luas tanam padi kita 32.777 hektare, dengan produksi 132.122 ton. Target tahun ini jauh lebih besar. Ini tantangan, sekaligus peluang bagi Pasaman untuk menunjukkan peran sentralnya sebagai lumbung pangan Sumatera Barat," katanya.

Ambi menyebut, daerah sentra produksi padi di Pasaman tersebar di sejumlah kecamatan strategis, seperti Tigo Nagari, Padang Gelugur, Panti, Rao, Rao Selatan, dan Lubuk Sikaping, serta wilayah potensial lainnya.

Pemerintah Kabupaten Pasaman, lanjutnya, berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan luas tanam, intensifikasi pertanian, dan efisiensi produksi di tahun-tahun mendatang. Sejumlah langkah konkret telah dan akan dilakukan, antara lain:

Inventarisasi lahan yang beralih fungsi; Penyediaan benih unggul bersertifikasi; Perbaikan saluran irigasi; Pengendalian hama terpadu dan pengelolaan pascapanen; Penguatan kelembagaan petani melalui peran aktif penyuluh pertanian.

Selain itu, optimalisasi lahan dan percepatan pengolahan tanah melalui bantuan alsintan (alat dan mesin pertanian) serta intensifikasi pertanian juga terus dilakukan. Pemerintah daerah juga menggandeng pemerintah pusat, provinsi, serta para anggota legislatif dalam menyalurkan berbagai bentuk bantuan.

"Untuk tahun ini, kita telah menyalurkan bantuan benih padi ladang sebanyak 7,4 ton dan benih padi sawah sebanyak 53 ton, yang bersumber dari APBN, APBD, maupun Pokir DPRD," jelas Ambi.

Ia menegaskan, distribusi pupuk bersubsidi juga menjadi perhatian khusus agar bisa sampai tepat waktu ke tangan petani, terutama saat masa pemupukan berlangsung. "Kami ingin memastikan bahwa setiap komponen yang menunjang produktivitas — dari benih, pupuk, alat pertanian, hingga pendampingan teknis — berjalan optimal. Dengan begitu, target produksi bisa tercapai, dan petani pun makin sejahtera," pungkasnya.

Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, telah lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi padi di pantai barat Pulau Sumatra. Sejak era Orde Baru, tepatnya mulai tahun 1980-an, kawasan ini mulai diarahkan menjadi lumbung pangan regional melalui program intensifikasi pertanian seperti INMAS, BIMAS, dan IRMAS. Dukungan pemerintah pusat saat itu meliputi penyediaan benih unggul, pupuk subsidi, dan pembangunan infrastruktur irigasi dasar di berbagai kecamatan.

Secara geografis, Pasaman memiliki keunggulan berupa dataran subur, curah hujan cukup, serta aliran sungai besar seperti Batang Sontang, Batang Panti, dan Batang Sumpu yang menjadi tulang punggung sistem irigasi. Kombinasi ini menjadikan banyak lahan di Pasaman sangat cocok untuk tanaman padi, baik secara teknis sawah irigasi maupun padi ladang (gogo rancah) yang masih dipraktikkan di daerah perbukitan.

Salah satu irigasi teknis terbesar di Pasaman adalah Irigasi Batang Sontang yang mengalirkan air dari Sungai Batang Sontang untuk mendukung sawah-sawah produktif di sekitar Panti Padang Gelugur. Irigasi ini merupakan salah satu yang pertama dibangun pada masa Orde Baru dan terus menjadi penopang utama produksi beras di ibu kota kabupaten. Di sisi utara, Kecamatan Rao dan Rao Selatan mengandalkan sistem irigasi Batang Tingkarang yang juga vital bagi ribuan hektare sawah di kawasan tersebut.

Kecamatan Tigo Nagari, yang dikenal sebagai pusat produksi padi terbesar di Pasaman, dilayani oleh irigasi Batang Sumpur. Aliran air dari sungai ini mendukung intensifikasi lahan sawah yang luas dan menjadi penopang utama peningkatan produksi dalam program swasembada pangan nasional. Sementara itu, di Kecamatan Panti dan Padang Gelugur, jaringan irigasi rakyat, embung desa, dan tadah hujan masih digunakan secara luas dan terus diupayakan peningkatannya ke arah irigasi semi-teknis.

Seiring waktu, pemerintah daerah terus memperkuat infrastruktur pertanian dengan membangun dan merehabilitasi jaringan irigasi tersier melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), serta melalui program P3-TGAI (Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi) di berbagai nagari. Selain itu, pompa air dan sumur dangkal juga diperkenalkan untuk lahan-lahan yang berada jauh dari sumber irigasi utama.

Untuk mendukung target produksi padi tahun 2025 sebesar 205.627 ton, Pemkab Pasaman juga menyalurkan bantuan benih padi sawah sebanyak 53 ton dan benih padi ladang 7,4 ton. Bantuan tersebut berasal dari berbagai sumber, termasuk APBN, APBD, dan Pokok Pikiran (Pokir) anggota DPRD. Pemerintah juga terus mengupayakan distribusi pupuk yang lancar dan tepat waktu, terutama saat musim tanam dan pemupukan tiba.

Selain fokus pada peningkatan luas tanam dan produksi, langkah-langkah lain yang dilakukan termasuk penguatan kelembagaan petani melalui penyuluh, pengendalian hama terpadu, serta modernisasi pasca panen. Optimalisasi lahan tidur dan alih fungsi lahan juga menjadi perhatian, agar produktivitas pertanian di Pasaman terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dengan kombinasi antara potensi alam, infrastruktur irigasi yang terus ditingkatkan, dan dukungan program pemerintah, Pasaman semakin kokoh sebagai salah satu lumbung padi Sumatera Barat. Sejarah panjang sejak Orde Baru menjadi fondasi, sementara inovasi dan intervensi modern menjadi penggerak utama menuju swasembada pangan yang berkelanjutan.

Luas Tanam Padi Sawah Kabupaten Pasaman Barat telah Mencapai 5.878 Hektare

Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat tidak bisa kita lepas begitu saja dari cerita Kabupaten Pasaman di atas. Kedua daerah ini awalnya satu. Kabupaten Pasaman. Lalu muncullah penamaan Pasaman Barat dan Pasaman Timur. Sesuai letaknya memang, satu di barat dan satu di timur. Barat melakukan pemekaran. Akhirnya memiliki pemerintahan sendiri Kabupaten Pasaman Barat. Adapun Kabupaten Pasaman tetap konsisten menggunakan nama lama Kabupaten Pasaman. 

Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat pun terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. Hingga Mei 2025, capaian luas tanam padi sawah di sana telah mencapai 5.878 hektare dari total target tahun ini yaitu 20.321 hektare. Angka ini menjadi bukti nyata bahwa sektor pertanian di Pasbar tetap produktif dan bergerak maju.

Dari capaian luas tanam tersebut, produksi padi yang dihasilkan pun cukup signifikan, yakni mencapai 39.796 ton hanya dalam lima bulan pertama tahun ini. Lebih kecil memang dari Kabupaten Pasaman karena di sana budidaya sawit dan jagung lebih tinggi. Artinya, potensi hasil pertanian di Pasbar masih sangat besar jika terus dikelola secara optimal. Kecamatan-kecamatan penghasil utama turut memberikan kontribusi penting terhadap angka produksi tersebut.

Beberapa kecamatan dengan kontribusi luas tanam terbesar di antaranya adalah Kecamatan Pasaman dengan 1.422 hektare, Kecamatan Kinali 1.235 hektare, Ranah Batahan 796 hektare, dan Talamau seluas 604 hektare. Sementara itu, daerah lain seperti Gunung Tuleh, Lembah Melintang, hingga Sasak Ranah Pasisia juga aktif dalam mendukung program ini meskipun dengan luas yang lebih kecil.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pasaman Barat, Doddy San Ismail, optimis target luas tanam tahun ini akan tercapai. Menurutnya, keberhasilan ini tentu tidak lepas dari kolaborasi antar instansi, kelompok tani, serta dukungan masyarakat yang tetap menjaga semangat bercocok tanam meski tantangan datang silih berganti.

Tahun lalu, luas tanam padi di Pasbar tercatat mencapai 18.099 hektare. Tahun ini, Pemkab menaikkan target menjadi 20.321 hektare. Kenaikan ini bukan sekadar angka, tapi bagian dari strategi besar dalam menjaga ketersediaan pangan daerah dan menekan ketergantungan impor beras.

Sebagai upaya mencapai target, Pemkab juga mendorong petani untuk membuka lahan-lahan baru yang potensial. Namun di sisi lain, mereka juga diingatkan untuk tidak mengalihfungsikan lahan sawah ke tanaman lain. Hal ini telah diatur melalui Perda tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang bertujuan menjaga keberlangsungan sawah di Pasbar.

Dari sisi produksi, Kecamatan Talamau tercatat sebagai penyumbang padi terbesar dengan 8.198 ton, disusul Kecamatan Pasaman sebanyak 7.105 ton, Lembah Melintang 6.384 ton, dan Kinali 4.748 ton. Kecamatan lain seperti Gunung Tuleh 3,446 ton, Koto Balingka 3,092 ton, Ranah Batahan 2,494 ton, Sungai Aur 2,116 ton, Sungai Beremas 1,116 ton, Luhak Nan Duo 614 ton, hingga Sasak Ranah Pasisia 484 ton sehingga berkontribusi dalam mendongkrak hasil produksi daerah ini.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Pasaman Barat tidak hanya fokus pada peningkatan kuantitas tanam, tapi juga menjaga kualitas dan keberlanjutan sektor pertanian. Dengan semangat kolaboratif dan perhatian serius terhadap ketahanan pangan, Pasbar siap menjadi salah satu lumbung padi andalan di Sumatera Barat. (Yus MM/BS*)

Posting Komentar

0 Komentar