Revitalisasi Pasar Raya Padang: Dari Wajah Kusam Menuju Magnet Wisata Baru dan Pengadaan Pemerintah sebagai Motor Ekonomi Lokal: Komitmen Fadly Amran untuk Padang yang Lebih Mandiri

Revitalisasi Pasar Raya Padang: Dari Wajah Kusam Menuju Magnet Wisata Baru

PADANG, kiprahkita.com Ketika kita menyebut kata "pasar", sebagian besar masyarakat Indonesia langsung membayangkan tempat yang becek, beraroma campur aduk, dan semrawut. Tak terkecuali Pasar Raya Padang—pasar legendaris yang menyimpan sejarah panjang perdagangan di Ranah Minang. Namun, di balik kondisi yang saat ini masih jauh dari ideal, ada tekad baru yang sedang tumbuh. Wali Kota Padang, Fadly Amran, menyatakan komitmennya untuk merevitalisasi Pasar Raya serta pasar-pasar satelit lainnya sebagai bagian dari program unggulan pemerintahannya.

Yakin Revitalisasi Pasar Tercapai 

Komitmen ini bukan sekadar janji manis jelang tahun politik. Dalam kunjungannya ke Redaksi Harian Singgalang, Senin (2/6), Fadly menegaskan bahwa Pasar Raya akan dibenahi menjadi pusat ekonomi yang bersih, tertib, nyaman, bahkan layak menjadi destinasi wisata. Ia ingin pasar ini bisa bersaing secara wajar dan modern, bahkan mencontoh pasar-pasar bersih dan teratur seperti di Kamboja, di mana pasar tradisional justru menjadi ikon wisata.

Pasar Tradisional: Simbol Ekonomi Kerakyatan

Pasar tradisional bukan sekadar tempat transaksi jual beli. Ia adalah denyut nadi ekonomi kerakyatan. Di sanalah ibu-ibu menawar cabai, pedagang kecil menggantungkan hidupnya, dan interaksi sosial tumbuh alami. Sayangnya, realitas hari ini menunjukkan wajah pasar yang terpinggirkan oleh modernisasi—atau lebih tepatnya, pengabaian berkepanjangan.

Masalah klasik seperti pungutan liar, premanisme, tata letak yang semrawut, hingga kebiasaan membuang sampah sembarangan masih membelit Pasar Raya Padang. Wajah pasar menjadi tidak bersahabat, bukan hanya bagi wisatawan, tapi juga bagi warganya sendiri.

Namun, tantangan ini tak menyurutkan langkah Fadly. Ia menyadari bahwa revitalisasi pasar bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan keberanian, komitmen, dan—yang tak kalah penting—kolaborasi semua pihak. Inilah bentuk kepemimpinan yang bukan hanya berpikir jangka pendek, tetapi juga mewariskan nilai bagi generasi mendatang.

Modern dan Humanis: Dua Kata Kunci

Fadly menekankan bahwa pasar tradisional tidak boleh lagi dianggap kuno. Pasar bisa tetap tradisional dalam semangat ekonomi kerakyatannya, namun tampil modern dalam pengelolaan dan fasilitasnya. Toilet bersih, zona kuliner yang tertata, sistem keamanan yang baik, hingga kawasan parkir yang nyaman—semua itu bukan impian muluk. Jika pasar seperti itu bisa diwujudkan di negara lain, mengapa Padang tidak?

Pendekatan ini juga menyentuh aspek humanis. Artinya, revitalisasi pasar tak hanya soal bangunan, tetapi juga membangun budaya baru di dalamnya. Mendidik masyarakat untuk menjaga kebersihan, mendorong pedagang tertib berjualan, dan memberi ruang bagi seni serta budaya lokal untuk tampil. Pasar bukan sekadar tempat dagang, tapi ruang interaksi manusia yang berakar dari nilai-nilai Minangkabau itu sendiri: musyawarah, kebersamaan, dan gotong royong.

Potensi Wisata yang Terpendam

Yang menarik, Fadly melihat potensi pasar tradisional sebagai daya tarik wisata. Turis mancanegara yang singgah ke Mentawai melalui Padang kerap kali tertarik pada keunikan lokal, bukan kemewahan buatan. Mal modern bisa mereka temui di mana saja. Tapi pasar yang merefleksikan kekayaan budaya lokal—itulah pengalaman yang otentik.

Bayangkan bila Pasar Raya ditata bersih, memiliki sentra kuliner khas Minang, pertunjukan musik tradisional di akhir pekan, serta informasi wisata yang ramah pengunjung. Bukan mustahil pasar ini menjadi highlight dalam brosur pariwisata Sumatera Barat.

Jalan Panjang yang Patut Didukung

Tentu, revitalisasi pasar bukan semata urusan Wali Kota. Ini pekerjaan rumah bersama. Perlu peran DPRD dalam penganggaran, peran media dalam edukasi, peran pedagang dalam tertib berjualan, dan peran masyarakat dalam merawat. Jalan menuju perubahan memang tidak selalu lurus. Tapi jika ada pemimpin yang mau memulai dan terus menjaga konsistensinya, masyarakat pun akan ikut percaya dan bergerak.

H. Basril Djabar, Pemimpin Umum Harian Singgalang, pun menyatakan bahwa pembenahan pasar bisa menjadi catatan penting dalam kepemimpinan Fadly. Sebab dalam sejarah, tak semua kepala daerah berani menyentuh ranah yang "kotor tapi penting" ini.

Revitalisasi pasar bisa menjadi bukti bahwa Padang tidak hanya bisa membangun tugu atau flyover, tetapi juga mengangkat kembali martabat ekonomi kerakyatan dengan wajah yang baru: bersih, tertib, ramah wisatawan, dan tetap merakyat.

Siapa tahu, kelak kita akan mendengar wisatawan berkata, "Kalau ke Padang, jangan lupa ke Pasar Raya. Di sana, budaya dan keramahan masyarakat Minang benar-benar terasa."

Pengadaan Pemerintah sebagai Motor Ekonomi Lokal: Komitmen Fadly Amran untuk Padang yang Lebih Mandiri

Di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan koperasi (UMKK), Wali Kota Padang, Fadly Amran, menunjukkan komitmen kuat untuk menjadikan kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah sebagai alat strategis dalam membangkitkan ekonomi lokal.

Dalam pertemuan bersama para pejabat pengadaan di Balai Kota Padang pada Selasa (3/6/2025), Fadly menekankan bahwa setiap rupiah dari anggaran pengadaan harus memberikan dampak langsung bagi masyarakat, khususnya UMKK. Ia menyatakan, "Kalau kita serius ingin ekonomi lokal tumbuh, ya mulailah dari kebijakan pengadaan kita sendiri. Jangan habis ratusan miliar tapi pelaku usaha lokal hanya jadi penonton."

Fadly juga mendorong agar berbagai metode pengadaan seperti e-purchasing, pengadaan langsung, hingga tender terbuka, menjadi ruang bagi UMKK lokal untuk tampil. Ia menyoroti pentingnya memanfaatkan katalog elektronik secara optimal dan memastikan bahwa alokasi minimal 40% anggaran pengadaan untuk UMKM benar-benar diwujudkan, bukan sekadar angka di laporan.

Lebih lanjut, Fadly menegaskan pentingnya peningkatan kompetensi bagi aparatur sipil negara (ASN) dalam bidang pengadaan barang dan jasa (PBJ). Ia menuntut agar setiap Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan, sebagai syarat mendasar percepatan dan ketertiban administrasi pengadaan.

Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Kota Padang, Malvi Hendri, menyatakan bahwa pengadaan barang dan jasa adalah ujung tombak dalam memastikan program prioritas Pemko berjalan efektif dan transparan. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Fadly Amran dan Wakil Wali Kota Maigus Nasir, Pemko mendorong tiga program strategis: Padang Amanah, UMKM Naik Kelas, dan Padang Rancak. Pengadaan menjadi kunci penggeraknya.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pengadaan pemerintah tidak hanya menjadi proses administratif, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang memberdayakan UMKK dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Kota Padang. (Yus MM/*)

Posting Komentar

0 Komentar