Tiga Jenis Kupon, Sebelas Sapi, dan Semangat Qurban di Padang Reno

Tiga Kupon, Sebelas Sapi, dan Semangat Qurban di Padang Reno

Oleh: Yusriana S.Pd

NASIONAL, kiprahkita.com Iduladha tak hanya tentang menyembelih hewan kurban, tetapi juga menyembelih ego, memotong keserakahan, dan mempererat silaturahmi kita. Seperti yang tampak di Masjid Nurul Yaqin Padang Reno, Koto Panjang, Padang Panjang Timur—semarak Idul Adha 1446 H yang jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025, berlangsung dengan khidmat dan semangat gotong royong yang menyala.

Kurban Nomor 7 sangat Ikhlas untuk Disembelih 

Ratusan jamaah memadati masjid sejak pagi hingga lantai 2. Mereka datang membawa sajadah dan harapan. Bahkan dari Subuh Ibu-Ibu sudah boking tempat dengan menggelar sajadah. Di halaman masjid, gema takbir, tahmid, dan tahlil menggema. Matahari bersinar lembut, seolah ikut memberi restu pada hari besar umat Islam ini. Shalat pun berlangsung khidmat yang diimami Ustadz Agus Nasution, S.Ag.,MA dan Khutbah oleh Ustadz M.Nur Kepala KUA Padang Panjang Timur.

Sebelas Sapi, Seribu Kebahagiaan

Namun, pelaksanaan penyembelihan hewan kurban tidak dilakukan pada hari yang sama. Panitia Masjid Nurul Yaqin menjadwalkannya keesokan harinya, Sabtu, 7 Juni 2025, bertepatan dengan 11 Dzulhijjah. Sebuah keputusan bijak, memberi ruang untuk persiapan teknis shalat Jumat dan sekaligus memastikan semua pelaksanaan kurban berjalan tertib dan lancar.

Tahun ini, semangat berkurban warga Padang Reno tetap meningkat. Terkumpul sebelas ekor sapi yang seluruhnya sehat, kuat, dan gemuk. Tak hanya sebagai angka, sebelas ekor sapi ini mencerminkan keikhlasan dan kemampuan warga dalam mewujudkan ibadah yang disyariatkan melalui Nabi Ibrahim A.S. dan putranya Nabi Ismail A.S.

Ketika hari penyembelihan tiba, suasana masjid kembali semarak dari pukul 07.00 WIB. Panitia masjid, warga, hingga para ahli penjinak sapi, bahu-membahu menjinakkan dan memposisikan sapi-sapi kurban agar menghadap kiblat. Proses ini bukan hal sepele. Ada ketegangan, ada keringat bercucuran, namun juga ada semangat dan keikhlasan yang tidak bisa disembunyikan dari wajah para panitia. Anak-anak dan Ibu-Ibu pesrta kurban pun menyemangati dengan takbir.

Gema takbir kembali menggema. Sebagian peserta kurban mengiringi dengan membaca bismillah, dzikir, bahkan ada yang berdoa dalam hati, menyebut nama orang-orang tercinta yang diniatkan dalam kurban mereka. Di sela-sela takbir, terdengar pula imbauan penuh makna dari Ustadz Agus Nasiton, salah satu panitia:

"Sahabat semua, niatkan qurban ini, 'sengaja aku berkurban untuk diriku karena Allah Ta’ala.'"

Inovasi Tiga Kupon: Tertib dan Tepat Sasaran

Satu hal menarik tahun ini adalah perbaikan sistem distribusi daging kurban. Jika sebelumnya pembagian dilakukan tanpa sistem kupon biru, tahun ini panitia memperkenalkan tiga jenis kupon warna-warni. Kupon putih untuk daging utama peserta kurban seperti biasa, kupon biru untuk tulang/sup, dan kupon merah untuk tamu undangan peserta kurban serta mereka yang membutuhkan di luar lingkungan masjid.

Sistem ini bukan hanya membuat distribusi lebih rapi, tetapi juga lebih adil dan terorganisir. Tak ada yang berebut, tak ada yang tertinggal. Semua berjalan dengan tenang. Warga yang datang membawa kupon disambut ramah oleh panitia, yang bertugas di balik meja panjang yang penuh kantong daging kurban.

Perubahan kecil ini menjadi cermin bahwa semangat kurban juga membawa semangat perbaikan. Tahun demi tahun, panitia Masjid Nurul Yaqin terus belajar, berinovasi, dan menguatkan makna qurban bukan hanya sebagai ritual, tetapi sebagai budaya bersama.

Kebersamaan yang Tak Tergantikan

Pemandangan paling indah mungkin bukan hanya saat sapi ditumbangkan atau saat daging dibagi-bagikan. Tapi ketika para pemuda dan bapak-bapak bekerja sama tanpa pamrih, memanggul, memotong, mengemas, dan membersihkan. Ada kebanggaan dalam peluh mereka. Ada cinta dalam kerja keras mereka.

Qurban, pada akhirnya, adalah soal kebersamaan. Ibadah ini tak hanya mendekatkan manusia kepada Allah, tapi juga sesama manusia. Di bawah tenda sederhana, orang-orang yang berbeda usia, profesi, dan latar belakang menyatu dalam semangat kolektif. Ada yang membawa pisau, ada yang membawa ember, dan ada pula yang hanya membawa niat dan tenaga. Tapi semua mendapat tempat. Semua berperan.

Peserta kurban membawa dua bungkus nasi, snack, dan air minum untuk panitia kurban. Tepat pukul 08.30 WIB kegiatan kurban terhenti sesaat. Warga mengikuti shalat jenazah karena salah satu putra terbaik Padang Reno berpulang ke Rahmatullah. dr. Muhammad Iqbal Irsyad, S.P.A. Umur 31 tahun. Alumni Universitas Andalas (UNAND) Padang. Berkecimpung di RSUP M. Jamil Padang. Dimakamkan di Pandai Sikek, Tanah Datar.

Penutup: Kurban, Tradisi yang Terus Bertumbuh

Perayaan Iduladha di Masjid Nurul Yaqin Padang Reno tahun ini memberi kita banyak pelajaran. Bahwa semangat berkurban bukan hanya milik orang kaya. Ia milik siapa saja yang bersedia menyisihkan sebagian hartanya, tenaganya, bahkan waktunya untuk kebahagiaan sesama. Kini sudah banyak cara untuk berkurban. Misalnya di masjid ini kita bisa menabung dulu. Panitia langsung memfasilitasi tabungan.

Dari sebelas ekor sapi, tiga warna kupon, serta puluhan tangan yang bekerja dalam diam, kita belajar satu hal penting: bahwa Islam mengajarkan kita untuk terus memperbaiki, berbagi, dan menghidupkan semangat gotong royong dalam bingkai ibadah.

Semoga tahun depan, jumlah hewan kurban semakin bertambah, sistem semakin membaik, dan semangat kebersamaan makin kokoh di tengah kehidupan kita yang kian sibuk dan individualistis.

Selamat Iduladha. Taqabbalallahu minna wa minkum.

Posting Komentar

0 Komentar