Ketika Pemerintah Kota Padang Panjang dan Baznas Hadir Bagi yang Membutuhkan

Zakat yang Menyentuh Hati, Mengangkat Martabat: Ketika Pemerintah dan Baznas Hadir Bagi yang Membutuhkan

PADANG PANJANG, kiprahkita.com Di Masjid Agung Manarul ‘Ilmi, tempat suci yang selama ini menjadi saksi sujud-sujud harap umat, hari itu menjadi lebih dari sekadar ruang ibadah. Kamis (10/7/2025) lalu, masjid itu menjadi ruang penguatan martabat.

Sebanyak 143 mustahik menerima zakat dalam berbagai bentuk program dari Baznas Kota Padang Panjang. Tapi yang sebenarnya mereka terima bukan hanya uang—melainkan pengakuan, perhatian, dan secercah harapan dalam hidup yang tak selalu mudah.

Bukan Sedekah Biasa, Tapi Jalan Mengangkat Derajat

Melalui program Padang Panjang Makmur, Cerdas, Sehat, dan Peduli, zakat menjelma menjadi instrumen keadilan sosial. Ada keluarga yang kini bisa menambah modal usaha, ada siswa-siswi yang tak lagi menangis karena tak mampu membayar uang sekolah, ada lansia yang bisa berobat, dan ada anak-anak asuh yang kini tak lagi bertanya, “Apakah aku bisa kuliah seperti teman-temanku?”


Baznaz Kota Padang Panjang Bersama Wakil Walikota 

Semuanya terwujud karena satu hal sederhana namun bermakna besar: zakat yang dikumpulkan dari umat, lalu dikelola secara profesional dan dikembalikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Zakat bukan lagi formalitas tahunan, tapi menjadi jalan hidup yang memberdayakan.

Dari Amanah Menjadi Harapan Nyata

Diserahkan langsung oleh Wakil Wali Kota, Allex Saputra, zakat yang disalurkan bukan sekadar angka: 95 mustahik dari Padang Panjang Cerdas menerima Rp149 juta lebih. 26 mustahik dari Padang Panjang Makmur menerima Rp42,9 juta. 16 mustahik dari Padang Panjang Peduli mendapatkan Rp14,25 juta. 6 mustahik dari Padang Panjang Sehat dibantu Rp7 juta.

Yang paling menyentuh paling dalam—14 anak asuh Baznas menerima Rp1 juta/bulan hingga semester delapan.

Ini bukan tentang besar kecilnya angka. Ini tentang tepatnya sasaran. Tentang anak-anak dari keluarga sederhana yang kini punya pijakan baru. Tentang ayah dan ibu yang tak perlu menjual barang di rumah demi menyekolahkan anak mereka. Tentang masyarakat yang dipeluk, bukan ditinggalkan.

Wajah Pemerintahan yang Peduli dan Berdaya Guna 

Dalam sambutannya, Wawako Allex menyampaikan esensi zakat bukan hanya sebagai ibadah individual, tetapi sebagai kekuatan sosial dan benar adanya. Ketika zakat ditata dengan niat tulus dan dikelola secara akuntabel, ia bisa menjadi alat untuk mengurangi jurang ketimpangan, membangkitkan semangat hidup, dan memperkuat solidaritas umat.

Apresiasi Allex terhadap kinerja Baznas adalah pengakuan bahwa lembaga ini tak sekadar mengelola dana, tapi juga menyalurkan harapan. Dalam kehadiran Ketua Baznas Syansuarni, Kepala Kemenag Mukhlis, dan tokoh lainnya, terlihat kolaborasi yang bersinergi: antara agama, pemerintahan, dan umat.

Zakat Adalah Keadilan yang Dipercepat

Di tengah dunia yang sering kali bergerak dengan logika ekonomi yang kejam, zakat datang sebagai pelipur lara. Ia menjawab kebutuhan dengan kasih. Ia memberi bukan karena penerimanya lemah, tetapi karena mereka punya hak. Zakat bukan belas kasihan, tapi bentuk paling murni dari keadilan sosial dalam bingkai iman.

Padang Panjang menunjukkan itu: bahwa kota kecil pun bisa punya jiwa besar. Bahwa zakat, jika dikelola dengan baik sesuai nurani dan transparansi, bisa menjadi kekuatan peradaban.

Akhirnya, Kita Semua Sedang Mengangkat Martabat Bersama

Mungkin bagi sebagian orang, uang Rp1 juta sebulan tak berarti banyak. Tapi bagi seorang anak asuh Baznas, itu adalah pintu kuliah, langkah menuju perubahan nasib. Bagi seorang ibu penerima program Makmur, itu adalah modal untuk menjaga dapur tetap mengepul.

Bagi seorang lansia yang sakit, itu adalah bukti bahwa ia tidak dilupakan. Zakat bukan tentang angka. Tapi tentang nilai. Di Padang Panjang, nilai itu sedang dijaga. Dihidupkan. Diperjuangkan. (Yus MM/BS*)

Posting Komentar

0 Komentar