JAKARTA, kiprahkita.com -Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan selamat Milad ke-60 Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM).
Pada Milad ke-60 KOKAM mengangkat tema “KOKAM Tangguh, Sinergi Menjaga dan Membangun Negeri”. Haedar berharap tema itu tidak hanya bersifat fisik dan kedisiplinan, tapi tangguh secara moral, mental dan intelektual.
![]() |
Haedar memandang, karakter dan akhlak merupakan kekuatan utama dalam gerak KOKAM dan gerak AMM pada umumnya. Karakter dan akhlak mulia menjadi modal untuk menghadapi segala tantangan dan masalah.
Haedar juga mengingatkan supaya KOKAM dan AMM secara keseluruhan tidak terbawa arus yang menggerus perjuangan, seperti arus materialistik, hedonistik, dan segala arus keduniawian.
“KOKAM tangguh harus merupakan satu keutuhan, sinergi membangun dan membela bangsa harus dimulai dengan membangun persatuan,” imbuhnya.
Kebersamaan dalam membangun bangsa dan negara menurut Haedar harus dibersamai dengan ketulusan, keikhlasan, pengabdian, dan semangat untuk berbagi. Maka KOKAM harus berada di depan untuk membangun bangsa dan negara.
Usaha membangun bangsa dan negara yang dilakukan oleh KOKAM harus mengikuti jejak Muhammadiyah, yaitu berdiri di atas semangat ibadah, keikhlasan, serta mengintegrasikan keislaman dan keindonesiaan.
“Wujudkan peran Islam yang wasathiyah, Islam yang berkemajuan, Islam yang rahmatan lil alamin dengan peran kebangsaan. Sehingga peran kebangsaan dan negara dituntut untuk mengabdi dan berbakti,” imbuhnya.
Mengabdi untuk bangsa dan negara, kata Haedar, dasarnya adalah memberi bukan meminta. Oleh karena itu mengabdi harus menjadi kekuatan utama dalam membangun negeri, semangat berbagi menjadi jaringan untuk dikembangkan.Guru Besar Ilmu Sosiologi ini mengatakan, bahwa membangun Indonesia tidak bisa dilakukan sendirian. Indonesia juga bukan milik kekuatan atau kekuatan tertentu – lebih-lebih kelompok kecil semata.
“Sebagaimana Bung Karno atau Sukarno mengatakan, Indonesia adalah milik bersama. Bukan satu golongan, termasuk golongan bangsawa, atau golongan yang kaya semata. Tetapi Indonesia milik bersama,” sambung Haedar.
Haedar menutup harapan supaya KOKAM hadir membangun bangsa dan negara dengan jiwa mengabdi – beribadah kepada Allah SWT, tulus, berkhidmat, dan menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk kemajuan Indonesia.
KOKAM Tangguh: Pilar Moral dan Intelektual dalam Membangun Negeri
Milad ke-60 Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) menjadi momentum reflektif bagi seluruh kader Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) untuk meneguhkan kembali jati diri perjuangan—tidak hanya dalam aspek fisik dan kedisiplinan, tetapi juga dalam kekuatan moral, mental, dan intelektual. Dengan mengusung tema “KOKAM Tangguh, Sinergi Menjaga dan Membangun Negeri”, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan pentingnya KOKAM sebagai garda terdepan dalam perjuangan kebangsaan yang berakar pada nilai-nilai Islam yang wasathiyah dan berkemajuan.
Dalam pidatonya, Haedar tidak hanya memberi ucapan selamat, tetapi juga memberikan arah dan makna mendalam atas eksistensi KOKAM. Menurutnya, ketangguhan sejati tidak hanya terukur dari kemampuan fisik dan kedisiplinan militeristik semata, namun dari kekuatan karakter dan akhlak yang melekat dalam diri kader. KOKAM yang tangguh adalah mereka yang memiliki integritas moral, ketahanan mental, dan kecerdasan intelektual untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
Haedar juga memperingatkan bahaya arus materialisme, hedonisme, dan keduniawian yang bisa menggerus semangat perjuangan. Dalam konteks ini, KOKAM harus menjadi benteng nilai dan akhlak yang membentengi umat dari degradasi moral. Membangun bangsa dan negara, menurutnya, harus dimulai dari membangun keutuhan, persatuan, dan kesadaran kolektif bahwa Indonesia bukanlah milik satu golongan atau elit tertentu, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia.
Pentingnya peran keikhlasan dan pengabdian juga menjadi benang merah dari pesan Haedar. Mengabdi, bagi Muhammadiyah, bukanlah sebatas slogan, melainkan etos dan misi dakwah yang berorientasi pada pelayanan dan pembebasan. Semangat berbagi harus menjadi jaringan nilai yang menghidupi setiap langkah KOKAM dalam membela bangsa. Dalam hal ini, Muhammadiyah, melalui KOKAM, hendak mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam—rahmatan lil alamin—yang menyatu dengan semangat kebangsaan dan keindonesiaan.
Haedar pun mengajak seluruh kader KOKAM untuk menjadikan pengabdian sebagai kekuatan utama dalam membangun negeri. Pengabdian bukan tentang meminta, melainkan tentang memberi. Ini adalah refleksi dari Islam yang memadukan keimanan dan amal shaleh dalam kehidupan sosial. Maka, KOKAM harus menjadi pelopor dalam menjalankan misi dakwah dan tajdid—pembaruan—yang konstruktif bagi kemajuan Indonesia.
Sebagai penutup, pesan Haedar menegaskan bahwa membangun Indonesia adalah tugas kolektif, bukan monopoli kelompok tertentu. Dalam semangat persatuan dan pengabdian itulah, KOKAM harus terus hadir, menebar manfaat, menjadi agen perubahan, dan tetap berada dalam barisan perjuangan yang ikhlas, cerdas, dan berintegritas. Inilah hakikat ketangguhan sejati yang diharapkan mampu mewarnai perjalanan KOKAM ke depan dalam menjaga dan membangun negeri. (Suara Muhammadiyah.Co)
0 Komentar