PADANG PANJANG, kiprahkita.com –Hiruk-pikuk soal jalan tol Sicincin–Bukittinggi kembali menggelora di grup-grup WhatsApp warga Padang Panjang. Obrolan yang awalnya hanya lintasan kabar pembangunan, kini menjelma jadi ruang diskusi hangat — penuh semangat, ide, dan kadang sedikit nostalgia.
Semua berawal dari satu pertanyaan sederhana, "Apakah tol ini akan membawa berkah, atau justru membuat Padang Panjang hanya jadi kota yang dilewati?"
Di satu sisi, jalan tol adalah simbol kemajuan. Ia menjanjikan kelancaran, efisiensi, dan konektivitas. Tak ada lagi macet panjang di jalur Singgalang–Kariang; jarak Padang ke Bukittinggi bisa ditempuh dengan waktu yang jauh lebih singkat. Tapi, di sisi lain, bagi kota kecil seperti Padang Panjang, tol bisa jadi pedang bermata dua. Jika gerbang tol tak menyentuh wilayah kota, arus ekonomi dan mobilitas bisa beralih begitu saja — membuat Padang Panjang seolah “terpencil di tengah kemajuan”.
![]() |
Dr. Zainal Warhat dengan tajam mengingatkan, “Yang penting bukan hanya ada pintu tol, tapi apa yang membuat orang mau mampir?” Pertanyaan ini seperti cambuk kecil yang menyentil kesadaran kolektif: daya tarik kota harus dibangun, bukan ditunggu.
Dari situlah muncul gagasan demi gagasan.
Heribles Roesli menulis panjang lebar — dengan semangat seorang anak negeri yang mencintai kotanya — tentang bagaimana Padang Panjang bisa memanfaatkan momen ini. Bahwa kota kecil ini punya identitas kuat: Kota Serambi Mekkah, pusat pendidikan Islam tertua di Sumatera Barat, rumah bagi Thawalib, Diniyah Putri, Perguruan Muhammadiyah, Islamic Center, dan PDIKM.
Jika semua itu dikemas sebagai wisata edukasi, budaya, dan religi, maka Padang Panjang akan punya magnet tersendiri di jalur tol Sumatera.
Bayangkan,— rest area di Silaing bukan cuma tempat isi bensin dan beli kopi instan, tapi juga pusat UMKM lokal, area kreatif digital, bahkan etalase kuliner khas Padang Panjang. Wisatawan yang lewat tak hanya berhenti untuk beristirahat, tapi juga untuk mengenal — dan mencintai — kota ini.
Tapi tentu, semua itu tak akan lahir dari optimisme saja. Seperti kata Dr. Zainal, Pemda perlu bekerja, bukan sekadar berharap. Butuh riset ekonomi, penguatan industri kreatif, hingga peningkatan infrastruktur dasar yang mendukung pariwisata.
Seperti diserukan oleh banyak warga di grup: lobi politik itu penting. Karena dalam pembangunan besar, suara daerah kecil hanya terdengar jika diperjuangkan.
Maka, hiruk-pikuk tol ini sejatinya bukan sekadar soal jalan beton dan aspal. Ini adalah cermin dari semangat warga yang tak ingin tertinggal. Suara-suara dari grup WhatsApp itu — yang kadang diselipi gurauan dan sapaan hangat — sebenarnya adalah bentuk cinta terhadap kampung halaman. Padang Panjang mungkin kecil, tapi semangat warganya besar.
Di antara deru alat berat yang kelak membangun jalan tol itu, kita bisa mendengar gema halus dari satu tekad bersama: agar Padang Panjang tidak hanya dilewati, tapi juga disinggahi — dan diingat.
“Hiruk-pikuk tol itu bukan sekadar tentang jalan, tapi tentang arah masa depan kota kecil yang punya hati besar.”
Solusi Apa yang Lebih Tepat?
Banyak solusi konkret yang bisa dilakukan, baik oleh Pemda Kota Padang Panjang, masyarakat, maupun pelaku usaha lokal supaya kota kita nggak cuma dilewati, tapi juga disinggahi dan dihidupkan kembali lewat keberadaan Tol Sicincin–Bukittinggi itu. Nih, dirangkum jadi 5 paket solusi biar gampang dicerna:
1. Pastikan Padang Panjang Punya Akses (Exit) Sendiri
Kenapa penting: tanpa pintu tol di Padang Panjang, arus ekonomi bisa meluncur langsung ke Bukittinggi.
Solusinya: Pemda harus proaktif melobi BPJT dan pemerintah pusat agar exit tol tetap masuk wilayah kota (misalnya di Padang Panjang Timur seperti yang sudah disebutkan). Siapkan lahan dan AMDAL sejak dini biar nggak terlambat saat tahap konstruksi dimulai. Bentuk tim kecil advokasi tol gabungan Pemda, DPRD, dan tokoh masyarakat untuk mengawal prosesnya.
2. Bangun Daya Tarik yang Bikin Orang Mau Mampir
Padang Panjang harus jadi “destinasi singgah”, bukan “kota lewat.”
Langkah-langkahnya: Kembangkan paket wisata 1–2 jam (short visit package): PDIKM – Islamic Center – Diniyah Putri – Thawalib – Kuliner khas – Rest area Silaing
Jadikan rest area tol di Silaing sebagai “Rest Area Eduwisata dan UMKM” → tempat belanja, nongkrong, sekaligus belajar tentang Minangkabau.
Kembangkan branding kota,“Padang Panjang – Serambi Mekkah, Pintu Gerbang Wisata Religi dan Edukasi Sumatera Barat”
3. Hidupkan Ekonomi Lokal dan Pertanian Hinterland
Kenapa: kota ini dikelilingi oleh daerah penghasil sayur dan hasil tani (X Koto, Batipuh, dll).
Solusinya: Jadikan Pasar Induk Bukit Surungan sebagai pusat distribusi hasil pertanian modern, bisa dikoneksikan ke tol → “Agro Hub Padang Panjang”.
Dorong kolaborasi dengan koperasi petani dan investor lokal buat membangun cold storage dan logistik center. Promosikan produk-produk pertanian organik, rempah, dan kuliner lokal ke pasar online dan rest area.
4. Dorong Industri Kreatif & UMKM Lokal
Agar ekonomi tidak hanya bergantung pada wisata. Bangun sentra industri kreatif di sekitar rest area atau pusat kota (batik minang, tenun, kerajinan kayu, souvenir islami).
Buat program pelatihan digital marketing untuk pelaku UMKM agar produk mereka bisa menembus pasar luar kota.
Bentuk “Kampung Kreatif Serambi Mekkah” di salah satu kelurahan yang dilewati tol sebagai pilot project.
5. Siapkan Infrastruktur & SDM Pariwisata
Karena wisata nggak hidup tanpa kenyamanan dan pelayanan yang bagus. Perbaiki jalan akses ke objek wisata, tempat parkir, toilet umum, dan papan informasi.
Dorong investasi homestay dan hotel kecil ramah keluarga. Latih warga lokal jadi guide, host homestay, dan barista/kuliner entrepreneur.
Bentuk komunitas “Sahabat Wisata Padang Panjang” buat menjaga kebersihan dan keramahan kota.
Bonus: Kolaborasi dan Promosi Digital
Gunakan medsos sebagai corong:
Buat konten video singkat tentang “Padang Panjang yang kini lebih hidup berkat tol.” Gandeng influencer Minang dan komunitas pelancong buat kampanye digital bertema:
#SinggahDuluDiPadangPanjang Jadi intinya, bestie — tol itu bukan akhir, tapi awal.

0 Komentar