LSF Tegaskan Tontonan Harus Sesuai dengan Usia

Perkembangan pendistribusian film kini kian kencang. Nyaris tak terbendung. Orang menikmati film tidak hanya di bioskop, tetapi sudah menggunakan gadget.

Pimpinan LSF, kepala daerah, narasumber, dan peserta foto bersama

BATUSANGKAR, kiprahkita.com -- Dalam kondisi kian berkembangnya teknologi pembuatan dan penyebaran film, masyarakat diminta agar bisa melakukan penyensoran mandiri, misalnya hanya menonton tontonan sesuai usia.

"Lakukan sensor mandiri. Tontonlah tontonan sesuai usia. Lembaga Sensor Film (LSF) sudah mengelompokkannya ke dalam tontonan Semua Umur (SU), Remaja (R13), Dewasa 17 tahun (D17), dan Dewasa 21 tahun ke atas atau D21," kata Ketua Komisi III LSF RI Dr. Naswardi. MM.,ME., Senin (29/5), di Batusangkar.

Naswardi mengatakan hal itu, saat memberi arahan ada pembukaan Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan itu dihadiri Bupati Tanah Datar yang diwakili Sekdakab Iqbal Ramadi Payana, Kepala Dinas Kominfo Yusrizal, dan Ketua PDM Tanah Datar Dr. Irman, M.Ag.

Sedangkan narasumbernya adalah Ketua Sub Komisi Media Baru LSF-RI Andi Muslim, Ketua Subkomisi Kemitraan dan Sosialisasi Arturo Gunapriatna, M.Sn., dan Content Creator asal Sumbar Verio Hasferi (Uda Rio).

Tidak dapat dipungkiri, sebut Naswardi, perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, berpengaruh besar terhadap peredaran dan pertunjukan film, dimana film saat ini tidak hanya disaksikan melalui layar bioskop dan televisi, namun dapat diakses melalui internet, platform digital dan media sosial.

Sehingga akses terhadap film semakin mudah, ujarnya, tidak lagi dibatasi oleh tempat dan waktu. Dengan demikian, katanya, masyarakat memiliki potensi mengakses konten perfilman yang tidak sesuai dengan klasifikasi usianya.

Dinamika tersebut menjadi latar belakang LSF menggencarkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri, yang pelaksanaannya di tanah datar  mengusung tema, Memajukan Budaya, Menonton Sesuai Usia.

Dr. Naswardi, MM., ME.

Gerakan Sosialisasi Budaya Sensor Mandiri (BSM) dilaksanakan di seluruh Indonesia melalui jaringan stake holder, universitas, komunitas-komunitas serta media.

Arturo yang juga merupakan sutradara film itu, dalam pemaparan mengatakan, LSF harus hadir sebagai lembaga yang melakukan perlindungan kepada masyarakar, karena sepanjang film dibuat, jika ditonton tidak sesuai usia, pasti akan mendapatkan pengaruh negatif.

Sebagai contoh, katanya, ada film India tentang tetoris disensor di LSF diberi klasifikasi usia 17 tahun, ketika ditonton anak-anak yang diajak keluarganya, anak tersebut menjadi takut karena ada kekerasan di dalamnya. 

Arturo menjelaskan, banyak cara yang telah dilakukan LSF untuk mengkampanyekan Budaya Sensor Mandiri melalui berbagai media agar dapat diterima masyarakat.

Menurutnya, selain sosialisasi secara langsung ke daerah, LSF juga telah memproduksi sejumlah Iklan Layanan Masyarakat (ILM) yang ditayangkan di setiap awal film diputar di bioskop. 

Sementara itu, Andi Muslim dalam pemaparan materinya menjelaskan, regulasi-regulasi tentang sensor sudah diatur tetapi banyak yang tidak mengikutinya.

Di satu pihak, katanya, media baru bermunculan menyampaikan konten-konten tontonan yang tidak disensor, kemudian masyarakat memanfaatkan media baru itu. Karena itu, sebut Andi, sangat penting untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat dalam memilah dan memilih tontonan. 

"Pendampingan orang tua sangat penting dalam memfilter tontonan anak. Kita tidak bisa hanya mengharapkan instansi lembaga negara yang melakukan pencegahan. LSF sebagai lembaga negara, yang memiliki tugas untuk melindungi masyarakat dari pengaruh negatif film, melakukan beberapa upaya perlindungan," tuturnya.

Selain sosialisasi ini, imbuhnya, LSF juga memiliki konten media baru yang saat ini memang menjadi media yang diakses oleh masyarakat, terutama generasi muda, seperti TikTok, Instagram dan lainnya.

Kegiatan Gerakan Sensor Mandiri ini diikuti tokoh masyarakat, tokoh pemuda, mahasiswa, pelajar, dai, wartawan, guru, dan berbagai elemen masyarakat lainnya.(musriadi musanif)

Posting Komentar

0 Komentar