Perspekif Musriadi Musanif
(Wartawan Utama)
OPINI, kiprahkita.com - Kepanduan Hizbul Wathan (HW) Muhammadiyah menggelar muktamar di Malang, 26-29 Juli 2023 ini. Muktamar keempat. Keberadaan HW tak bisa lepas dari sosok Panglima Besar Jendral Soedirman.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Advokat Ki Jal Atri menyebut, nilai-nilai kejuangan Soedirman wajib diwarisi segenap pandu HW, diteladani, dan dilaksanakan dalam setiap aktivitas menjaga Muhammadiyah dan memperkuat eksistensinya.
Pada suatu kesempatan, Ketua Umum HW Endra Widyarsono menjelaskan, sang jenderal pernah menjadi guru HIS Muhammadiyah di Cilacap. Saat berkemah di Batur Banjarnegara beliau berjalan kaki dari Cilacap, selama tiga hari tiga malam.
Selama perjalanan, Pak Dirman, sapaannya, kerap berhenti di desa-desa dan melakukan pengajian. Anak buahnya membawakan kendi untuk wudhu. Kalau rombongan berkemah menginjak tanaman, Pak Dirman menyuruh supaya dirapikan kembali.
Nilai-nilai ini dikembangkan terus, sehingga menjadi strategi jitunya, saat melakukan perang gerilya, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Jenderal Sudirman dianggap tak bisa ditangkap karena punya jimat khusus. Anggapan itu, menurut Endra, jelas tidak benar sama sekali. Pak Dirman tidak dilindungi azimat, tetapi beliau terlindungi karena keteguhan dan kepercayaan pada Allah SWT.
Saat menjadi Panglima Besar TNI beliau masih berusia 29 tahun. Ini patut menjadi role model sekaligus prototype (contoh) pendidikan bagi generasi muda saat ini.
Mengutip artikel yang dirilis pada laman resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah; muhammadiyah.or.id, dapat diketahui, kendati kental identitas militernya, namun beliau memiliki jiwa humanis religius, serta perhatian terhadap dunia pendidikan dan kepemudaan.
Saat memimpin HW, Soedirman menyelenggarakan tiga program pendidikan pokok yang dilaksanakan oleh kader-kader HW, yaitu pendidikan rohani, pendidikan jasmani, dan program karya bakti. Di samping sepak bola, juga standen (membangun piramid), dan latihan perang-perangan. Jiwa bela negaranya tumbuh luar biasa.
Menurut Sejarawan Universias Gadjah Mada Nur Aini Seiawati, Jendral Sudirman merupakan hasil didikan Muhammadiyah. Pendidikan yang didapatkan dari Muhammadiyah tidak hanya melalui jalur formal. Sebab, ujarnya, pendidikan yang diterima oleh Pak Dirman dari Muhammadiyah bukan hanya dari sekolah, tapi juga dari jalur keorganisasian.
Pada tahun 1935-1937, beliau aktif sebagai anggota Pemuda Muhammadiyah, menjadi Wakil Majelis Pemuda Muhammadiyah Banyumas, termasuk aktif dan menjadi pemimpin di Pandu HW.
Kesadaran berorganisasi, menggalang persatuan dan kesatuan Pak Dirman tidak bisa dilepaskan dari peran Muhammadiyah. Jika ditarik garis sejarah kecintaannya terhadap tanah air, kata Aini, itu didapat dari lingkungan Muhammadiyah yang melingkupi Jendral Sudirman sejak muda.(diolah dari laman muhammadiyah.or.id)
0 Komentar