Diajak Gotong Royong Malah Minta Gaji

Bupati Toba Poltak Sitorus (berkacamata) di sela-sela kegiatan dialog.(mc toba)

BONATUA LUNASI, kiprahkita.com - Banyak yang berubah dalam semangat juang dan kebersamaan di tengah-tengah masyarakat. Bila dulu bersama-sama merebut kemerdekaan dan mempertahankannya, kini semangat itu mulai pudar.


"Tapi coba sekarang kita ajak gotong-royong, malah minta gaji. Dulu, nenek moyang kita mampu membangun rumah Batak yang besar, bahkan bisa 5 sampai 10 dalam satu kampung, itu hanya modal gotong-royong. Sekarang kalau kita rupiahkan, membangun Rumah Batak Gorga itu mencapai Rp1,5 miliar," kata Bupati Toba Poltak Sitorus.


Bupati mengatakan hal itu, Rabu (16/8) malam, pada Pagelaran Budaya dan Dialog Kebangsaan, disiarkan secara live oleh RRI Gunung Sitoli, RRI Sibolga, dan RRI Medan dari Desa Sihiong, Kecamatan Bona Tua Lunasi.


Peserta dialog antara lain Dewas LPP RRI Erdiman Butarbutar, Tokoh perantau Hobbi Butarbutar, dan Raja Sitorus selaku tokoh adat Desa Sihiong yang dipandu langsung oleh Deny Siahaan.


Menurut bupati, pada dasarnya semangat gotong royong, persaudaraan dan kebersamaan sudah menjadi identitas orang Batak sejak dulu.


Budaya Batak itu, tegasnya, saling menghormati dan peduli. Misalnya, kata dia, ketika di salah satu desa ada yang meninggal, maka orang-orang yang semarganya dan tetangganya akan menemani keluarga yang kemalangan itu tanpa dibayar. "Itulah kepedulian orang Batak," katanya, sebagaimana dikutip dari publikasi Dinas Kominfo Kabupaten Toba, Kamis (17/8).


Pada kesempatan itu, bupati juga mengulas tentang filosofis Batak Naraja, yang menjadi tagline kepemimpinannya. Batak Naraja, tegasnya, bukan berarti Batak itu Raja yang memiliki kerajaan, melainkan raja yang dimaksud adalah sikap, sifat dan karakter seorang raja.

 

Jadi, ujarnya, bukan raja karena punya kerajaan, tetapi yang dimaksud  Batak yang berperilaku, bersikap dan bersifat seperti raja. maka Batak itu harus hormat terhadap siapa saja, peduli terhadap sesama dan lingkungan, cerdas, pandai, bijaksana dan taat terhadap hukum.


"Sayangnya, saat ini telah terjadi degradasi moral. Sebab Batak saat ini bukan lagi Batak petarung, namun sudah menjadi orang yang manja. Sekarang, kita harus jadikan budaya itu menjadi identitas kita, melekat dalam kehidupan sehari-hari," jelasnya.(MCToba; ed. mus)

Posting Komentar

0 Komentar