![]() |
Ketua Umum Prof. Haedar Nashir.(dok) |
SORONG, kiprahkita.com - Warga dan pimpinan Muhammadiyah harus rajin membaca. Banyak produk literasi internal sebagai panduan berorganisasi, banyak pula dari luar.
"Tapi yang utama adalah membaca, mendalami, dan mengamalkan produk pemikiran di Muhammadiyah," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir, Senin (16/8) awal pekan ini, sebagaimana diberiakan muhammadiyah.or.id; laman resmi PP Muhammadiyah, diakses dan dikutip pada Jumat (18/8) pagi.
Arahan itu disampaikanya, saat menyampaikan tausiah secara daring pada Baitul Arqam Muhammadiyah, yang selenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Papua Barat Daya, atas dukungan PP Muhammadiyah, di Kampus Universitas Muhammadiyah Sorong.
Dengan banyak membaca itu, Haedar menyebut, warga dan pimpinan Muhammadiyah akan dapat memahami prinsip dasar, pemikiran, dan hal-hal yang bersifat ideologis sebagai pondasi bermuhammadiyah.
“Perlu dipahami kembali adalah pemikiran-pemikiran resmi Muhammadiyah yang kemudian disebut dengan ideologi Muhammadiyah. Bacalah dengan seksama pemikiran-pemikiran Kiai Dahlan yang terangkum dalam 7 Ajaran Falsafah Kiai Dahlan,” kata guru besar sosiologi itu.
Haedar juga mengingatkan perlunya merujuk 17 Pokok Himpunan Ayat-ayat Al Qur’an yang diajarkan Kiai Dahlan, pidato Kiai Dahlan tentang Tali Pengikat Hidup, dan Kitab Aqaidul Iman.
Warga dan pimpinan Muhammadiyah, tegasnya, juga harus membaca Sejarah Berdirinya Tarjih (1927), 12 Langkah Muhammadiyah (1938), Muqaddimah Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (1962), Khittah Muhammadiyah mulai dari tahun 1956, 1969, 1978 sampai dengan 2020 dan 2022.
“Baca kembali Mattan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (1969), Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (1969), Dakwah Kultural (2002), Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (2000), Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad ke-2, Visi Karakter Bangsa Indonesia Berkemajuan Negara Pancasila Darul Ahdi Wasy Syahadah, dan Risalah Islam Berkemajuan,” ujarnya.(*/mus)
0 Komentar