![]() |
Prof. Haedar Nashir.(muhammadiyah.or.id) |
JAKARTA, kiprahkita.com - Muhammadiyah adalah salah satu elemen bangsa yang ikut mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ada empat hal yang harus dilakukan agar negara ini semakin maju dan jaya.
Dengan demikian, menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir, persyarikatan bekemajuan ini menjadi bagian integral dari negara dan bangsa Indonesia.
“Muhammadiyah pendiri republik ini, maka kita harus peduli dengan bangsa kita, kita peduli dengan umat muslim.” ujarnya pekan kemarin di Pontianak, sebagaimana dirilis muhammadiyah.or.id, laman resmi PP Muhammadiyah yang diakses dan dikutip pada Rabu (16/8).
Berbicara soal cara-cara Muhammadiyah dalam mengisi kemerdekaan, Haedar menegaskan, usaha yang dilakukan adalah melalui berbagai aksi nyata, seperti memajukan perekonomian umat dan bangsan yang masih tertinggal, termasuk dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan seterusnya.
Muhammadiyah juga menwakafkan kader-kader terbaiknya untuk memajukan umat dan bangsa. Presiden RI pertama, Ir. Sukarno adalah anggota resmi Muhammadiyah, yang pernah menjadi guru sekolah Muhammadiyah di Bengkulu, termasuk Fatmawati, istri Sukarno – penjahit Bendera Merah Putih yang merupakan kader Nasyiah anak dari Hasan Din, Konsul Muhammadiyah Bengkulu.
“Mungkin banyak yang tidak tahu karena adanya politik bahkan sampai alergi, padahal anggota dan pimpinan Muhammadiyah. Bisa banyak dicontohkan seperti Soedirman, Insinyur Juanda, empat kali jadi menteri satu kali menjadi perdana menteri. Bahkan menjadi penggagas dan penentu kebijakan kementerian yang diakui oleh PBB, beliau merupakan kader dan pimpinan Muhammadiyah,” sebutnya.
Pada kesempatan terpisah, Haedar pun mengajak seluruh komponen bangsa untuk mensyukuri hari kemerdekaan. Perayaan kemerdekaan, menurutnya, adalah dengan mensyukuri nikmat termahal dari Tuhan Yang Maha Esa itu.
Haedar juga mengingatkan, segenap elemen bangsa sepatutnya mengenang perjuangan mujahid pejuang bangsa dan negara yang nir-pamrih dengan jiwa dan raga mereka. Perjuangan mereka bagian dari lembar-lembar sejarah Indonesia yang tidak boleh dilupakan.
“Maka ketika hari ini kita merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-78, selain kegembiraan kita perlu berrefleksi secara mendalam baik bagi seluruh elit, maupun warga bangsa di struktur pemerintahan, komponen bangsa, dan kekuatan-kekuatan bangsa,” sebutnya.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar kemerdekaan menjadi momentum kolektif bangsa Indonesia?
Pertama, melakukan refleksi atas segala perjuangan para mujahid pejuang sekaligus pendiri Indonesia yang telah berkorban banyak hal, termasuk nyawa mereka.
Menurutnya, Indonesia saat ini termasuk elite bangsa dan seluruh warga bangsa, hendaknya mendalami dan meresapi setiap pengorbanan para pendahulu.
Penyerapan semangat tersebut diharapkan menjadi pondasi dalam berjuang dengan tulus untuk membangun dan mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara merdeka, adil dan makmur, seperti dalam UUD 45.
Kedua, merekonstruksi nilai-nilai luhur (UUD 45 dan Pancasila) yang menjadi pondasi, alam pikiran, dan orientasi tindakan dari bangunan dasar Indonesia Merdeka. Nilai-nilai luhur tersebut dihayati, dipahami dan tidak kalah penting dijalankan, serta menjadi bingkai dan arah dalam menyelenggarakan kebangsaan dan kenegaraan.
Haedar yang juga Guru Besar Sosiologi ini menegaskan, supaya jangan sampai perayaan simbolis dan seremonial kemerdekaan, tidak dibarengi dengan pemaknaan kembali nilai-nilai mendasar yang menjadi pondasi, termasuk konstitusi NKRI, agar memiliki arah yang jelas.
Ketiga, melakukan konsolidasi kebangsaan. Nilai-nilai yang didalam Pancasila harus dikonsolidasikan menjadi nilai yang hidup dalam seluruh proses penyelenggaraan berbangsa dan bernegara.
Nilai tersebut sebagai kewajiban konstitusional dari pusat sampai bawah, dengan bersama-sama melindungi bangsa dan seluruh tanah air Indonesia.
Keempat, melakukan transformasi kehidupan kebangsaan. Tantangan dunia saat ini dan kedepan yang kian kompleks memerlukan transformasi, termasuk untuk merespon daya saing, perubahan global dengan berbagai masalah seperti perubahan iklim, tata geopolitik ekonomi, budaya yang bersifat kompleks.
“Semoga seluruh rakyat dan elit bangsa di negeri tercinta ini, diberi hidayah Allah untuk terus membawa Indonesia sejalan dengan jiwanya, dan membawa Indonesia benar arah dan tujuannya,” ujarnya.(muhammadiyah.or.id; ed. mus)
0 Komentar