Politik Ekonomi untuk Membangun Guguak Malalo

Pakar dan mahasiswa Unand mengunjungi kebun kopi yang dikembangkan inovator di Guguak Malalo.(dok)

TANAH DATAR, kiprahkita.com -- Membangun nagari itu tidak cukup dengan mengandalkan apa yang ada saja, terapi harus berani melakukan inovasi, sebagaimana yang dilakukan para inovator pertanian dan perkebunan di Nagari Guguak Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan.

 

Para inovator itu berani 'menantang arus'. Ketika persepsi publik setempat di Malalo tidak mungkin berkebun karet, karena kualitas dan kuantitasnya rendah, maka sang inovator melakukan terobosan. Hasilnya? Ternyata menggembirakan dan di luar yang dipersepsikan selama ini.

 

Begitu juga halnya dengan berkebun alpukat, kopi, dan tanaman perkebunan lainnya. Para inovator itu membuktikan, Guguak Malalo juga memiliki prospek cerah di bidang tanaman tua itu.

 

Saat mahasiswa Universitas Andalas (Unand) melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di situ, potensi ini terbaca oleh calon pemimpin masa depan itu. Lalu dilakukan diskusi dengan Walinagari Mulyadi. Makna dari pemikiran pada mahasiswa itu pun ditangkap dengan cepat oleh sang walinagari, yang notabenenya adalah salah seorang pimpinan muda di masyarakat.

 

Slogan pun muncul: Ka Pasia Perlu, Ka Parak Juga Perlu. Ka pasia, maksudnya adalah mencari sumber penghidupan dari menangkap ikan di Danau Singkarak, sedangkan ka parak adalah berkebunan tanaman keras. Slogan itu kemudian didalami dengan melaksanakan Focus Group Discussion. Tiga inovator perkebunan di Guguak Malalo pun dihadirkan sebagai pemberi inspirasi.

 

Momen itu pun kemudian memancing perhatian dari pakar-pakar dari Unand, hingga akhirnya para inovator diundang bertemu dengan pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unand Dr. Uyung Gatot S. Dinata.

 

Pertemuan pun terus berlanjut. Unand pun menjadikan Nagari Guguak Malalo sebagai laboratorium hidup (living laboratory) dan pusat penelitian (research center), khususnya terkait dengan tanaman tua yang sudah berhasil dikembangkan para inovator di daerah pantai barat Danau Singkarak itu.

 

Dengan dipandu para mahasiswa yang sedang ber-KKN di situ bersama Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Najmuddin Muhammad Rasul, Ph.D., sebanyak sepuluh pakar Unand pun ditunjuk menjadi pengawal living laboratory. Tim ini melakukan visitasi lapangan, Sabtu (10/8). Turut mendampingi juga Ketua Kelompok Tani (Poktan) Ihwan bersama sekretaris. 

 

Najmuddin yang merupakan pakar komunikasi politik dan putra Guguak Malalo, tentu turut merasa gembira, karena prospek perbaikan perekonomian masyarakat terlihat menjadi cerah. Ada potensi dari lahan-lahan yang selama ini dibiarkan tidur, digali dan dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

 

Potensi itu akan digali dan dikembangkan bersama pakar dari Unand. Tidak saja pakar perkebunan, terapi juga kombinasi banyak keahlian, termasuk teknik, ekonomi dan politik.

 

"Guguak Malalo hari ini sedang mengembangkan politik ekonomi. Artinya, pimpinan Nagari Guguk Malalo, mencoba mendorong warganya untuk berfikir, bagaimana ekonomi warga semakin baik. Merubah pola pikir (mindset) untuk bekerja keras. Untuk memikirkan ekonomi," katanya.

 

Untuk itu, menurut Najmuddin, pemerintah Nagari Guguk Malalo bekerjasama dengan LPPM Unand. Pihak LPPM Unand sudah membentuk team untuk melakukan pengkajian sampai dengan pemasaran produk.  

 

Dia berharap, warga bisa berfikir politik ekonomi, seiring dengan perubahan sosial ekonomi yang demikian cepat. "Ini sebuah peluang. Ayo kita bangkit dengan politik ekonomi. Mari kita bercerita dan berpolitik untuk kita," ujarnya.(musriadi musanif)

Posting Komentar

0 Komentar