Wartawan Medsos dan Wartawan Profesional

ilustrasi.(pixabay.com/alexas_fotos)

Oleh Musriadi Musanif

(Wartawan Utama)


OPINI, kiprahkita.com - Muncul keluhan di tengah menjamurnya jumlah wartawan. Kendati banyak, tetapi jarang terlihat. Ternyata mereka sangat jarang dilibatkan dalam meliput berbagai kegiatan, khususnya di lingkungan pemerintah daerah, sejak Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memainkan peran maksimal.


Dalam sebuah diskusi yang digelar Forum Wartawan Kota Serambi Mekah (FW-KSM) medio pekan ketiga Agustus 2023 ini terungkap, rupanya liputan-liputan kegiatan seremonial kepala daerah dan pemerintah, secara intensif dilakukan dinas tersebut yang juga punya banyak anggota tim liputan.


Hasil liputan tim itu, dipublikasikan melalui akun media sosial (medsos) milik dinas itu. Ada facebook, ada pula instagram, twitter, youtube, dan lain-lain. Tayangannya melalui akun youtube itu diklaim sebagai televisi.


Lalu kemana wartawan profesional? "Inilah masalahnya. Berita-berita tim itu dirilis di akun medsos. Lalu disiarkan ulang oleh media profesional berbasis jurnalistik seperti media cetak, media elektronik, dan media online," sebut Syafriyanto YB, ketua umum FW-KSM.


Wartawan sudah tak ada lagi? Tidak juga. Di kota seukuran Padang Panjang saja, lebih dari 70 wartawan atau orang yang terdaftar sebagai wartawan. Setiap wartawan rata-rata bekerja untuk lebih dari dua media massa berbasis jurnalistik, bukan media sosial.


Hal serupa juga ditemukan di daerah tetangga kota berjuluk Serambi Mekah itu. Angka lebih dari 70 wartawan atau orang yang terdaftar sebagai wartawan, juga ditemukan di Kabupaten Tanah Datar, Padang, Padang Pariaman, Solok, Kerinci, Medan, Palembang, Pekanbaru, Bengkulu, dan lain-lain.


Jumlah wartawan itu sangat banyak, tetapi kenapa mereka tak lagi kelihatan? Merunut kita pada pola kemitraan wartawan dengan pemerintah daerah tujuh hingga sepuluh tahun ke belakang, ketika kerjasama kemitraan insan pers masih dikelola Bagian Humas Setda.


"Waktu itu, wartawan diundang dan diajak serta meliput kegiatan-kegiatan di lingkungan pemerintah. Ada siaran pers yang disampaikan kepada wartawan atau langsung ke redaksi medianya. Ada kerjasama saling menguntungkan. Ada operasi liputan wartawan ke dinas-dinas dan kantor pemerintah," kata Yaldi Yarman dan Syafrianto, dua wartawan yang bertugas di Kota Padang Panjang dengan jam terbang di atas sepuluh tahun.


Dengan munculnya wartawan dan berinteraksi dengan para pejabat pemerintahan, plus pimpinan dan anggota legislatif, banyak para pejabat itu yang pada akhurnya takut berkongkalingkong, lalu kemudian aman dari persoalan hukum.


Mereka takut kongkalingkongnya 'bocor' ke wartawan, sehingga bisa berefek terjerat hukum. Wartawan pun secara lisan selalu mengingatkan ketika bertatap muka langsung, agar pejabat tersebut jangan melakukan ini dan itu, karena bisa melanggar hukum.


Kini itu tidak ada lagi. Wartawan nyaris tak punya momen berinteraksi langsung seperti dahulu lagi. Melalui kontrak kerjasama dengan dinas terkait yang mengelola kerjasama media, wartawan hanya dipasok berita melalui publikasi di akun medsos. Sekali lagi, akun medsos!


"Ambillah sebanyak-banyaknya, terbitkan di media massa berbasis jurnalistik masing-masing. Dari rumah saja, setiap hari wartawan bisa dapat puluhan berita dari akun medsos itu. Lengkap dengan foto dan videonya. Ini jelas sangat memudahkan. Tapi mohon maaf, eksistensi kita tergerus karena tak lagi dikenali dan tak lagi meliput di lapangan," timpal wartawan lainnya; Alfian YN, Fatra Edialis, Edmon Tantes, dan lain-lain.


Begitulah keadaannya sekarang. Kalau terkait kontrak kerjasama media dengan pemerintah, tak apalah dipraktekkan setiap hari. Tambahan pula, yang berlangganan media jurnalistik itu kan kebanyakan memang jajaran eksekutif dan legislatif. Bukan masyarakat kebanyakan.


Jadilah media jurnalistik kini sebagai corong penyebarluasan informasi media sosial. Lalu, agar medianya menyajikan informasi ekslusif dan perlu dibaca semua kalangan, wartawan harus memeras inovasi dan kreativitas. Berita-berita dari Tuhan harus jadi pilihan.


Dari Tuhan? Ya, dari Tuhan. Berita-berita bencana alam, kecelakaan lalu lintas, perkelahian, perseteruan, perselingkuhan, pencabulan, kriminalitas, dan hobi adalah berita dari Tuhan.


Ada pula berita yang dirancang melalui perencanaan liputan, misalnya kepariwisataan, kontrol sosial, ekonomi kreatif, dan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.


Kita berharap, ke depan ada komunikasi yang baik antara wartawan dengan pemerintah, khususnya di daerah-daerah, sehingga wartawan profesional atau orang yang berprofesi warawan yang jumlahnya sangat banyak itu kembali terlihat, meliput kegiatan pemerintah dalam beragam sisi pandang.


Berita seremonial yang diliput langsung dan ditulis wartawan profesional , pasti beda ramuan dan suguhannya, bila dibanding dengan berita serupa yang ditulis petugas pemerintah dan terbit di media sosial, kendati acara, waktu, dan tempat diliput secara bersamaan.***


(Penulis adalah ketua Forum Wartawan Kota Serambi Mekah, sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia Tanah Datar, wakil pemimpin umum www.pwmsumbar.or.id, pimpinan redaksi www.kiprahkita.com dan mjnews.id)

Posting Komentar

0 Komentar