Penguatan Umat (Bagian Akhir)

PENGUATAN EKONOMI


Oleh Dr. Suhardin, M.Pd.

(Dosen dan Aktivis Muhammadiyah)


SEBELUMNYA



OPINI, kiprahkita.com - Penguatan ekonomi umat bukan hanya masalah lokal, tetapi global. Sebagai komunitas yang besar dan beragam, umat Islam memiliki potensi untuk berperan aktif dalam menciptakan ekonomi global yang lebih adil dan berkelanjutan serta berkontribusi pada perdamaian dan kesejahteraan dunia.


Islam memiliki ajaran, tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Konsekwensi tangan di atas, seorang muslim harus memiliki kemampuan ekonomi kuat. Seorang muslim dituntut untuk beribadah khusu’, kekhusu’an dalam beribadah faktor saldo rekening sangat menentukan.


Saldo rekening gemuk akan membuat seorang muslim lebih khusu’ dalam beribadah, ketimbang yang tengah kartu ATM minta maaf. 


Kemampanan ekonomi membuat seorang muslim dapat berinfak, bersedekah, terlibat dalam gerakan charity, philanthropy, voluntary, dan berangkat ke tanah suci (hajj) untuk menyempurnakan spiritualisasi diri dalam berinteraksi dan bertransaksi dengan ilahi.


Semua kegiatan tersebut membutuhkan money, uang dan modal capital, sehingga tidak ada pilihan bahwa seorang muslim dituntut untuk mapan dalam ekonomi dan bersedia berbagi untuk gerakan kemanusiaan, yang tidak terbatas pada keyakinan yang sama tetapi antar keyakinan dalam basis gerakan kemanusiaan.


Dunia yang semakin terhubung dan global, umat Islam, harus memperkuat basis ekonomi agar dapat bersaing, berkembang, dan berperan aktif dalam berbagai aspek kehidupan global. 

Penguatan ekonomi umat memberikan kemandirian dalam hal pengelolaan sumber daya, mengurangi ketergantungan lembaga internasional. Penguatan ekonomi umat dapat meningkatkan pengaruh politik dalam percaturan global, karena ekonomi faktor penting dalam menentukan posisi politik suatu negara atau komunitas dalam forum internasional.


Kekuatan ekonomi umat akan berdampak pada, pertama, peningkatan pendidikan dan riset, ummat akan mendapatkan kualitas utama dengan keungulan pendidikan dan hasil riset yang banyak, inovasi yang beraneka ragam, sehingga menimbulkan kekaguman diluar ummat Islam.


Peran umat terbaik yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dapat diwujudkan secara negosiasi, bukan hanya dalam retorika dan narasi. 


Kedua, penguatan dakwah global, ekonomi yang kuat, umat Islam dapat lebih efektif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam dan dakwah kepada dunia. Mereka dapat mendukung proyek-proyek budaya dan pendidikan yang membantu mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang Islam. 


Bukan sebaliknya, dengan ketertinggalan Islam, pada akhirnya dituduh dalam gerakan teroris, radikal, keras, dan terbelakang. 


Ketiga, peningkatan kesejahteraan, kualitas hidup meningkat, kualitas lingkungan membaik, bukan sebaliknya, hidup dalam kemelaratan, lingkungan kumuh dan banyak penyakit.


Kekuatan ekonomi membuat umat Islam beada pada garis kesejahteraan untuk mencapai kemakmuran, sehingga menggapai kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan kebahagiaan bertemu dengan khalik. Wujud doa universal umat Islam, kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.    



PENGUATAN UKHWAH 

Orang Islam bersaudara, orang beriman satu ibu, disebut dengan idiom umat, bersal dari kata ummy, artinya ibu. Ibu kandung seorang mukmin adalah tauhid. Sehingga orang Islam bagaikan satu tubuh, satu sakit semua merasakan, semua muslim dipastikan tidak ada yang sakit, menderita, sengsara, karena semua itu tanggungan semua muslim di dunia.


Inilah prinsip ukhwah, solidaritas dan soliditas muslim. Hal ini telah dicontohkan secara realitas oleh rasulullah tatkala beliau hijrah ke Madinah, antar muslim disaudarakan oleh Rasul.


Persaudaraan seiman dan seaqidah lebih akrab, dibandingkan dengan persaudaraan biologis.

 

Penguatan ukhwah dalam percaturan global penting untuk kesejahteraan umat, juga untuk kontribusi positif dalam menjawab tantangan-tantangan global dan membangun dunia yang lebih baik.


Dunia yang damai, bebas dari kebodohan, bebas dari kemiskinan, bebas dari kekerasan, bebas dari ketertinggalan. Hal ini perlu melibatkan kolaborasi, dukungan bersama untuk mencapai tujuan bersama. 


Penguatan ukhwah dapat dibangun dengan jalan, saling memahami permasalahan masing-masing, bukan hanya minta dipahami tetapi tidak memahami. Bekerjasama dalam pemenuhan kebutuhan masing-masing, yang dipastikan saling memberikan keuntungan dalam bentuk benefide dan provide, tidak ada yang merasa dirugikan, perasaan rugi akan membuat kebersamaan menjadi hancur, retak dan pecah.


Dialog yang terjalin secara terus menerus, untuk tercipta saling memahami, saling merasakan dan saling membantu.   


PENGUATAN JIHAD

Jihad bukan hanya diartikan perang, baku bunuh dan baku hantam. Jihad merupakan konsep suci yang berasal dari muslim untuk bekerja dengan totalitas untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang membelit dan melilit umat Islam.


Permasalahan yang menjerat umat Islam diantaranya, ketertinggalan, kebodohan, dan kemiskinan. Umat Islam bekerja secara totalitas, massif, terstruktur, terukur untuk mengeluarkan umat Islam dari jeratan ketertinggalan, kebodohan dan kemiskinan. 


Ketertinggalan adalah tidak mampu mengikuti lajunya peradaban nonmuslim dewasa ini, baik dalam aspek teknologi, ilmu pengetahuan dan ekonomi. Gerakan umat perlu dilakukan akselerasi untuk mengejar dengan melakukan berbagai riset dan inovasi agar umat Islam mampu bersanding dan bertanding dengan non mulim.


Dalam aspek kebodohan, tingkat pendidikan umat Islam rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa maju nonmuslim, baik dalam aspek institusional pendidikan, sistem pendidikan, dan hasil pendidikan, baik pendidikan personal maupun pendidikan komunitas.


Umat butuh gerakan akseleratif untuk memajukan pendikan dalam bentuk institusional dan partisipational, akar angka partisipasi kasar ummat Islam dalam pendidikan meningkat.


Demikian juga dalam aspek ekonomi. Akibat rendahnya pendidikan dan minimnya riset dan inovasi, membuat kebanyakan kaum muslim atau ummat Islam memang jauh tertinggal dari nonmuslim.


Ketertinggalan ekonomi bukan semata masalah domistik umat Islam, tetapi ada intervening variable dari kebijakan pembangunan yang lebih mengedepankan tingkat pertumbuhan, sehingga terjadi akumulasi modal pada kelompok-kelompok pemain, yang berakibat, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.


Gerakan akseleratif yang perlu dilakukan adalah ta’awun bertolong-tolongan untuk saling membesarkan ekonomi, dengan jalan, mendekatkan akses modal, meningkatkan kompetensi manajerial, dan penguatan pemasaran. Membudayakan entrepreunership, kewirasusahaan dilangan umat Islam, jangan bermentalkan pekerja, tetapi bermental kepemimpinan usaha.  


Budaya kewirausahaan akan menguatkan sirkulasi modal, capital, dan benefide di kalangan umat, sehingga berbagai kegiatan keislaman, kemanusiaan, sosial dan lingkungan hidup bergerak serentak menuju kualitas terbaik.


Cita-cita umat terbaik yang menjadi saksi, dan menggerakkan manusia untuk berbuat baik dan mencegah berbuat munkar, nyata dan ada di tengah kita.***

Posting Komentar

0 Komentar