Oleh Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.
(Dosen dan Aktivis Organisasi Sosial Kemasyarakatan)
OPINI, kiprahkita.com - Manusia digariskan oleh sang pencipta, pertama, senantiasa merugi (khusyrin), perkembangan dan pertumbuhan manusia semenjak bayi, fase anak-anak, masa remaja, usia dewasa sampai tua menjelang kematian, tetap merasa rugi.
Rugi dalam pembinaan dan pengayaan, rugi dalam pencapaian, rugi dalam kompetisi, semua tidak ada keberuntungan dalam kalkulasi matematika seorang manusia.
Kedua, senantiasa dalam kegalauan (halunga), mendapatkan musibah keluh kesah, mendapatkan keberuntungan merasa jumawa. Ketiga, senantiasa mengisi kehidupan dengan kesenangan psikologis, biologis dan sosiologis (takasur), hingga pada akhirnya meninggal dunia.
Keempat, berperilaku sombong, angkuh, over confident, apabila memiliki keberhasilan dalam sesuatu (layadgha), kreatifitas dan inovatif yang dilakukan membuat manusia merasakan bahwa dirinya, mampu menjadi penentu dalam kehidupan.
Manusia yang terbebas dari empat hal tersebut adalah manusia yang tercerahkan oleh hidayah dari Tuhan, melalui manusia-manusia yang menjalankan tugas kerisalahan, manusia pendakwah, yang bekerja untuk membebaskan manusia dari empat belenggu kemanusiaan ke jalan hidayah menuju Tuhan manusia, raja diraja manusia, sembahan manusia, membebaskan manusia dari bisikan setan yang bersembunyi di balik kemanusiaan, pembisik kesesatan tersebut dari bangsa manusia dan bangsa jin.
Dakwah berusaha menanamkan keyakinan teologis kepada manusia yakni keyakinan terhadap Tuhan, Allah SWT yang menguasai segala yang ada di alam raya dan di luar alam raya, mengatur dengan berbasis keadilan, menjadi tempat bergantung dan tempat kembali kelak pada masa yang telah ditentukan dengan sangat rahasia.
Keyakinan tersebut berimplikasi terhadap manusia untuk menabur kebaikan dalam bentuk charity, amal shaleh, baik terhadap sang khalik berwujud ketaqwaan, dengan sesama makhluk berwujud akhlak.
Kebaikan senantiasa dipelajari agar mendapatkan kebaikan yang lebih sempurna, dengan menggali ilmu pengetahuan secara bersama-sama antar manusia. Ilmu pengetahuan dan kebaikan senantiasa dilakukan dengan gerakan yang terstruktur dan terukur, secara terus menerus dengan sabar dan tawakkal kepada Allah. Inilah perwujudan orang-orang yang tidak merugi dalam kehidupan di dunia.
Dakwah berusaha untuk mengemas dan mengantarkan hidayah kerisalahan Islam kepada segenap manusia dengan tidak memandang yang sudah tercerahkan dan belum tercerahkan, tetapi dakwah itu sendiri adalah mencerahkan manusia agar terbebas dari bahaya latin kemanusiaan tersebut.
Ketercerahan itu dapat dilihat dalam bentuk personal, pertama, faith, beriman kepada Tuhan yang menciptakan dirinya, alam semesta dan yakin akan kembali kepada-Nya.
Kedua, charity, memiliki keshalehan personal dan kesalehan sosial serta kesalehan natural, membiasakan diri senantiasa bersikap dan berperilaku ramah terhadap lingkungan. Orang yang merasakan bahwa di dalam harta benda yang ia miliki ada hak-hak orang lain yang membutuhkan.
Ketiga, justify the end of the day, membenarkan bahwa dunia ini akan berakhir, dimulai dari kebarakhiran hidup secara personal, kemudian diselesaikan kehidupan dunia secara totalitas, menuju kehidupan baru, pada babak berikutnya, dengan pertanggungjawaban semua yang dilakukan di dunia ini.
Keempat, true justice, keadilan yang hakiki, bukan pengadilan semu, penuh dengan kongkalingkong, sang pencipta akan memberikan keadilan sejati, yang sangat adil, dimana semua anggota tubuh bersaksi atas perilaku kehidupan dunia.
Empat keyakinan yang dimiliki oleh manusia yang tercerahkan akan membuat dirinya, untuk senantiasa menjaga kemaluannya, menyalurkan sahwat biologis secara proporsional legal formal, tidak jajan dan tidak selingkuh. Menjaga trust personal yang telah diberikan orang lain terhadap dirinya, berupa kepemimpinan, penitipan aset dan kapital, kejujuran dalam bertransaksi.
Mendeklarasikan dan menyatakan keberpihakan terhadap perjuangan ummat Islam dalam mendapatkan kemenangan. Menjaga shalat baik dalam bentuk pelaksanaan dan perilaku keseharian, sikap dan perbuatan dalam berinteraksi serta bertransaksi.
Manusia yang telah memperoleh pencerahan dalam wujud faith and piety, iman dan amal shaleh terintegrasi dalam kehidupan nyata (real life), berusaha dengan sepenuh hati untuk senantiasa menjalankan tugas kerisalahan Islam, mewarisi tugas para anbiya’ untuk mengantarkan pesan langit menjadi nyata di bumi.
Berusaha sekuat daya dan mensinergikan segenap potensi dalam bentuk upaya nyata membebaskan manusia dari belenggu batin, kerugian, kegalauan, kesenangan semu, kesombongan menuju manusia yang beriman dan beramal shaleh, istiqomah sampai ajal menjemput, sehingga menjadi husnul khatimah.
Inilah wujud dari theology humanitarian, liberity, membebaskan manusia secara totalitas dan universalitas dari potensi latin, rugi, galau, hedon dan arogan menuju Nur ilahi, pencerahan inklusif, tanpa melihat keberagamaan, tetapi mendekati dan menjajakan hidayah dengan multi pendekatan, bantuan kemanusian, kesehatan, pemberdayaan, pendidikan, life skill, pengasuhan anak, santunan janda dan duda, konsling, dan konsultasi keagamaan baik personal maupun komunitas.***
0 Komentar